Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Ibadah Puasa di Zaman Nabi  

ilustrasi memakan kurma (pexels.com/Sami Abdullah)
ilustrasi memakan kurma (pexels.com/Sami Abdullah)

Puasa menjadi salah satu ibadah wajib yang paling ditunggu oleh umat Islam setiap bulan Ramadan. Namun, pernahkah kamu terpikirkan bagaimana suasana puasa pada masa Nabi Muhammad SAW dahulu? Mulai dari aturan sahur hingga buka puasa, ternyata ada banyak kebiasaan unik yang jarang diketahui oleh generasi sekarang.

Supaya semakin memahami sejarahnya, yuk, kita bahas bersama fakta-fakta menarik seputar ibadah puasa di zaman Rasulullah. Siapa tahu bisa jadi inspirasi agar lebih semangat menjalani Ramadan tahun ini!

1. Waktu sahur di zaman Nabi dilakukan menjelang azan subuh

ilustrasi makan sahur (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi makan sahur (pexels.com/Timur Weber)

Kalau sekarang ada yang sengaja sahur agak malam biar gak kesiangan, zaman Nabi justru beda ceritanya. Menurut riwayat yang dicatat oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW biasa mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang azan subuh. Jeda antara selesai sahur dan shalat subuh disebutkan cuma sekitar waktu membaca 50 ayat Al-Qur'an, alias gak sampai 30 menit.

Kebiasaan ini bukan tanpa alasan. Selain supaya tubuh tetap bertenaga selama puasa, mengakhirkan sahur juga punya keberkahan tersendiri. Bahkan, dalam hadisnya, Nabi menyebutkan bahwa perbedaan antara puasa umat Islam dan Ahli Kitab adalah adanya sahur. Jadi, jangan malas bangun sahur, ya! Bonusnya, makin dekat ke subuh, makin besar pahalanya.

2. Menu buka puasa sederhana dengan kurma dan air putih

ilustrasi memakan kurma (pexels.com/Sami Abdullah)
ilustrasi memakan kurma (pexels.com/Sami Abdullah)

Zaman sekarang, buka puasa identik sama meja penuh hidangan spesial. Tapi beda banget sama masa Rasulullah. Menu andalan beliau saat berbuka cuma kurma dan air putih. Kalau gak ada kurma, cukup seteguk air dingin sudah buat puasanya batal dengan penuh syukur.

Menurut kitab "Ash-Shamail Al-Muhammadiyah", Nabi biasa berbuka dengan beberapa butir kurma basah. Kalau gak ada, kurma kering jadi alternatif. Kalau dua-duanya absen, baru deh cukup air. Simpel banget, kan? Dari sini kita bisa belajar kalau hakikat buka puasa bukan soal mewahnya hidangan, tapi soal kesyukuran dan mengembalikan energi dengan cukup. Jadi, gak perlu FOMO sama tren all you can eat pas Ramadan, ya!

3. Puasa Ramadan baru diwajibkan di tahun kedua Hijriah

ilustrasi berbuka puasa (pexels.com/Anna Tarazevich)
ilustrasi berbuka puasa (pexels.com/Anna Tarazevich)

Banyak yang ngira puasa Ramadan udah ada sejak awal Islam turun, padahal faktanya enggak. Kewajiban puasa Ramadan baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriah atau sekitar 624 Masehi. Ini tercatat jelas dalam tafsir Ibnu Katsir yang menjelaskan turunnya Surah Al-Baqarah ayat 183 sebagai landasan hukumnya.

Sebelum itu, umat Islam menjalani puasa Asyura pada 10 Muharram. Nah, setelah perintah puasa Ramadan turun, puasa Asyura jadi sunah, bukan wajib lagi. Bayangin deh, momen pertama kali umat Islam wajib puasa sebulan penuh pasti penuh adaptasi. Tapi karena langsung dipimpin Rasulullah, transisinya berjalan mulus dan penuh semangat spiritual.

4. Tidak ada tradisi ngabuburit, fokus ibadah lebih utama

ilustrasi membaca Al-Quran (pexels.com/ali burhan)
ilustrasi membaca Al-Quran (pexels.com/ali burhan)

Kalau sekarang ngabuburit jadi agenda wajib sebelum buka puasa, zaman Nabi justru gak ada tuh istilah keluyuran sore hari nunggu azab magrib. Waktu jelang buka biasanya diisi dengan ibadah, seperti membaca Al-Qur'an, berzikir, atau memperbanyak doa. Bahkan dalam hadis disebutkan, waktu menjelang berbuka adalah salah satu waktu mustajab buat berdoa.

Rasulullah SAW mengajarkan umatnya buat memanfaatkan setiap detik Ramadan buat mendekatkan diri ke Allah, bukan sekadar cari kegiatan pengisi waktu. Jadi, daripada scrolling TikTok sampai lupa waktu, coba sesekali ganti dengan murojaah hafalan atau ikut kajian online. Siapa tahu hatimu jadi makin adem.

5. Perang Badar terjadi saat umat Islam sedang berpuasa

ilustrasi muslim berpuasa (unsplash.com/أخٌ‌في‌الله)
ilustrasi muslim berpuasa (unsplash.com/أخٌ‌في‌الله)

Siapa bilang puasa harus jadi alasan untuk bermalas-malasan? Pada masa Nabi, justru perang besar pertama umat Islam terjadi saat mereka tengah menjalani puasa Ramadan. Ya, Perang Badar berlangsung pada tanggal 17 Ramadan tahun kedua Hijriah, hanya beberapa minggu setelah kewajiban puasa ditetapkan.

Meskipun jumlah pasukan muslim jauh lebih sedikit, semangat mereka tetap membara meski sedang berpuasa. Kondisi fisik yang lemah tidak menghalangi kemenangan, justru semakin memperkuat keyakinan bahwa kemenangan datang atas izin Allah. Dari sini kita bisa belajar bahwa Ramadan bukan alasan untuk berhenti produktif, apalagi cuma rebahan sepanjang hari.

Puasa pada masa Nabi memang penuh kesederhanaan, tetapi kaya makna. Mulai dari sahur hingga berbuka, semua dilakukan dengan niat ibadah dan penuh keberkahan. Yuk, coba praktikkan beberapa sunah Rasul ini di Ramadan kali ini agar semakin terasa suasananya seperti pada masa beliau!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agistiadi Nugraha
EditorAgistiadi Nugraha
Follow Us