Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Orang Rela Jor-Joran saat Lebaran, Kenapa? 

ilustrasi uang (vecteezy.com/miftachul_huda)
Intinya sih...
  • Lebaran adalah momen spesial yang harus dirayakan dengan maksimal, baik dalam hal pakaian, makanan, atau dekorasi rumah.
  • Budaya berbagi dan memberi di Lebaran membuat banyak orang rela mengeluarkan uang untuk angpao, hadiah, dan keperluan lainnya.
  • Pengaruh lingkungan sekitar dan FOMO membuat orang takut ketinggalan sehingga menghabiskan uang lebih dari seharusnya demi terlihat "setara".

Lebaran selalu identik dengan euforia yang luar biasa. Entah itu untuk membeli baju baru, memberikan THR, atau bahkan mempersiapkan makanan spesial untuk tamu yang datang. Meski kondisi keuangan belum tentu mendukung, tetap saja banyak yang rela mengeluarkan banyak uang demi merayakan hari kemenangan ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan kenapa orang begitu rela jor-joran saat Lebaran?

Tidak hanya sekadar gengsi atau ikut-ikutan, tapi juga karena ada dorongan emosional yang sulit dihindari. Bahkan, bagi sebagian orang, Lebaran bukan hanya perayaan, melainkan simbol dari pencapaian, penghormatan, hingga kebahagiaan. Nah, berikut lima alasan utama kenapa banyak orang rela mengeluarkan banyak uang saat Lebaran.

1. Momen setahun sekali yang harus dimanfaatkan maksimal

ilustrasi makanan Lebaran tinggi kolesterol (vecteezy.com/ikarahma)

Lebaran bukan sekadar hari biasa, tapi momen yang hanya datang setahun sekali. Banyak orang merasa bahwa ini adalah saat yang spesial dan harus dirayakan dengan maksimal. Setelah bekerja keras selama setahun penuh, mereka ingin memberikan yang terbaik bagi keluarga dan diri sendiri. Ada perasaan ingin menunjukkan bahwa hasil jerih payah mereka selama ini bisa dinikmati, entah dalam bentuk makanan enak, pakaian baru, atau dekorasi rumah yang lebih meriah.

Selain itu, karena banyak orang mudik dan berkumpul dengan keluarga besar, mereka merasa perlu tampil lebih baik. Bagi sebagian orang, ini bukan hanya soal gengsi, tapi juga sebagai bentuk rasa syukur karena masih bisa bertemu orang-orang terkasih. Makanya, mereka rela mengeluarkan banyak uang agar momen ini terasa lebih spesial dan berkesan.

2. Tradisi memberi dan berbagi yang sudah mengakar

ilustrasi memberi THR (vecteezy.com/miftachul_huda)

Sejak kecil, banyak orang diajarkan bahwa Lebaran adalah waktu untuk berbagi. Memberikan angpao atau 'salam tempel' kepada anak-anak, membelikan hadiah untuk orangtua, atau bahkan sekadar membagikan makanan ke tetangga sudah menjadi kebiasaan yang sulit dilewatkan. Ini bukan hanya soal kewajiban, tapi juga kebahagiaan tersendiri saat melihat orang lain senang karena pemberian kita.

Dalam budaya Indonesia, memberi sering kali dianggap sebagai bentuk penghormatan dan kepedulian. Tidak heran kalau banyak orang rela menyisihkan sebagian besar uang mereka untuk berbagai keperluan ini. Bahkan, meski kondisi finansial tidak terlalu baik, mereka tetap berusaha mencari cara agar tetap bisa berbagi, karena takut dianggap pelit atau kurang peduli.

3. Pengaruh sosial dan tekanan lingkungan

ilustrasi pengaruh sosial dan tekanan lingkungan (pexels.com/PNW Production)

Tidak bisa dipungkiri, lingkungan sekitar punya pengaruh besar dalam cara seseorang membelanjakan uangnya saat Lebaran. Ketika melihat orang lain membeli baju baru, menyajikan hidangan mewah, atau membagikan angpao dalam jumlah besar, ada dorongan untuk melakukan hal yang sama. Ini sering kali terjadi tanpa disadari, karena ada rasa takut ketinggalan atau dianggap kurang mampu.

Banyak orang tidak mau terlihat berbeda dari orang lain, terutama di momen seperti Lebaran. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga mampu dan bisa merayakan hari besar ini dengan cara yang sama. Inilah yang membuat banyak orang akhirnya menghabiskan lebih dari yang seharusnya, hanya demi terlihat "setara" dengan orang-orang di sekitar mereka.

4. Efek FOMO (Fear of Missing Out) yang tidak disadari

ilustrasi Lebaran (pexels.com/RDNE Stock project)

FOMO atau Fear of Missing Out adalah fenomena psikologis di mana seseorang merasa takut ketinggalan sesuatu yang dianggap penting. Dalam konteks Lebaran, ini bisa berupa takut tidak punya baju baru, takut tidak bisa memberi THR, atau bahkan takut tidak bisa menyajikan makanan yang cukup untuk tamu. Akhirnya, mereka mengeluarkan uang lebih banyak dari yang seharusnya, hanya demi memastikan bahwa mereka tidak "kurang" dibanding orang lain.

Sebenarnya, tidak ada aturan baku yang mengatakan bahwa Lebaran harus dirayakan dengan cara yang mahal. Dikarenakan seseorang melihat sekitar melakukan hal yang sama, mereka jadi ikut-ikutan tanpa berpikir panjang. Padahal kalau dipikirkan lebih dalam, kebahagiaan saat Lebaran tidak selalu ditentukan oleh seberapa banyak uang yang dikeluarkan, tapi lebih ke bagaimana momen itu dinikmati dengan orang-orang terdekat.

5. Dorongan emosional dan nostalgia masa kecil

ilustrasi Lebaran (pexels.com/Timur Weber)

Banyak orang mengaitkan Lebaran dengan kenangan masa kecil yang menyenangkan. Waktu kecil, mungkin mereka pernah merasakan kebahagiaan saat menerima angpao, memakai baju baru, atau makan hidangan spesial bersama keluarga. Kenangan ini tertanam kuat dalam pikiran mereka, sehingga saat dewasa, mereka ingin menciptakan kembali momen yang sama, baik untuk diri sendiri maupun anak-anak mereka.

Dorongan emosional seperti ini sering kali membuat orang sulit berpikir rasional dalam mengelola pengeluaran. Mereka lebih fokus pada bagaimana menciptakan kebahagiaan, tanpa benar-benar memperhitungkan konsekuensinya. Akhirnya, mereka rela menghabiskan uang lebih banyak demi memastikan bahwa Lebaran kali ini terasa sama spesialnya seperti saat mereka masih kecil.

Jor-joran saat Lebaran memang menyenangkan, tapi penting juga untuk tetap bijak dalam mengelola keuangan. Jangan sampai euforia sesaat membuat keuangan berantakan setelah hari raya berlalu. Ingat bahwa kebahagiaan saat Lebaran tidak selalu harus diukur dari seberapa banyak uang yang dikeluarkan, tapi dari bagaimana kita menikmati momen itu bersama orang-orang terdekat. Jadi, daripada menghabiskan uang tanpa berpikir panjang, lebih baik fokus pada hal-hal yang benar-benar memberi makna dalam perayaan ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us