Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Penyebab Kamu Gak Betah di Rumah, Terpaksa Indekos daripada Stres

ilustrasi duduk di lantai (pexels.com/Cojanu Alexandru)
ilustrasi duduk di lantai (pexels.com/Cojanu Alexandru)

Semua orang sebenarnya ingin lebih sering ada di rumah. Dengan catatan, suasana di rumah cukup menenangkan. Kalau tidak, rumah justru menjadi sumber stres yang ingin mereka jauhi.

Begitu pula denganmu. Kamu aslinya ogah main terus. Selain capek, juga cuma buang uang. Kadang kamu sampai bingung hendak ke mana lagi. Ingin pulang, tapi situasi rumah yang seperti di bawah ini membuatmu enggan.

1. Budaya kritik yang terlalu keras

ilustrasi bosan di rumah (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi bosan di rumah (pexels.com/Ron Lach)

Dunia di luar sana sudah penuh kritik. Kamu berharap, rumah menjadi tempat yang lebih ramah dan jauh dari kecaman. Dirimu ingin diterima, dimaklumi, seraya diapresiasi saat berada di tengah keluarga.

Akan tetapi, keinginan sesederhana ini sepertinya sukar terwujud di rumahmu. Orang-orang di rumah terlalu gemar mengkritik sampai kerap membuatmu sakit hati. Mungkin ini pengaruh dari cara orangtua dalam membesarkan kalian. Orangtuamu juga suka mengkritik anak habis-habisan.

2. Sikap yang terlalu mengatur

ilustrasi bosan di rumah (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi bosan di rumah (pexels.com/cottonbro studio)

Pada dasarnya, kamu menghargai aturan apa pun yang berlaku di suatu tempat. Namun, dirimu juga tetap memerlukan kebebasan yang wajar dalam menjalani hidup. Terlebih kamu bukan lagi anak-anak.

Kamu tahu apa yang diinginkan dan cara mempertanggungjawabkannya. Keinginan salah satu anggota keluarga untuk terlalu mengaturmu justru menghambat perkembangan dirimu. Terkadang kamu sampai berpikir, apakah dia menganggapmu sebagai individu dewasa yang tidak berkompeten?

3. Pembandingan dan persaingan antarsaudara

ilustrasi duduk di kamar (pexels.com/KoolShooters)
ilustrasi duduk di kamar (pexels.com/KoolShooters)

Kamu tahu bahwa saudara lebih unggul darimu dalam sejumlah hal. Kelebihannya itu memang patut diapresiasi. Bahkan dirimu juga mengaguminya, kok.

Akan tetapi ketika kamu selalu dibandingkan dengannya, lama-lama hatimu sakit juga. Pikirmu, seharusnya mereka bisa mengapresiasi kehebatan salah satu saudara tanpa menjatuhkan anggota keluarga yang lain.

Rasanya capek sekali jika kamu selalu dibandingkan dengan saudara dan dinilai kalah. Dirimu mungkin sempat termotivasi untuk bersaing dengannya lebih ketat. Namun, akhirnya kamu sadar bahwa persaingan seperti ini tidak tepat dilakukan di rumah. Persaudaraan bisa berubah jadi permusuhan.

4. Sikap egois anggota keluarga

ilustrasi duduk di kamar (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi duduk di kamar (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu sering berpikir bahwa keluargamu tidak lebih dari sekelompok orang yang kebetulan tinggal bersama. Tidak ada ikatan yang lebih kuat antaranggota keluarga. Masing-masing bersikap egois dan gak mau tahu dengan kondisi saudaranya.

Teman-temanmu malah lebih perhatian dan pengertian. Inilah yang membuatmu lebih nyaman bersama kawan ketimbang saudara. Saking egoisnya saudara-saudaramu, apa saja bisa dilakukan demi keinginan sendiri tercapai.

5. Perilaku kasar

ilustrasi tertekan (pexels.com/alpography 68)
ilustrasi tertekan (pexels.com/alpography 68)

Perilaku kasar yang ditunjukkan orang-orang di rumah gak cuma terjadi saat bertengkar. Kamu masih bisa memaklumi bila sikap orang menjadi agak kasar ketika marah. Namun, saudara atau orangtuamu sukar bersikap lebih halus kapan pun.

Seperti menutup pintu yang bisa dilakukan pelan-pelan saja malah dibanting. Jika ada benda yang sedikit menghalangi jalan, bukannya digeser malah ditendang. Bicara pun tidak bisa dengan nada rendah, melainkan nada tinggi layaknya membentak.

6. Suasana yang terlalu ribut

ilustrasi suasana ribut (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi suasana ribut (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Umumnya ini terjadi karena penghuni rumah terlalu banyak. Saudaramu yang sudah menikah tak langsung hidup terpisah. Mereka terus tinggal bersamamu dan orangtua sampai keponakan-keponakanmu lahir.

Tak heran bila kian lama, rumah orangtua kian sesak. Suasana yang dahulu cukup tenang pun kini menjadi ribut sepanjang waktu. Kamu sampai gak nyaman lagi untuk sekadar beristirahat di rumah, apalagi kalau harus WFH.

Terkadang memang sukar untuk menciptakan suasana nyaman di rumah. Ini bukan cuma tentang kamu, tetapi juga melibatkan seluruh anggota keluarga. Cobalah membicarakannya dulu, siapa tahu kondisi di rumah pelan-pelan berubah. Kalau tetap tidak bisa, pilihannya paling kamu indekos daripada terus tertekan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us