5 Penyebab Kue Lebaran Cuma Jadi Pajangan, Bukan Camilan

- Kue kering menjadi kurang laku karena dianggap sebagai pajangan Lebaran, bukan camilan yang benar-benar dimakan.
- Pemilihan kue yang disukai keluarga dan tamu dapat mengurangi sisa kue, serta memperhatikan waktu berkunjung yang lebih asik untuk bersilaturahmi.
- Penyimpanan kue yang tepat dan pemilihan varian kue yang sesuai dengan selera masyarakat dapat menghindari sisa kue setelah Lebaran.
Momen Lebaran sudah pasti selalu identik dengan kue kering. Mulai dari hadiah hampers atau memang sengaja membelinya. Padahal, setiap rumah hampir selalu menyajikan kue yang sama. Hal ini yang membuat kue kering menjadi kurang laku untuk dicicipi, akhirnya meninggalkan sisa ketika Hari Raya sudah berakhir.
Toples yang disajikan di ruang tamu memang terlihat estetik. Namun, hal ini justru bisa menjadi salah satu faktor tamu ragu untuk mengambil sebab takut merusak dekorasi. Nah, berikut ada beberapa alasan mengapa kue kering selalu sisa padahal camilan ini wajib ada pada momen Lebaran. Yuk, simak selengkapnya!
1. Kue hanyalah simbol

Kue kering sudah menjadi tradisi turun-temurun di setiap Lebaran. Rasanya, kue kering selalu wajib ada meskipun tamu atau bahkan tuan rumahnya tidak terlalu berminat untuk memakannya. Akhirnya, kue kering halnya sebagai pajangan, tanpa menjadi camilan yang benar-benar dimakan.
Untuk menghindari mubazir, sebaiknya pilihlah kue yang sekiranya kamu dan anggota keluargamu sukai. Sebab, jika seandainya tamu tidak menyukai, kue tersebut masih bisa kamu makan. Selain itu, kamu juga bisa mengurangi opsi camilan kue kering saat lebaran dengan makanan lain yang lebih sering dimakan seperti buah maupun keripik.
2. Tamu lebih suka ngobrol daripada ngemil kue

Seringkali tamu yang datang bersilaturahmi pada saat lebaran lebih asik mengobrol dibandingkan mencicipi kue yang disajikan. Waktu berkunjung yang sebentar kadang pun tidak cukup jika harus mencicipi satu persatu makanan yang disajikan setiap rumah. Sebagian orang pun menganggap jika makan sambil berbicara akan memberikan kesan kurang sopan kepada tuan rumah.
Momen berharga yang bisa dikatakan hanya datang satu tahun sekali ini bagi sebagian orang sayang jika di lewatkan. Hal ini membuat mereka lebih antusias berbagi cerita hingga mengenang masa lalu. Agar kue tetap dinikmati kamu sebagai tuan rumah bisa menawarkan kue secara langsung agar tamu tidak sungkan untuk mencicipi. Usahakan letakkan kue tersebut di tempat yang mudah dijangkau agar tetap bisa dinikmati dengan leluasa.
3. Tekstur kue terlalu lembek, bahkan sudah tidak renyah

Kue kering yang dihidangkan pada momen Lebaran tentunya tidak langsung habis begitu saja. Kue yang terlalu lama disimpan dan tidak ditutup rapat akan mlempem seiring berjalannya waktu. Citra rasanya pun sudah tidak seenak ketika kue baru pertama dibuka. Pastikan toples kue tertutup rapat, kamu juga bisa memakai silica gel food grade untuk menyerap kelembapan dalam toples.
Adapun beberapa jenis kue yang memiliki tekstur lembek sedari awal. Oleh karena itu, pemilihan kue untuk Lebaran tetap perlu diperhatikan. Jangan sampai kamu salah beli sehingga menjadikan kue tersebut lebih banyak sisa atau bahkan hanya sebagai pajangan.
4. Trauma dengan kue yang gagal

Ada sebagian orang yang cukup trauma karena pernah mencicipi kue yang gagal. Nastar dengan isinya yang pahit, kastengel yang terlalu keras bisa menjadi pengalaman buruk seseorang terhadap kue kering. Alhasil, jika melihat kue serupa maka akan terbesit rasanya yang tidak enak.
Untuk meminimalisir hal yang demikian, biasanya mereka lebih memilih untuk menghindari secara keseluruhan. Sebagai tuan rumah, pastikan kamu membeli kue tersebut dari toko yang terpercaya sehingga kualitas sudah tidak diragukan lagi. Jika pun kue tersebut adalah hampers yang diberikan untukmu, pastikan kamu mencicipi terlebih dahulu sebelum disajikan di ruang tamu.
5. Kue yang di pilih tidak ikonik

Variasi kue kering setiap tahunnya hampir bermacam-macam. Mulai dari versi tradisional hingga varian terbaru yang orang lain belum terlalu familiar. Namun, pemilihan kue kering yang terlalu eksperimental bisa saja menyebabkan tamu enggan mencicipinya.
Kue dengan varian terbaru seperti red velvet, taro maupun lainnya mungkin menarik bagi sebagian orang. Tapi, tidak semua orang penasaran dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Bahkan, mereka cenderung memilih kue klasik yang sudah akrab di lidah. Boleh saja menyediakan varian terbaru, tapi sebaiknya perbanyak varian klasik yang hampir sebagian orang menyukainya.
Mungkin itulah beberapa faktor yang membuat kue kering tetap tersisa setelah Lebaran. Oleh karena itu, penting untuk memilih kue yang tepat agar tidak mubazir. Kira-kira kue kering yang disajikan pada Lebaran kali ini benar-benar dinikmati, atau hanya sekadar tradisi? Jangan sampai terbuang sia-sia ya!