Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hal yang Harus Dipahami Saat Merasa Dikecewakan Seseorang

ilustrasi merasa kecewa (unsplash.com/Dogukan Sahin)
ilustrasi merasa kecewa (unsplash.com/Dogukan Sahin)

Seberapa sering merasa dikecewakan oleh seseorang? Contohnya saat sudah berekspektasi terlalu tinggi. Namun justru mendapati perlakuan tidak diharapkan. Baik dikecewakan oleh rekan kerja, keluarga, atau mungkin pasangan. Dalam situasi demikian, seringkali berakhir terpuruk dan mengisolasi diri dari lingkup sosial.

Tentu kita harus belajar mengendalikan pola pikir sekaligus emosi. Dikecewakan oleh seseorang bukan satu-satunya alasan untuk terpuruk. Apalagi membiarkan rutinitas berakhir terbengkalai. Saat merasa dikecewakan oleh seseorang, berikut tujuh hal yang perlu dipahami.

1. Jangan ragu untuk memvalidasi perasaan pada saat tersebut

ilustrasi perempuan terpejam (pexels.com/Victoria Borodinova)
ilustrasi perempuan terpejam (pexels.com/Victoria Borodinova)

Setiap orang pasti pernah merasa dikecewakan oleh orang lain. Apalagi saat sudah memberikan kepercayaan secara penuh. Terjebak dalam situasi demikian, tidak jarang fokus dan konsentrasi terganggu. Akibatnya, Antara logika dengan perasaan tidak dapat berjalan selaras.

Kita perlu memahami beberapa hal saat merasa dikecewakan oleh seseorang. Di antaranya kesadaran untuk memvalidasi perasaan kecewa yang hadir. Jangan memaksa diri untuk cepat bangkit dan terlihat baik-baik saja. Jalani dan nikmati proses itu, biarkan waktu yang akan memulihkan dengan sendirinya.

2. Tegaskan kembali batas antara ekspektasi dan realitas

ilustrasi adu argumen (pexels.com/Diva Plavalaguna)
ilustrasi adu argumen (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Kekecewaan kepada seseorang pasti terdapat sebab yang melatar belakangi. Barangkali kita menuntut ekspektasi yang terlalu tinggi. Namun pada kenyataannya, ekspektasi yang sudah tertanam dalam pikiran tidak sesuai dengan kenyataan. Kita merasa terkejut saat berhadapan dengan situasi tersebut.

Agar berdamai dengan keadaan, kita perlu menegaskan kembali batas antara ekspektasi dan realitas. Sadari bahwa berekspektasi terlalu tinggi justru menghadirkan kekecewaan saat tidak terpenuhi. Ketika ekspektasi terhadap seseorang mulai mendominasi, sadarkan kembali dengan situasi nyata agar tidak semakin berlarut.

3. Memaafkan bukan berarti membenarkan dan menerima kembali

ilustrasi bersalaman (pexels.com/Cytonn Photography)
ilustrasi bersalaman (pexels.com/Cytonn Photography)

Ketika dikecewakan oleh seseorang, mungkin kita jatuh dalam keterpurukan. Situasi ini ada kalanya berlangsung dalam waktu lama. Namun demikian, kita juga tidak bisa membiarkan kekecewaan berlangsung berlarut-larut. Harus ada langkah yang tepat agar pola pikir kembali tertata.

Termasuk dengan menyadari bahwa memaafkan bukan berarti membenarkan dan menerima kembali. Setelah merasa kecewa, adakalanya kita perlu mengambil jarak aman. Memaafkan memang bisa membantu melepaskan beban emosi. Tapi bukan berarti kita kembali dekat dengan mereka yang sudah mengecewakan.

