Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tantangan Hidup Zero Waste, Mampu Menjalankan? 

ilustrasi hidup zero waste (freepik.com/freepik)

Hidup zero waste atau bebas sampah memang sedang naik daun belakangan ini. Banyak orang mulai sadar akan dampak buruk sampah terhadap lingkungan dan berusaha mengurangi jejak karbon mereka. Namun, niat baik saja tidak cukup. Nyatanya, menjalani gaya hidup zero waste tidak semudah yang dibayangkan. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari kebiasaan sehari-hari hingga faktor eksternal yang seringkali di luar kendali. Jadi, sebenarnya, mampukah kita benar-benar hidup tanpa menghasilkan sampah?

Artikel ini akan membahas lima tantangan utama dalam menjalani hidup zero waste. Dari kebiasaan belanja hingga ketersediaan produk ramah lingkungan, kita akan mengupas tuntas apa saja yang bikin gaya hidup ini terasa berat. Jangan khawatir, meski tantangannya banyak, bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Yuk, simak selengkapnya!

1. Kebiasaan belanja yang sulit diubah

ilustrasi hidup zero waste (freepik.com/freepik)

Salah satu tantangan terbesar hidup zero waste adalah mengubah kebiasaan belanja. Selama ini, kita terbiasa membeli barang dengan kemasan sekali pakai atau plastik. Mulai dari belanja bulanan hingga sekadar jajan kopi, plastik seolah sudah menjadi bagian tak terpisahkan. Padahal, untuk hidup zero waste, kita harus mulai membawa tas belanja sendiri, wadah makanan, atau botol minum.

Tidak hanya itu, kebiasaan belanja impulsif juga sering jadi masalah. Misalnya, saat melihat diskon besar-besaran, tanpa sadar kita membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Akhirnya, barang tersebut menumpuk dan berpotensi menjadi sampah. Mengubah kebiasaan ini butuh komitmen dan kesadaran yang tinggi.

2. Ketersediaan produk ramah lingkungan yang terbatas

ilustrasi hidup zero waste (freepik.com/freepik)

Meski semakin banyak produk ramah lingkungan yang beredar, nyatanya tidak semua daerah mudah mengaksesnya. Di kota-kota besar, mungkin sudah banyak toko yang menjual produk tanpa kemasan atau berbahan dasar daur ulang. Tapi, bagaimana dengan yang tinggal di daerah dengan akses terbatas?

Selain itu, harga produk ramah lingkungan seringkali lebih mahal dibandingkan produk biasa. Misalnya, sedotan stainless atau sikat gigi bambu bisa dua hingga tiga kali lipat lebih mahal. Hal ini bikin banyak orang berpikir dua kali sebelum beralih ke produk ramah lingkungan. Padahal, dalam jangka panjang, produk ini justru lebih hemat karena bisa dipakai berulang kali.

3. Kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar

ilustrasi hidup zero waste (freepik.com/freepik)

Hidup zero waste akan terasa lebih mudah jika didukung oleh orang-orang di sekitar. Sayangnya, tidak semua orang punya kesadaran yang sama tentang pentingnya mengurangi sampah. Misalnya, saat makan bersama di restoran, teman-teman mungkin memilih menggunakan sedotan plastik atau styrofoam.

Selain itu, fasilitas umum yang kurang mendukung juga jadi kendala. Contohnya, masih minimnya tempat sampah khusus organik dan anorganik di tempat-tempat umum. Bahkan, beberapa tempat masih belum menyediakan air isi ulang untuk mengurangi penggunaan botol plastik. Tanpa dukungan ini, hidup zero waste terasa seperti perjuangan sendiri.

4. Kemasan produk yang berlebihan

ilustrasi hidup zero waste (freepik.com/freepik)

Pernah beli produk kecil tapi kemasannya berlapis-lapis? Ini adalah salah satu tantangan besar bagi para pejuang zero waste. Banyak produsen masih menggunakan kemasan berlebihan, terutama plastik, untuk menarik perhatian konsumen. Padahal, kemasan ini seringkali tidak bisa didaur ulang dan berakhir jadi sampah.

Bahkan, beberapa produk ramah lingkungan pun masih menggunakan kemasan plastik. Misalnya, sabun batang yang seharusnya ramah lingkungan, tapi dibungkus plastik. Hal ini bikin frustrasi karena seolah-olah kita tidak punya pilihan lain. Padahal, seharusnya produsen bisa lebih bertanggung jawab dalam memilih kemasan produknya.

5. Konsistensi yang sulit dijaga

ilustrasi hidup zero waste (freepik.com/freepik)

Tantangan terakhir dan mungkin yang paling berat adalah menjaga konsistensi. Awalnya, semangat hidup zero waste mungkin sangat tinggi. Tapi, seiring waktu, godaan untuk kembali ke kebiasaan lama seringkali muncul. Misalnya, saat sedang buru-buru, lebih mudah membeli air mineral dalam botol plastik daripada membawa botol minum sendiri.

Selain itu, hidup zero waste butuh perencanaan yang matang. Mulai dari menyiapkan wadah makan, membawa tas belanja, hingga memilah sampah. Jika tidak disiplin, semua rencana ini bisa berantakan. Konsistensi memang kunci utama, tapi tidak semua orang bisa melakukannya dengan mudah.

Hidup zero waste memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Setiap tantangan yang dihadapi sebenarnya bisa diatasi dengan kesadaran dan komitmen yang kuat. Mulai dari hal kecil, seperti membawa tas belanja sendiri atau mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, sudah bisa membuat perbedaan besar.

Yang terpenting, tidak perlu terburu-buru atau merasa harus sempurna. Setiap langkah kecil menuju hidup zero waste adalah progres yang patut diapresiasi. Jadi, siap mencoba menghadapi tantangan ini? Atau mungkin sudah punya tips sendiri untuk hidup lebih ramah lingkungan? Yuk, bagikan pengalamanmu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Daffa A.N
EditorDaffa A.N
Follow Us