Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Novel Klasik yang Dulu Dibenci, tapi Sekarang Dianggap Mahakarya

ilustrasi membaca buku (pexels.com/cottonbro studio)

Ada novel klasik yang kini dianggap sebagai mahakarya, namun tahukah kamu bahwa beberapa di antaranya pernah dicaci dan dibenci saat pertama kali muncul? Tidak sedikit yang dianggap terlalu kontroversial, aneh, atau bahkan tidak layak baca. Buku-buku ini sempat terpinggirkan oleh para kritikus dan masyarakat luas.

Namun seiring berjalannya waktu, pandangan terhadap karya-karya ini berubah hingga akhirnya menjadi tonggak penting dalam sastra yang kita kenal sekarang. Justru dengan segala keunikannya, buku-buku ini menawarkan perspektif yang lebih dalam tentang kehidupan. Kira-kira apa yang membuat masyarakat dulu menolak karya-karya berikut, ya?

1. The Picture of Dorian Gray – Oscar Wilde

buku The Picture of Dorian Gray (goodreads.com)

Saat pertama kali diterbitkan, The Picture of Dorian Gray langsung mendapat kritik pedas. Banyak yang merasa ceritanya terlalu gelap dan amoral. Kisah tentang kesombongan, korupsi, dan kehancuran diri ini dianggap terlalu kontroversial dan tidak pantas untuk dibaca. Namun, seiring berjalannya waktu, karya Oscar Wilde ini mulai dilihat dari sisi lain.

Kini, novel ini dipuji karena eksplorasinya yang mendalam tentang sifat manusia dan sindiran sosialnya yang tajam. Dengan kecerdasan dan gaya bahasa Wilde yang khas, The Picture of Dorian Gray menjadi cerminan bagi perilaku manusia yang penuh ambisi.

2. The Grapes of Wrath – John Steinbeck

buku The Grapes of Wrath (britannica.com)

Pada masanya, The Grapes of Wrath mendapat banyak kecaman dari kelompok politik dan bisnis. Mereka merasa bahwa kisah para petani miskin yang berjuang di tengah Depresi Besar terlalu menyoroti sisi gelap Amerika, bahkan dianggap tidak patriotik. Tak heran buku ini sempat dilarang di beberapa daerah. Namun, pandangan terhadap novel ini berubah seiring berjalannya waktu.

Sekarang, The Grapes of Wrath dianggap sebagai salah satu novel Amerika terbaik yang dikagumi karena kepeduliannya pada kaum miskin dan komentar sosialnya yang kuat. Steinbeck berhasil menggambarkan penderitaan dengan penuh empati yang menjadikan buku ini sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan.

3. Slaughterhouse-Five – Kurt Vonnegut

buku Slaughterhouse-Five (penguinrandomhouse.com)

Ketika pertama kali muncul, Slaughterhouse-Five dianggap terlalu anti-perang dan kontroversial. Gaya naratifnya yang tidak biasa dan tema anti-perangnya membuat novel ini dilarang di beberapa tempat karena dianggap “anti-Amerika.” Namun, justru pendekatan berbeda yang digunakan Vonnegut menjadikannya sebuah karya unik.

Kini Slaughterhouse-Five diakui sebagai klasik modern yang menyajikan pandangan mendalam tentang perang dan manusia. Dengan sentuhan humor gelap, Vonnegut berhasil menyampaikan pesan filosofi yang mendalam tentang absurditas perang.

4. Dracula – Bram Stoker

buku Dracula (britannica.com)

Meski kini menjadi ikon literatur horor, Dracula awalnya dianggap hanya sekadar cerita sensasional. Para kritikus dan pembaca kaget dengan tema seksual dan supernatural yang dianggap tidak pantas. Namun, semakin banyak yang melihat daya tarik tersembunyi dalam kisah tentang vampir yang menakutkan ini.

Saat ini Dracula dikenang sebagai karya penting yang memperkenalkan elemen-elemen gotik dan horor dalam sastra. Novel ini tidak hanya menakutkan, tapi juga menggugah rasa penasaran banyak generasi hingga melahirkan banyak adaptasi di berbagai media.

5. A Confederacy of Dunces – John Kennedy Toole

buku A Confederacy of Dunces (goodreads.com)

A Confederacy of Dunces mengalami perjalanan yang panjang dan sulit sebelum akhirnya diterbitkan. Sempat ditolak oleh banyak penerbit, karya ini akhirnya terbit berkat kegigihan ibu Toole dalam memperjuangkannya. Awalnya dianggap aneh dan sulit diterima, namun akhirnya novel ini justru berhasil memenangkan Pulitzer dan menjadi favorit banyak orang.

Kini kisah penuh humor gelap tentang Ignatius J. Reilly ini dianggap sebagai mahakarya yang berhasil menciptakan karakter yang konyol namun berkesan. Gaya satir dan keunikan ceritanya membuat novel ini menjadi karya yang tak terlupakan dalam dunia sastra.

6. Lord of the Flies – William Golding

buku Lord of the Flies (william-golding.co.uk)

Saat diterbitkan, Lord of the Flies mendapat banyak kritikan karena penggambaran sisi gelap manusia dan kekerasan terhadap anak-anak. Banyak yang merasa ceritanya terlalu disturbing. Namun, seiring waktu perspektif terhadap novel ini berubah drastis.

Sekarang, Lord of the Flies dilihat sebagai refleksi kuat tentang moralitas dan psikologi manusia. Golding menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, sisi liar manusia bisa muncul ke permukaan. Ini mengajarkan bahwa batas antara baik dan jahat tidak selalu sejelas yang kita bayangkan.

Perjalanan novel klasik di atas adalah bukti bahwa waktu dan perspektif bisa mengubah segalanya. Buku yang dulu dibenci kini diterima sebagai masterpiece yang menunjukkan kejeniusan penulisnya. Kamu sendiri sudah baca yang mana saja, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Emma Kaes
EditorEmma Kaes
Follow Us