Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Unggahan Terlarang untuk Pengantin Baru, Cringe Abis di Medsos!

ilustrasi pengantin baru (pexels.com/Willams Moreira)

Menikah dengan orang yang dicintai dan mencintaimu tentu membawa kebahagiaan yang sangat besar dalam hidupmu. Masa-masa penantian jodoh, pendekatan, serta pengenalan lebih mendalam satu sama lain berakhir penuh kebahagiaan. Kalian berhasil bersatu di pelaminan.

Tentu momen pernikahan tersebut serta hari-hari pertama kalian menjalani hubungan sebagai suami istri perlu diabadikan dalam foto atau video. Akan tetapi, di tengah perasaan yang sangat positif ini tetaplah bersikap selektif bila kamu hendak mengunggah apa pun di media sosial. Bagaimanapun juga, medsos merupakan ruang publik di dunia maya.

Ada terlalu banyak orang di sana yang bisa merasa sangat terganggu dengan unggahan-unggahanmu. Bukan artinya mereka tidak bahagia dengan kabar pernikahanmu, tetapi boleh jadi unggahanmu sendiri yang kurang patut. Seperti enam hal berikut yang sebenarnya sangat tak sopan buat dibagikan di media sosial. Sudah seharusnya kamu merasa malu sebelum melakukannya.

1. Uang sumbangan yang diperoleh

ilustrasi uang sumbangan (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Membuka amplop sumbangan dari para tamu undangan menjadi bagian yang seru selepas resepsi selesai. Kamu mungkin akan mendapati sumbangan yang cukup banyak, seperti beberapa ratus ribu rupiah dalam satu amplop. Sumbangan besar begini biasanya berasal dari kerabat dekat. Namun, ada pula amplop yang cuma berisi uang receh bahkan kosong.

Berapa pun nilai uang yang ada di dalam amplop, jangan pernah mengunggahnya di media sosial. Pemberinya mungkin saja tahu kalau itu amplop uangnya. Apalagi tamu yang sengaja hanya memasukkan amplop kosong karena sedang bokek. Meski amplop itu tidak bernama, tetap saja dia malu berat ketika melihat unggahanmu.

Demikian pula apabila di amplop yang berisi banyak uang tercantum nama pemberinya. Ini tidak berarti orang tersebut ingin nama serta besaran sumbangannya diketahui oleh banyak orang. Identitasnya cukup diketahui olehmu saja. Ingat bahwa pernikahanmu gak bertujuan buat mengumpulkan uang sumbangan. Unggahanmu setelah menikah tak perlu seakan-akan berfokus ke situ.

2. Cara tamu undangan mengambil hidangan dan menyantapnya

ilustrasi pengantin baru (pexels.com/Nguyễn Xuân Trung)

Pestamu dihadiri begitu banyak orang. Tentu kebiasaan makan mereka berbeda-beda. Ada orang yang memang selalu makan sedikit sekali. Meski di acara resepsimu ada banyak hidangan, ia tetap mengambilnya sedikit saja. Ada juga orang yang gak bisa kalau tak menyantap nasi dalam porsi besar.

Ia mengisi piringnya sampai tampak menggunung oleh karbohidrat. Ada lagi tamu undangan yang menjajal seluruh makanan yang ada seolah-olah dia gak kunjung kenyang. Dari menu nasi prasmanan, bakso, empal gentong, soto, dawet, es krim, minuman soda, dan sebagainya semuanya dicicipi.

Ketika bersantap ada tamu yang sambil berdiri, duduk, sepiring berdua dengan pasangannya, atau menyuapi anaknya. Ada pula tamu yang tepergok memasukkan beberapa kue dan buah ke dalam tas jinjingnya. Semua pemandangan itu biarlah terlihat di ruang pestamu saja. Gak usah dijadikan konten untuk media sosialmu seakan-akan ada tamu yang menurutmu kurang beradab dan memalukan.

3. Cerita dan jejak malam pertama kalian

ilustrasi pengantin baru (pexels.com/Photography Maghradze PH)

Sepanas apa pun malam pertama kalian, ini tidak untuk konsumsi publik. Jangan berpikir unggahan yang mengganggu orang lain hanya bila kamu terang-terangan mengunggah foto atau video malam pertama kalian. Itu jelas pornografi. Akan tetapi, unggahan lain yang menceritakan malam pertamamu dengan pasangan juga menjijikkan bagi orang lain.

Cukup kalian saja yang tahu seperti apa jalannya malam pertama ini. Pasangan lain juga sudah pernah merasakannya sehingga dirimu tak perlu bersikap cringe. Begitu pula foto atau video yang menunjukkan sisa pertarungan kalian semalam di ranjang. Seperti banyaknya tisu di keranjang sampah, seprai yang berantakan, atau bekas cupang di tubuh.

