Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Duck Syndrome, Fenomena yang Sering Dialami oleh Orang Ambis

ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Pernahkah kamu merasa cemas atau panik ketika melihat orang lain tampak sukses, bahagia, dan sempurna? Jika ya, kamu mungkin mengalami duck syndrome yang juga dikenal sebagai imposter syndrome atau sindrom penipu.

Duck syndrome adalah fenomena psikologis di mana seseorang merasa bahwa kesuksesan mereka tidak nyata dan mereka tidak pantas mendapatkannya. Orang dengan duck syndrome sering kali merasa seperti penipu dan takut ketahuan bahwa mereka sebenarnya tidak kompeten.

Meskipun duck syndrome adalah pengalaman yang umum, namun hal itu dapat melemahkan dan mencegah kamu untuk mencapai potensi penuhmu. Berikut adalah lima fakta menarik tentang duck syndrome. Yuk, simak!

1. Duck syndrome dapat dialami oleh siapa saja, tanpa terkecuali

ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Terlepas dari latar belakang, pekerjaan, atau pencapaian mereka, siapa pun dapat mengalami duck syndrome. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa duck syndrome lebih sering terjadi pada orang yang sukses dan berprestasi tinggi. Hal ini mungkin karena mereka memiliki standar yang lebih tinggi untuk diri mereka sendiri dan lebih takut untuk gagal.

Mereka yang mengalami duck syndrome mungkin merasa seperti mereka tidak secerdas atau sekompeten orang lain di sekitar mereka. Mereka mungkin merasa bahwa mereka hanya beruntung mencapai kesuksesan yang mereka miliki dan takut ketahuan sebagai penipu. Rasa takut ini dapat menyebabkan mereka untuk menghindari mengambil risiko, menunda tugas, dan meremehkan pencapaian mereka.

2. Duck dyndrome sering kali dipicu oleh rasa takut akan kegagalan yang mendalam

ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Salah satu faktor utama yang mendasari duck syndrome adalah rasa takut akan kegagalan. Orang dengan duck syndrome sering kali memiliki ketakutan yang mendalam akan gagal dan dihakimi oleh orang lain. Rasa takut ini dapat dipicu oleh berbagai pengalaman, seperti dikritik di masa kecil, mengalami kegagalan yang signifikan, atau memiliki orang tua yang sangat kritis.

Rasa takut akan kegagalan ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan orang dengan duck syndrome. Mereka mungkin menghindari mengambil risiko baru, menunda tugas penting, dan merasa cemas secara konstan. Rasa takut ini juga dapat menyebabkan mereka untuk menyabot diri mereka sendiri, seperti dengan sengaja membuat kesalahan atau tidak berusaha sebaik mungkin.

3. Duck syndrome dapat diatasi dengan terapi dan self-compassion

ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Meskipun duck syndrome dapat menjadi pengalaman yang melemahkan, namun hal itu dapat diatasi dengan bantuan yang tepat. Terapi kognitif-perilaku (CBT) adalah salah satu bentuk terapi yang paling efektif untuk mengobati duck syndrome. CBT membantu orang untuk mengidentifikasi dan menantang pola pikir negatif yang berkontribusi pada duck syndrome.

Selain terapi, self-compassion juga merupakan alat penting untuk mengatasi duck syndrome. Self-compassion adalah tentang memperlakukan diri sendiri dengan kebaikan dan pengertian, bahkan ketika kamu membuat kesalahan. Dengan mempraktikkan self-compassion, kamu dapat belajar untuk menerima kekuranganmu dan berhenti menghakimi diri sendiri dengan keras.

4. Duck syndrome dapat menjadi sumber kreativitas dan inovasi

ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Meskipun duck syndrome dapat memiliki efek negatif, namun hal itu juga dapat menjadi sumber kreativitas dan inovasi. Orang dengan duck syndrome sering kali memiliki dorongan yang kuat untuk membuktikan diri mereka. Dorongan ini dapat memotivasi mereka untuk bekerja keras dan mencapai hal-hal besar.

Beberapa orang yang paling kreatif dan inovatif di dunia pernah mengalami duck syndrome. Misalnya, pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, telah berbicara tentang bagaimana dia berjuang dengan duck syndrome di awal kariernya. Namun, dia mampu menggunakan rasa takutnya akan kegagalan untuk memotivasi dirinya untuk mencapai kesuksesan besar.

5. Duck syndrome adalah pengalaman yang umum dan kamu tidak sendirian

ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Jika kamu mengalami duck syndrome, penting untuk diingat bahwa kamu tidak sendirian. Banyak orang mengalami duck syndrome pada suatu saat dalam hidup mereka. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa hingga 70% orang mengalami duck syndrome di beberapa titik dalam hidup mereka.

Penting untuk mencari dukungan dari orang lain yang pernah mengalami duck syndrome. Berbicara dengan terapis atau konselor juga dapat membantu. Dengan bantuan yang tepat, kamu dapat mengatasi duck syndrome dan mencapai potensi penuhmu.

Duck syndrome memang meresahkan, tapi kamu tidak sendirian. Banyak orang, termasuk orang-orang sukses mengalaminya. Yang terpenting, ingatlah bahwa kamu berharga dan pantas mendapatkan kesuksesanmu. Percayalah pada diri sendiri!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhamad Aldifa
EditorMuhamad Aldifa
Follow Us