6 Kesalahan Bicara yang Bikin Orang Lain Sakit Hati, Jaga Lisanmu!

Jika kamu menyakiti hati orang lain, pertanggung jawabannya akan berat. Waktu sudah lama berlalu dan dirimu lupa pernah mengatakan apa saja atau tentang seseorang. Namun, orang yang tersakiti oleh lisanmu boleh jadi seumur hidup akan tetap mengingatnya dan merasa terluka.
Bila demikian keadaannya, boleh jadi keburukannya juga memengaruhi hidupmu. Tanpa orang itu membalasmu dengan cara apa pun, hidupmu bisa berjalan penuh hambatan. Kamu sampai bingung mencari penyebabnya, karena merasa telah melakukan berbagai hal sebaik mungkin.
Padahal, itu mungkin dipengaruhi oleh seringnya ucapannya menyakiti hati orang-orang. Belajarlah buat lebih menjaga lisan dengan siapa pun dirimu berkomunikasi. Kata-kata yang sudah terucap gak akan bisa ditelan kembali. Sadari enam kesalahan bicara di bawah ini yang kerap membuat orang lain sakit hati dengan ucapanmu.
1. Ucapan dijadikan senjata untuk melukai hati

Bisa berkata-kata adalah anugerah. Maka seharusnya kemampuan berbicara digunakan hanya untuk kebaikan. Bukan justru dipakai buat menyakiti perasaan orang lain. Seumur hidup, kamu barangkali tidak pernah berkelahi.
Namun, ucapan yang dijadikan senjata buat menyakiti perasaan orang tak kalah berbahaya dari duel fisik. Bahkan, akibatnya dapat melebihi luka yang ditimbulkan oleh perkelahian, tergantung dari kata-kata yang dipilih. Intropeksi dan mulai ubah caramu berbicara dengan siapa pun.
Berusahalah agar setiap perkataanmu menjadi penyejuk bagi orang lain. Baik nada bicara maupun pilihan katamu mesti bisa membuat orang lain merasa tentram, terinspirasi, atau termotivasi. Bukan malah telinga mereka menjadi merah serta hati panas. Gak usah menjadikan perkataanmu sebagai senjata buat melukai siapa pun.
2. Kalau lagi marah gak menunggu tenang dulu

Mana yang lebih penting antara mengekspresikan kemarahan dengan menenangkan diri terlebih dahulu? Jika orientasimu hanya pada kepuasan pribadi dalam jangka pendek, maka marah-marah menjadi tindakan yang diambil. Namun, apabila kamu menginginkan kebaikan dalam jangka panjang, kendalikan dulu emosimu.
Menenangkan diri bukan berarti kamu gak boleh marah oleh apa pun. Justru karena dirimu sudah diliputi kemarahan, maka kamu bergegas menenangkan diri. Bila tidak, setiap kata yang terucap pasti seperti hujan peluru bagi lawan bicara. Sebagian besarnya bahkan bakal disesali di kemudian hari.
Ketika kamu menyadari, bahwa ucapanmu gak terkontrol serta menyakiti hati orang lain, semuanya telah terlambat. Mengobati perasaannya tak semudah saat dirimu memuntahkan beragam kalimat negatif tersebut. Gak apa-apa kamu marah bila ada penyebab yang kuat. Namun, hindari reaktif dan diam dulu lebih baik, sampai dirimu bisa memastikan kata-kata yang terucap sudah terseleksi dengan baik.
3. Berhadapan dengan manusia, tapi menyamakannya dengan binatang

Semarah apa pun kamu, ingat dengan siapa sedang berhadapan. Dirimu bertatap muka dengan sesama manusia. Maka dari itu, jangan pernah sekali pun merendahkan martabatnya dengan menyebutnya sebagai binatang. Nama semua binatang gak boleh terlontar darimu, meski rasanya sudah berada di ujung lidah.
Apakah kamu bakal merasa baik-baik saja seandainya disebut dengan jenis binatang tertentu? Tentu tidak karena perkataan itu tak lagi memanusiakan manusia. Bahkan, menyamakan manusia dengan hewan berarti juga merendahkan sang pencipta.
Apa pun masalah di antara kalian, menyamakan seseorang dengan hewan biasanya akan menjadi kesalahanmu yang sulit sekali untuk dimaafkan. Tetaplah memanggil orang lain dengan panggilan yang baik meski emosimu sedang memuncak. Orang gak peduli dengan alasan dirimu hanya terbawa emosi. Bukan cuma kamu yang bisa marah, dia juga pantas tidak terima dengan sebutan tersebut.
4. Merasa gagah saat berbicara kasar