Tak seorang pun terkesan dengan unggahan seperti itu. Kecuali, beberapa orang yang senang berpikir dan menikmati konten porno. Mayoritas orang bakal mengkritikmu dengan keras, menyembunyikan unggahanmu dari berandanya, atau bahan berhenti mengikuti akunmu. Hal sepribadi hubungan seks tidak perlu ditunjukkan pada siapa pun.

4. Menggurui orang lain untuk segera menyusul kalian

ilustrasi pengantin baru (pexels.com/Kha Ruxury)

Kamu sedang sangat menikmati peran barumu sebagai suami atau istri. Dirimu merasa pernikahan jauh lebih indah dan baik ketimbang berpacaran apalagi menjomlo. Akan tetapi, hindari bersikap menggurui pada orang-orang yang belum ingin atau siap menikah. Ingat beberapa waktu lalu sebelum kalian menikah.

Dirimu mungkin juga amat tidak nyaman setiap dikejar-kejar orang buat segera meresmikan hubungan. Oleh sebab itu, kenapa sekarang kamu melakukan hal yang sama pada orang lain? Jangan seperti kalian baru menikah beberapa hari, tetapi dirimu sudah lupa daratan. Urusi saja rumah tanggamu.

Orang-orang gak memerlukan campur tanganmu buat menentukan masa depan mereka dengan pasangannya. Jika kamu semata-mata ingin mereka lebih bahagia dengan menikah, cukup sering-sering mendoakannya saja. Hindari bersikap seolah-olah mereka mesti mencontohmu yang baru saja menikah. PR-mu bersama pasangan amat banyak. Kamu tidak perlu repot-repot mencampuri pilihan hidup orang lain.

5. Seakan-akan hubungan kalian begitu kuat dan telah teruji

ilustrasi pengantin baru (pexels.com/Dimitri Kuliuk)

Rasa bahagia otomatis juga membuatmu sangat optimis tentang hubunganmu dengan pasangan. Sekalipun kalian belum ada sebulan menikah, rasanya ini sudah membuktikan betapa kuatnya cinta di antara kalian. Dirimu dapat merasa seakan-akan telah berhasil mendaki gunung dan merenangi lautan sampai kalian dapat bersanding di pelaminan.

Tentu saja membawa hubungan ke pernikahan membutuhkan banyak usaha. Ada masalah-masalah yang mungkin sempat bikin kalian putus nyambung. Namun, jangan jemawa dulu. Semua persoalan itu belum ada apa-apanya dengan ujian dalam rumah tangga. Hampir semua pasangan mengalami masa-masa sulit dalam pernikahannya.

Kemungkinan besar dirimu serta pasangan juga akan merasakannya dalam bentuk yang berbeda dari pasangan lainnya. Ada pasangan yang diuji dengan hubungan dua keluarga besar yang gak akur. Ada pula ujian berupa kesulitan keuangan, sulitnya mendapatkan momongan, orang ketiga, dan sebagainya.

Ketimbang kamu terlalu membanggakan rumah tangga yang masih seumur jagung, mending bersikap tenang. Jalani hari-harimu bersama pasangan dalam suasana yang damai. Jangan lupa untuk selalu berdoa supaya keluarga yang dibina selamat dari segala ujian. Jalan yang harus ditempuh masih amat panjang. Jangan merayakan keberhasilan terlalu dini.

6. Masalah-masalah sepele dengan keluarga pasangan

ilustrasi pengantin baru (pexels.com/Ezgi Bircan)

Jangan menabuh genderang perang dengan keluarga pasangan. Kalian baru saja mendapatkan restu untuk menikah. Masa tak lama kemudian kamu sudah mengunggah hal-hal sepele seolah-olah itu masalah serius? Contohnya, sehari setelah pernikahan kalian, mertua dan saudara-saudara iparmu masih berada di rumah kalian.

Keponakanmu masih kecil-kecil dan sering rewel. Kamu lantas bikin unggahan yang menggambarkan betapa malangnya nasib pengantin baru. Habis menikah tidak bisa beristirahat serta menikmati kebersamaan dengan pasangan saja. Siang dan malam dirimu justru harus ikut repot mengasuh keponakan.

Belum lagi menyiapkan makan pagi, siang, sampai malam untuk orang sebanyak itu. Ayolah, bersikaplah lebih dewasa dan toleran. Inilah keluargamu sekarang, makin banyak jumlah anggotanya setelah kamu menikah. Daripada bikin unggahan yang mengeluhkan keluarga pasangan dan berbuntut masalah, nikmati saja kebersamaan kalian serta saling beradaptasi.

Dengan statusmu sebagai pengantin baru, setiap gerak-gerikmu tentu akan diperhatikan orang. Begitu pula di media sosial, orang-orang yang mengenalmu bakal lebih mencermati unggahan-unggahanmu. Gunakan medsos dengan bijak agar tak justru menjadi bumerang bagi kamu sendiri maupun hubunganmu dengan pasangan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us