Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pertanyaan Reflektif agar Kamu Bisa Terlepas dari Reading Slump

ilustrasi membaca buku
ilustrasi membaca buku (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Pernahkah kita merasa kehilangan semangat membaca, bahkan untuk buku yang dulu kita sukai? Kondisi ini dikenal sebagai reading slump, saat keinginan membaca menurun tanpa alasan yang jelas. Rasanya seperti terjebak dalam kebosanan, padahal tumpukan buku menunggu untuk diselesaikan.

Kita sering kali memaksa diri untuk tetap membaca, tetapi justru semakin jenuh. Di kondisi demikian, berhenti sejenak dan melakukan refleksi bisa menjadi solusi terbaik. Dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana, kita dapat menemukan akar masalah dan menyalakan kembali semangat membaca secara perlahan.

1. Mengapa kita merasa wajib atau terbebani untuk menyelesaikan buku ini?

ilustrasi menggali tujuan membaca
ilustrasi menggali tujuan membaca (pexels.com/George Milton)

Banyak dari kita membaca karena merasa harus, bukan karena ingin. Tekanan untuk menuntaskan buku sering kali datang dari keinginan untuk terlihat produktif atau takut dianggap tidak konsisten. Padahal membaca seharusnya menjadi kegiatan yang memberi ketenangan, alih-alih menjadi beban.

Dengan menyadari hal itu, kita bisa mulai memberi izin pada diri sendiri untuk berhenti sementara atau mengganti bacaan. Tidak semua buku harus selesai dibaca, dan hal itu bukan masalah besar. Fokuslah pada buku yang terasa menyenangkan agar kegiatan membaca kembali terasa ringan dan alami.

2. Apa yang membuat kita cemas atau lelah secara mental saat ini?

ilustrasi bosan membaca
ilustrasi bosan membaca (pexels.com/Karola G)

Terkadang, reading slump bukan disebabkan oleh buku itu sendiri, melainkan oleh kondisi mental kita. Saat pikiran penuh beban, membaca terasa berat karena otak sedang sibuk memproses hal lain. Kelelahan dari pekerjaan, masalah pribadi, atau stres bisa membuat kita sulit untuk fokus pada cerita.

Menulis atau menyadari hal-hal yang membuat kita merasa penat bisa menjadi langkah awal untuk memulihkan semangat membaca. Dengan mengenali penyebabnya, kita lebih mudah mencari cara untuk menenangkan diri. Setelah itu, otak pun memiliki ruang untuk kembali menikmati setiap halaman dengan lebih fokus.

3. Jika kita hanya membaca satu paragraf hari ini, buku apa yang paling menarik?

ilustrasi membaca buku untuk healing
ilustrasi membaca buku untuk healing (pexels.com/Vlada Karpovich)

Membaca tidak selalu harus berlangsung dalam waktu yang lama dan dalam kondisi serius. Terkadang, memulai dari hal kecil, seperti satu paragraf atau satu halaman bisa membantu mengurangi rasa malas. Langkah demikian dapat menciptakan gerakan tanpa tekanan besar, sehingga proses membaca terasa lebih ringan.

Kita bisa memilih buku yang benar-benar menarik minat, bahkan hanya untuk satu bagian kecilnya. Dengan cara tersebut, rasa ingin tahu perlahan bisa tumbuh kembali. Semakin sering dilakukan, semakin mudah kita kembali pada kebiasaan membaca secara utuh.

4. Bagaimana kondisi fisik dan lingkungan saat kita paling menikmati proses membaca?

ilustrasi seseorang menikmati momen sendiri
ilustrasi seseorang menikmati momen sendiri (pexels.com/Bethany Ferr)

Suasana tempat kita membaca sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan fokus. Pencahayaan, posisi duduk, hingga aroma di sekitar bisa menentukan seberapa dalam kita menikmati bacaan. Mungkin dulu kita paling betah membaca di kafe favorit, di kasur sambil minum teh, atau di teras pada sore hari yang tenang.

Menciptakan kembali suasana tersebut bisa membangkitkan kenangan positif terkait kegiatan membaca. Lingkungan yang mendukung membuat kita lebih mudah tenggelam dalam buku. Saat tubuh dan pikiran merasa nyaman, minat membaca akan muncul kembali dengan sendirinya.

5. Apa jenis kisah atau ilmu yang sedang kita butuhkan saat ini?

ilustrasi memilih buku yang ingin dibaca
ilustrasi memilih buku yang ingin dibaca (pexels.com/cottonbro studio)

Membaca sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan hati dan pikiran kita saat ini. Ada kalanya kita butuh cerita ringan untuk hiburan, di lain waktu kita ingin membaca buku inspiratif untuk menemukan arah baru. Memahami kebutuhan emosi membantu kita untuk memilih bacaan yang tepat.

Kita bisa melihat buku seperti vitamin untuk jiwa, karena setiap jenis memiliki manfaatnya sendiri. Saat merasa lelah, baca fiksi yang menenangkan. Saat bosan, pilih kisah penuh misteri, dan saat ragu, buka buku motivasi yang menguatkan. Dengan membaca sesuai kebutuhan, kita tidak hanya mengisi waktu, tetapi juga merawat dan menyembuhkan diri sendiri.

Reading slump bukan tanda bahwa kita kehilangan rasa cinta pada buku. Kondisi ini justru menjadi sinyal bahwa tubuh dan pikiran sedang meminta jeda. Dengan refleksi sederhana, kita dapat mengenali apa yang benar-benar dibutuhkan sebelum kembali ke halaman berikutnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us

Latest in Life

See More

50 Kata Sindiran buat Saudara yang Munafik, Halus tapi Menohok!

12 Nov 2025, 07:45 WIBLife