Bicara kasar banyak macamnya. Menyebut orang dengan nama binatang hanya salah satunya. Kamu juga berbicara kasar apabila membodoh-bodohkan orang, menyumpahinya agar mendapat nasib buruk, atau membentak dengan nada tinggi. Apakah ada perasaan gagah atau hebat saat dirimu mengucapkannya?
Kalau ya, perasaanmu benar-benar menyesatkan. Bukannya merasa hebat, semestinya kamu malu. Kasarnya perkataanmu menandakan banyaknya ketidaktahuanmu. Seperti kamu tak tahu cara menghormati orang lain bahkan diri sendiri, tidak mengerti dampak ucapanmu pada orang lain, atau kekurangan kosakata yang lebih positif guna menyampaikan unek-unekmu.
Orang lain tidak peduli pada titel atau jabatanmu. Selama ucapanmu tak menggambarkan kedua hal tersebut saking kasarnya, mereka menilaimu sebagai orang dengan sumber daya manusia yang rendah. Bukan mereka yang merendahkanmu, tapi cara bicaramu sendiri. Bila kamu ingin lebih dihormati oleh orang lain dan bukan sekadar merasa gagah, jagalah ucapan-ucapanmu.
5. Melebih-lebihkan kesalahan

Menegur atau mengkritik kesalahan orang lain boleh-boleh saja. Terlebih bila kamu mempunyai kewenangan untuk itu. Misalnya, kesalahan yang dilakukan oleh anak buahmu. Namun, pastikan kamu cuma membicarakan kekeliruannya yang nyata dan bukan melebih-lebihkannya.
Jika dirimu melebih-lebihkan kebaikan seseorang, tentu ia merasa tersanjung. Namun, apabila kesalahannya yang kecil dibesar-besarkan, ini sama dengan fitnah. Dia pasti merasa gak terima dan perlu meluruskannya dengan segala cara. Menjadi korban fitnah yang bikin reputasinya jatuh amat menyakitkan hati.
Sekeras apa pun ia mencoba menyampaikan kebenaran, belum tentu orang lain memercayainya. Dia dapat selamanya menanggung citra negatif gara-gara kesalahanmu dalam berbicara. Apabila kamu telanjur khilaf dalam berucap dan menjadi fitnah baginya, kamu pula yang mesti mencabutnya dengan menjelaskannya ke orang-orang, supaya mereka lebih percaya.
6. Di depan baik, di belakang menjelek-jelekkan

Berbicara yang menyakiti hati orang lain tidak selalu disampaikan secara langsung di hadapannya. Kamu yang kurang bernyali dan berkarakter musuh dalam selimut, biasanya lebih suka menyerang seseorang, tanpa sepengetahuannya.
Di depannya, sikapmu baik. Kata-katamu positif, bahkan mungkin dirimu termasuk teman yang sering memujinya. Namun, di belakangnya, kamu gemar menjelek-jelekkannya di depan orang lain.
Sama seperti poin sebelumnya, ini juga dapat menjadi fitnah besar baginya. Buruknya lagi, ketidaktahuannya akan sifatmu yang bermuka dua, bikin dia gak sempat memberikan klarifikasi.
Tahu-tahu ia mendapati orang-orang menjauhinya. Dia baru mengerti, apabila ada orang yang memberitahukan semua perkataanmu tentangnya. Pada saat itu, ia merasa amat sakit hati, karena dikhianati olehmu yang selalu tampak baik di hadapannya.
Berpikir dulu sebelum berbicara akan menghindarkanmu dari perkataan yang sia-sia, bahkan merusak hubunganmu dengan orang lain. Nilai-nilai kesantunan dalam berbicara maupun membicarakan orang mesti selalu dijaga. Marah yang berkelas tidak perlu menghinakan orang lain maupun diri sendiri dengan ucapan yang gak dikontrol.