6 Tanda Psikologis Seseorang Sudah Kehilangan Kendali atas Realitas

Pernahkah kamu merasa bahwa seseorang di sekitarmu tampak dipenuhi kebohongan, manipulasi, dan emosi yang tak terkendali? Mereka mungkin terlihat mempesona pada awalnya, namun seiring waktu, sisi gelapnya mulai terungkap. Ini bisa menjadi tanda bahwa orang tersebut telah kehilangan kendali atas realitas.
Dalam psikologi, kehilangan kontak dengan realitas bukan hanya tentang halusinasi atau delusi berat. Seringkali, kita tak menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan seseorang yang pikirannya telah menyimpang dari kenyataan. Lalu, bagaimana cara kita mengenali tanda-tanda ini sebelum semuanya terlambat?
1. Mereka menggunakan keintiman untuk keuntungan pribadi

Pada awalnya, seseorang yang kehilangan kendali atas realitas bisa tampak romantis dan perhatian. Namun, seiring waktu keintiman mulai dimanipulasi untuk memenuhi keinginannya sendiri. Sentuhan, rayuan, atau hubungan emosional digunakan bukan untuk membangun koneksi, melainkan sebagai alat untuk mengendalikan atau menyakiti orang lain.
Menurut Journal of Personality and Social Psychology, individu dengan kepribadian manipulatif sering menjadikan hubungan intim sebagai sarana untuk mencapai tujuan egois.
Mereka tidak melihat pasangan sebagai manusia utuh, tetapi sebagai alat pemuas kebutuhan. Keintiman berubah menjadi tekanan atau ancaman yang artinya mereka tidak berpijak pada realitas sehat dalam relasi.
2. Mereka menunjukkan narsisme yang ekstrem

Seseorang dengan narsisme ekstrem biasanya sangat terobsesi dengan dirinya sendiri. Mereka merasa selalu benar, paling hebat, dan sulit menerima kritik. Mereka juga sering meremehkan atau bahkan menghina orang lain demi mempertahankan citra diri yang tinggi. Jika dunia tidak sesuai dengan persepsinya, mereka akan menciptakan realitas baru yang memuja diri sendiri.
Studi dari Clinical Psychology Review menunjukkan bahwa narsisme patologis sering dikaitkan dengan ketidakmampuan seseorang membedakan antara kenyataan dan delusi ego.
Orang dengan gangguan ini kerap memutarbalikkan fakta demi mempertahankan identitasnya yang sempurna. Hal tersebut menjadi tanda bahwa dia telah kehilangan hubungan sehat dengan realitas.
3. Berbohong menjadi hal yang sangat alami

Orang yang tak lagi selaras dengan kenyataan sering berbohong tanpa rasa bersalah. Lebih parah lagi, mereka sangat pandai membuat kebohongan itu terasa seperti kenyataan.
Saat berbohong menjadi bagian dari identitasnya, ia mulai menciptakan narasi-narasi palsu untuk menyembunyikan kesalahan, memanipulasi orang lain, atau membentuk citra diri yang tidak nyata.
Fenomena ini sangat berkaitan dengan gaslighting, yaitu ketika seseorang membuat orang lain meragukan kebenaran, bahkan realitas dirinya sendiri. Kebohongan yang berulang dan manipulatif bisa menciptakan kondisi psikologis di mana korbannya merasa bingung, cemas, dan tidak tahu mana yang nyata.
4. Sangat berlebihan saat sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan

Seseorang yang telah kehilangan kontrol atas kenyataan memiliki reaksi emosional tidak proporsional. Saat mereka menghadapi penolakan atau kegagalan, responsnya bisa berupa kemarahan meledak-ledak, tangisan berlebihan, atau bahkan ancaman. Hal ini menunjukkan betapa kecilnya toleransi mereka terhadap ketidakpastian atau kenyataan yang tidak sesuai keinginan.
Menurut Journal of Abnormal Psychology, ketidakmampuan mengelola frustrasi adalah tanda awal dari gangguan kepribadian atau psikosis ringan. Emosi mereka tidak lagi terkendali dan hanya bisa menyalahkan orang lain tanpa alasan logis. Orang tersebut berubah menjadi menakutkan hanya karena hal kecil tidak berjalan sesuai rencana.
5. Mereka merasa memiliki kendali penuh atas hidup orang lain

Orang yang tidak lagi hidup dalam kenyataan sering kali merasa seolah-olah mereka memiliki hak mutlak atas kehidupan orang lain. Mereka mungkin mencoba mengatur cara berpakaianmu, siapa yang kamu temui, bahkan pikiran dan perasaanmu. Mereka menciptakan dunia kecil di mana hanya ada satu penguasa yaitu dirinya sendiri.
Studi dalam Personality Disorders: Theory, Research, and Treatment menemukan bahwa perilaku kontrol ekstrem sering dikaitkan dengan gangguan kepribadian ambang (borderline) atau paranoid. Mereka merasa cemas kehilangan kendali, dan sebagai respons, mereka menciptakan realitas di mana semua harus tunduk pada aturannya.
6. Mereka tidak bisa membedakan emosi sendiri dan orang lain

Orang yang kehilangan koneksi dengan realitas tidak bisa membedakan mana perasaannya sendiri dan mana yang berasal dari orang lain. Mereka bisa marah dan menyalahkanmu atas emosi yang sebenarnya datang dari dalam dirinya. Hal ini membuat mereka mudah memproyeksikan rasa bersalah, takut, atau cemas kepada orang-orang di sekitarnya.
Penelitian dari Journal of Psychiatric Research menunjukkan bahwa ketidakmampuan membedakan emosi sering muncul pada individu dengan gangguan disosiatif atau borderline. Mereka seperti kehilangan batas antara “aku” dan “kamu”. Mereka terus menyalahkan orang lain atas hal-hal yang bukan tanggung jawabnya.
Kalau kamu menemukan tanda-tanda di atas, bisa jadi kamu sedang menghadapi seseorang yang sudah kehilangan kendali atas realitas. Kira-kira kamu tahu kapan harus bertahan dan kapan harus mundur demi kewarasan sendiri?