Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Situasi yang Membuat Kesedihanmu Terasa Begitu Tajam

ilustrasi seseorang di tengah hujan (unsplash.com/dannyeve)

Kesedihan adalah penyeimbang dalam kehidupan. Jika yang ada di dunia ini hanyalah kebahagiaan, arti kebahagiaan justru bakal makin kabur bagi kita.

Walau begitu, ada kalanya kesedihanmu terasa lebih tajam dan melukai. Seperti lima situasi di bawah ini yang bisa membuatmu gak yakin akan mampu merasa bahagia lagi.

1. Kamu terjatuh dari posisi yang amat tinggi

ilustrasi terjun bebas (unsplash.com/josephgruenthal)

Maksudnya, kamu tidak menduga kehidupanmu dapat berubah sedrastis ini. Misalnya, dari kamu memiliki segalanya menjadi bangkrut. Kemapanan finansial yang telah kamu rasakan selama bertahun-tahun musnah dalam sekejap ketika usahamu gulung tikar. Kamu bahkan terlilit begitu banyak utang.

Dengan perubahan sedrastis ini, kamu akan bertanya-tanya mengapa semua ini harus terjadi padamu? Apa kesalahan yang pernah kamu lakukan selama hidup sehingga harus merasakan karma seperti ini? 

2. Ditinggalkan orang-orang terdekat ketika masalahmu amat berat

ilustrasi perempuan berpayung (unsplash.com/katoblackmore)

Makin berat masalahmu, makin kamu ingin didukung oleh orang-orang terdekatmu. Namun kenyataannya, mereka justru meninggalkanmu. Tidak peduli, bahkan mencela nasibmu.

Kita lanjutkan contoh dalam poin pertama. Ketika kamu bangkrut, pasanganmu meninggalkanmu. Padahal selama bertahun-tahun kamu tidak pernah kurang dalam menafkahinya.

Akan tetapi, hujan semalam saja seakan-akan melenyapkan seluruh hal baik yang telah kamu lakukan untuknya dan keluarga kalian. Kamu jadi merasa dikhianati, kan?

3. Kematian orang terdekat memang sukar diterima

ilustrasi kesedihan (pexels.com/jay-r-alvarez-2501979)

Berbeda dengan poin 2, kali ini orang terdekatmu pergi karena takdir. Biasanya, kesedihan yang mendalam akan kamu rasakan jika pasangan, orangtua, atau saudara kandungmu yang meninggal dunia.

Sakit selama apa pun tak membuatmu lebih mudah menghadapi duka karena kepergiannya. Apalagi kalau kematiannya mendadak seperti akibat kecelakaan. 

Bila hubungan kalian selama ini sangat baik, kamu menjadi merasa kehidupanmu tak akan pernah sama lagi dengan ketika ia masih hidup. Namun kalaupun hubungan kalian tidak harmonis, kamu jadi selalu membayangkan seandainya hubungan kalian dapat diperbaiki.

4. Tidak ada yang benar-benar mau mendengarkan ceritamu

ilustrasi duduk sendiri (unsplash.com/larm)

Jika mereka sibuk, kamu tentu bisa mengerti. Akan tetapi, mereka terlalu meremehkan masalahmu. Akibatnya, kamu tak pernah dapat menceritakannya hingga tuntas.

Mereka suka memotong ceritamu dan menilai kamu yang berlebihan atau lemah. Setelah kerap mendapatkan respons seperti ini, kamu pasti jadi ingin memendam semua masalahmu seorang diri.

5. Masalahmu datang bertubi-tubi

ilustrasi gadis sedih (unsplash.com/alvaro94)

Masalah yang satu belum selesai, sudah muncul masalah lain. Terus seperti itu sampai masalahmu menggunung. Kamu tak tahu lagi apakah di dunia ini cuma kamu yang harus menghadapi masalah sebanyak itu?

Kalau benar begitu, mengapa harus kamu yang mengalaminya? Bagaimana cara untuk melenyapkan semua masalah itu secepat mungkin?

Jika kamu telah sampai pada pertanyaan terakhir, hati-hati, ya! Di tengah kekalutan, terkadang muncul gagasan yang tampak brilian tetapi sebenarnya sangat berbahaya dan tidak boleh kamu lakukan. 

Ya, itu adalah keinginan untuk mengakhiri hidup alias bunuh diri. Empat situasi sebelumnya juga dapat mengantarkanmu pada keinginan tersebut.  Ada campuran perasaan lelah, dirimu tak berguna, keputusasaan, dan kesepian. Kamu perlu makin mendekatkan diri pada Sang Pencipta agar merasa lebih tenang dan percaya setiap masalah pasti akan ada solusinya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us