Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Perbedaan Antara High Achiever dan Overachiever, Kamu yang Mana?

ilustrasi seseorang yang sedang bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi seseorang yang sedang bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Terdapat dua istilah yang cukup sering dibandingkan saat membahas pengembangan diri, yaitu high achiever dan overachiever. Keduanya memang sama-sama memiliki ambisi besar dan dorongan kuat untuk mencapai kesuksesan. Namun, ada perbedaan mendasar dalam cara mereka bekerja, berpikir, dan menghadapi tantangan.

Seorang high achiever berorientasi pada pertumbuhan dan pencapaian dengan tetap menjaga keseimbangan hidup, sedangkan overachiever cenderung terobsesi dengan kesempurnaan hingga mengorbankan kesehatan fisik maupun mental. Mari kita bahas lebih detail mengenai perbedaan antara high achiever dan overachiever.

1. Motivasi dan tujuan

ilustrasi belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

High achiever adalah orang yang termotivasi oleh keinginan untuk mencapai potensi terbaik mereka. Mereka menetapkan tujuan yang realistis dan bermakna, serta fokus pada proses untuk mencapainya. Bagi high achiever, kesuksesan bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang pembelajaran dan pertumbuhan pribadi.

Di sisi lain, overachiever seringkali termotivasi oleh tekanan eksternal, seperti pengakuan dari orang lain atau ketakutan akan kegagalan. Mereka cenderung menetapkan standar yang terlalu tinggi dan sulit dipuaskan, bahkan ketika sudah mencapai tujuan. Overachiever sering merasa harus terus membuktikan diri, yang bisa menyebabkan stres dan tekanan emosional.

2. Cara menghadapi kegagalan

ilustrasi pria yang merasa gagal (unsplash.com/Christian Erfurt)
ilustrasi pria yang merasa gagal (unsplash.com/Christian Erfurt)

High achiever melihat kegagalan sebagai bagian alami dari proses belajar. Mereka tidak takut untuk mencoba hal baru dan mengambil risiko, karena memahami bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. High achiever cenderung memiliki resilience (ketahanan) yang tinggi, sehingga bisa bangkit kembali dengan lebih kuat setelah mengalami kegagalan.

Sebaliknya, overachiever sering kali menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima. Mereka cenderung terlalu keras pada diri sendiri dan merasa bahwa kegagalan mencerminkan ketidakmampuan mereka.

Akibatnya, overachiever mungkin menghindari risiko atau merasa sangat tertekan ketika tidak mencapai target. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan pribadi dan profesional mereka.

3. Keseimbangan hidup

ilustrasi wanita yang kelelahan bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi wanita yang kelelahan bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Salah satu ciri khas high achiever adalah kemampuan mereka untuk menyeimbangkan berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, hubungan, dan waktu untuk diri sendiri. Mereka memahami bahwa kesuksesan tidak hanya tentang pencapaian karir, tetapi juga tentang kebahagiaan dan kesejahteraan secara keseluruhan. High achiever cenderung memiliki batasan yang jelas dan tahu kapan harus beristirahat.

Sebaliknya, overachiever seringkali mengorbankan keseimbangan hidup demi mencapai tujuan mereka. Mereka mungkin bekerja berjam-jam, mengabaikan hubungan pribadi, atau lupa merawat diri sendiri. Pola hidup seperti ini bisa menyebabkan burnout (kelelahan fisik dan emosional) serta masalah kesehatan jangka panjang.

4. Cara menghargai diri sendiri

ilustrasi berpergian sendiri (pexels.com/Alex P)
ilustrasi berpergian sendiri (pexels.com/Alex P)

High achiever memahami pentingnya menghargai diri sendiri dengan cara yang sehat. Mereka mengakui setiap pencapaian, baik besar maupun kecil, tanpa meremehkan usaha yang telah mereka lakukan. Mereka juga tidak bergantung pada validasi eksternal, melainkan menilai kesuksesan berdasarkan perkembangan pribadi dan tujuan yang telah mereka capai. Dengan cara ini, mereka tetap termotivasi tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi orang lain.

Sebaliknya, overachiever sering kali kesulitan untuk benar-benar menghargai diri sendiri. Mereka cenderung mengabaikan pencapaian yang telah diraih dan selalu merasa harus melakukan lebih banyak lagi.

Rasa puas mereka hanya muncul sesaat sebelum kembali menetapkan target yang lebih tinggi. Hal ini bisa menyebabkan perasaan tidak pernah cukup dan kelelahan mental karena terus mengejar standar yang mungkin sulit dicapai.

Memahami perbedaan antara high achiever dan overachiever bisa membantu kita untuk mengevaluasi pendekatan terbaik dalam meraih kesuksesan. Keduanya memang sama-sama memiliki ambisi besar dan dorongan kuat untuk mencapai kesuksesan. Jadi, apakah kamu sudah menjadi high achiever yang seimbang atau justru terjebak dalam pola overachiever yang berlebihan? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Theodore Siagian
EditorTheodore Siagian
Follow Us