4. Menyadari bahwa manusia memiliki sisi ketidaksempurnaan

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Fauxels)
ilustrasi mengobrol (pexels.com/Fauxels)

Sisi perfeksionis kerap menjadi patokan dalam bergaul di lingkungan sosial. Kita terlalu mengharap kesempurnaan dari orang lain. Baik dari rekan kerja yang solid, teman yang bisa dipercaya, atau mungkin mengharap kesempurnaan dari pasangan. Kekecewaan muncul saat sadar sisi kesempurnaan tersebut ternyata tidak dijumpai.

Tentu kita harus mampu menyeimbangkan kembali pikiran dan perasaan agar tidak semakin larut dalam kekecewaan. Sadari bahwa manusia selalu memiliki sisi ketidaksempurnaan. Setiap individu terdapat sisi kelemahan dan keterbatasan. Ini adalah hal yang wajar dan tidak perlu dijadikan sebagai alasan untuk kecewa berlarut.

5. Belajar melepaskan hal-hal di luar kendali

ilustrasi berdamai dengan takdir (pexels.com/Bela Cheers)
ilustrasi berdamai dengan takdir (pexels.com/Bela Cheers)

Mungkin kita pernah merasa kehidupan berjalan tidak adil. Ini terjadi karena merasa beberapa kali dikecewakan oleh seseorang. Bahkan niat baik dan ketulusan hanya dipandang sebelah mata. Saat terjebak dalam situasi demikian, tentu ada beberapa hal yang harus dipahami.

Sudah saatnya belajar melepaskan hal-hal di luar kendali. Kita tidak akan pernah bisa mengontrol ucapan, pola pikir, maupun tindakan orang lain. Termasuk sikap mereka yang terlihat baik di depan namun berbeda ketika di belakang. Daripada larut dalam kekecewaan, mari belajar memaklumi agar hidup berjalan lebih ringan.

6. Segera berfokus pada diri sendiri

ilustrasi membaca (pexels.com/BOOM💥)
ilustrasi membaca (pexels.com/BOOM💥)

Bertahan dalam kekecewaan adalah situasi yang akan merusak konsentrasi dalam jangka panjang. Pada akhirnya kita terjebak kelelahan mental dan pikiran yang mengganggu keseimbangan hidup. Sadar dengan risiko yang akan dihadapi, tentu harus mampu menyadarkan diri dari kekecewaan yang sedang dirasakan.

Di sinilah beberapa hal yang perlu dipahami lebih lanjut. Terjebak dalam kekecewaan, usahakan segera berfokus pada diri sendiri. Berhenti mencari tahu tentang sisi kehidupan orang lain secara total. Langkah ini efektif memutus kekecewaan agar tidak semakin bertambah.

7. Menegaskan kembali mengenai batasan

ilustrasi perempuan tegas (pexels.com/RDNE Stock Project)
ilustrasi perempuan tegas (pexels.com/RDNE Stock Project)

Merasa dikecewakan seseorang adalah level tertinggi dari sakit hati. Apalagi kita sudah menunjukkan upaya dan komitmen terbaik. Namun usaha tersebut seolah tidak memperoleh apresiasi atau imbal balik yang diharapkan. Lantas, bagaimana caranya mengelola diri saat merasa dikecewakan seseorang?

Di sinilah pentingnya menegaskan kembali mengenai batasan. Sejatinya kekecewaan adalah sinyal kita perlu menegaskan kembali mengenai jarak dan privasi. Karena dalam relasi sosial, kita perlu menyesuaikan diri agar tidak mudah terbawa ketidakpastian. Bukan sekadar ikut arus yang akan membawa kemanapun pergi.

Tidak dapat dimungkiri jika merasa dikecewakan oleh seseorang adalah perasaan menyakitkan. Tapi memilih bertahan dalam situasi tersebut tentu menjadi keputusan yang salah.

Secepat mungkin kita harus memahami keadaan dan berdamai secara bertahap. Kehidupan terus berjalan dengan situasi yang lebih kompleks. Kita harus mampu menyesuaikan diri di tengah tantangan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us