Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Dampak Generational Money Trauma yang Mungkin Tanpa Sadar Kamu Alami

Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Photo By: Kaboompics.com)
Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Photo By: Kaboompics.com)

Generational money trauma adalah istilah yang menggambarkan dampak psikologis dan emosional dari pola keuangan yang diwariskan secara turun-temurun. Trauma ini sering kali muncul tanpa disadari, memengaruhi cara kita memandang uang, mengambil keputusan finansial, hingga menjalani kehidupan sehari-hari.

Buat kamu yang mungkin merasa hubunganmu dengan uang sering terasa rumit, berikut lima dampak yang mungkin tanpa sadar kamu alami. Yuk, pahami lebih dalam agar bisa perlahan mengatasinya!

1. Ketakutan berlebihan akan kekurangan uang

Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Pavel Danilyuk)

Ketakutan ini sering berasal dari pengalaman masa kecil, seperti melihat orang tua berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan atau menghadapi krisis keuangan. Tanpa sadar, kamu tumbuh dengan keyakinan bahwa uang selalu menjadi sumber kecemasan. Akibatnya, kamu bisa jadi terlalu hemat, bahkan takut mengambil risiko keuangan yang sebenarnya berpotensi membawa manfaat.

Ketika rasa takut ini terus menguasai, hidupmu menjadi penuh tekanan, seolah-olah kamu tak pernah cukup. Padahal, langkah pertama untuk mengatasi ketakutan ini adalah menyadari bahwa pola pikir tersebut bukanlah kenyataan, melainkan cerminan masa lalu yang tidak harus membatasi masa depanmu.

2. Kesulitan menikmati hasil kerja keras

Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/MART PRODUCTION)
Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/MART PRODUCTION)

Apakah kamu sering merasa bersalah saat menghabiskan uang untuk hal-hal yang membuatmu bahagia? Jika iya, ini mungkin dampak dari generational money trauma. Pola pikir “uang hanya untuk kebutuhan, bukan untuk kesenangan” kerap diwariskan dari generasi sebelumnya yang hidup dalam keterbatasan.

Namun, ingatlah bahwa kerja kerasmu layak diapresiasi. Menikmati hasil usahamu tidak sama dengan boros. Memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasakan kebahagiaan justru membantu menjaga keseimbangan hidup dan kesehatan mentalmu.

3. Pola konsumsi berlebihan sebagai pelampiasan

Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Andrea Piacquadio)

Sebaliknya, ada pula yang mengalami trauma ini dengan cara sebaliknya: pola konsumsi yang berlebihan. Mungkin kamu merasa harus memiliki segalanya sekarang karena pernah tumbuh dalam keterbatasan. Hal ini sering muncul dari keinginan untuk “membalas” masa lalu yang sulit.

Namun, kebiasaan ini bisa menjadi bumerang, membuat kamu terjebak dalam siklus utang atau merasa kosong meski memiliki banyak barang. Penting untuk menemukan keseimbangan antara memenuhi kebutuhan, menikmati keinginan, dan menabung untuk masa depan.

4. Perasaan tidak layak memiliki uang lebih

Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Alex Green)
Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Alex Green)

Percaya atau tidak, beberapa dari kita tumbuh dengan keyakinan bahwa uang adalah sesuatu yang buruk atau “tidak pantas” dimiliki terlalu banyak. Pola pikir ini sering kali berakar dari ajaran keluarga yang mengaitkan uang dengan keserakahan atau kesalahan moral.

Trauma ini dapat membatasi peluangmu untuk berkembang, baik secara profesional maupun finansial. Kamu mungkin menolak promosi atau peluang besar hanya karena merasa “tidak seharusnya” menginginkan lebih. Penting untuk menyadari bahwa uang, pada dasarnya, adalah alat yang netral. Semua tergantung bagaimana kamu mengelolanya.

5. Hubungan yang rumit dengan kepercayaan finansial

Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Photo By: Kaboompics.com)
Ilustrasi dampak generational money trauma(Pexel.com/Photo By: Kaboompics.com)

Generational money trauma juga bisa memengaruhi bagaimana kamu mempercayai orang lain dalam hal uang, termasuk pasangan, keluarga, atau teman. Kamu mungkin cenderung mengendalikan semua aspek finansial sendiri atau, sebaliknya, terlalu bergantung pada orang lain.

Ketidakseimbangan ini sering berakar pada pengalaman masa lalu, seperti melihat konflik uang dalam keluarga atau dikhianati secara finansial. Membangun kepercayaan finansial memerlukan keberanian untuk berdialog terbuka dan membangun pola baru yang lebih sehat.

Menghadapi generational money trauma memang tidak mudah, tetapi langkah pertama selalu dimulai dari kesadaran. Dengan memahami dampaknya, kita bisa mulai memperbaiki pola pikir dan kebiasaan yang merugikan. Ingatlah, masa lalu tidak harus menentukan masa depanmu.

Hidup yang seimbang secara finansial bukan hanya soal angka di rekening, tetapi juga tentang menciptakan hubungan yang sehat dengan uang—penuh rasa cukup, damai, dan bijaksana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Afifah
EditorAfifah
Follow Us