Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sebab Marah-marah Tak Membuatmu Lega, Kendalikan Diri!

ilustrasi marah-marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bedakan antara marah dengan marah-marah. Marah merupakan emosi yang kamu rasakan ketika berhadapan dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Sementara itu, marah-marah merupakan caramu mengekspresikan rasa kesal.

Kamu bisa marah, tanpa perlu marah-marah. Asalkan, kamu mampu mengendalikan diri dan menyalurkan energi dari rasa marah itu ke hal-hal yang lebih positif. Marah-marah pun gak membuatmu otomatis lega karena enam penyebab berikut.

1. Tidak menyelesaikan masalah

ilustrasi marah-marah (pexels.com/Nicola Barts)

Kamu hendak mengekspresikan kemarahan dengan cara apa pun, persoalan itu tak lantas hilang. Justru aksi marah-marahmu menghabiskan waktu dan energimu. Kedua hal tersebut seharusnya dapat dipakai buat memikirkan solusinya.

Kalau persoalannya masih ada, selepas marah-marah kamu bakal terus memikirkannya. Tambah gak keruan bila memikirkan problem itu bikin dirimu marah-marah lagi. Kapan persoalanmu selesai jika begini?

2. Orang lain tak menjadi lebih memahamimu

ilustrasi marah-marah (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Hanya karena kamu berbicara dengan suara yang lebih keras dan mengungkapkan seluruh kekesalanmu, bukan artinya orang lain akan lebih mudah memahamimu. Boleh jadi aksi marah-marahmu justru membuat mereka tambah sulit mengerti. Semua kembali ke penyebab kemarahanmu.

Apakah penyebabnya sesuai dengan ekspresi kemarahanmu? Ataukah kamu terlihat cuma membesar-besarkan persoalan dan bikin segala hal jadi rumit? Makin buruk caramu mengungkapkan isi hati, makin sedikit orang yang mau mendengarkan apalagi memikirkan seluruh perkataanmu.

3. Suasana hatimu buruk sepanjang hari

ilustrasi marah-marah (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Kamu mungkin cuma marah-marah selama 10 menit. Namun, apa yang dirimu rasakan di sepanjang sisa hari? Suasana hatimu bahkan bisa negatif sampai berhari-hari kemudian. 

Buruknya suasana hati juga membuat kamu gak bisa fokus beraktivitas. Akibatnya menjadi meluas, seperti sejumlah pekerjaan penting terbengkalai. Bahkan untuk sekadar beristirahat di malam hari pun kamu kesulitan. 

4. Ada penyesalan dan rasa malu setelah dirimu tenang

ilustrasi penyesalan (pexels.com/Roger Arbisi)

Marah-marah merupakan titik puncak dari emosimu. Seperti kurva, berangsur-angsur kemarahanmu akan reda. Di situlah kamu mulai merenungkan apa yang telah terjadi.

Akal sehatmu kembali. Ini membuatmu mampu berpikir dengan lebih jernih. Termasuk menyadari bahwa tadi kamu sudah berlebihan dalam mengungkapkan kejengkelan.

5. Marah-marah karena kesalahpahaman atau salah orang

ilustrasi sedih dimarahi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Kamu yang mudah tersulut emosinya wajib ekstra hati-hati. Jangan sampai dirimu gampang sekali marah-marah tanpa terlebih dahulu menelaah alasannya. Sikap gegabah memperbesar kemungkinan kamu terjebak dalam kesalahpahaman.

Persoalan yang seharusnya bisa dibicarakan baik-baik malah keburu membuatmu marah-marah. Belum lagi ternyata kamu memarahi orang yang tidak bersalah. Ini justru menimbulkan problem baru, kan?

6. Setelahnya kamu mengalami gangguan kesehatan

ilustrasi sakit kepala (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Walaupun kamu berhak marah-marah, pikirkan akibatnya pada diri sendiri. Apakah kamu tahan dengan ledakan emosi tersebut? Jangan-jangan marah-marah lebih merugikanmu daripada siapa pun.

Khususnya, untuk kamu yang punya sakit lambung, tekanan darah tinggi, dan jantung. Dirimu hanya perlu mengeluarkan unek-unek agar tak menumpuk dalam diri dan bikin stres. Akan tetapi, bukan marah-marah yang berisiko memperburuk kondisi kesehatanmu.

Marah sukar dihindari ketika ada penyebab yang kuat. Namun, marah-marah masih dapat dicegah dengan meningkatkan pengendalian diri. Buat orang lain mengerti tentang perasaanmu tanpa kamu perlu mengomel, memaki-maki, dan berteriak-teriak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us