Good Friday adalah istilah dalam bahasa Inggris untuk Jumat Agung, yaitu hari peringatan penyaliban Yesus Kristus. Bagi umat Kristiani, hari ini merupakan waktu untuk mengenang pengorbanan Yesus yang rela mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia.
Lantas, mengapa hari ini disebut "Good Friday" padahal memperingati peristiwa duka? Berikut penjelasannya!
Secara bahasa, Good Friday berasal dari istilah lama “God’s Friday” yang kemudian berkembang dalam penggunaan menjadi "Good". Meski secara harfiah berarti "Jumat yang Baik", makna "baik" di sini merujuk pada kebaikan ilahi dari pengorbanan Yesus demi keselamatan umat manusia.
Di berbagai tradisi gereja, hari ini juga dikenal dengan sebutan lain seperti Holy Friday, Great Friday, dan bahkan Black Friday, tergantung konteks budaya dan bahasa. Semua istilah tersebut merujuk pada hari yang sama, yakni hari penuh makna dan perenungan spiritual.
Pada tahun 2025, Good Friday jatuh pada hari Jumat, 18 April 2025. Tanggal ini ditentukan berdasarkan kalender lunar gerejawi, yang menghitung Hari Paskah sebagai Minggu pertama setelah bulan purnama pasca ekuinoks musim semi.
Good Friday selalu diperingati dua hari sebelum Paskah, menjadikannya bagian penting dari rangkaian Pekan Suci. Setelah Good Friday, umat Kristiani akan merayakan perayaan kebangkitan Yesus pada Hari Paskah, 20 April 2025.
Good Friday adalah momen untuk mengenang pengorbanan Yesus Kristus yang rela mati di kayu salib demi menanggung dosa seluruh umat manusia. Hari ini juga menjadi waktu untuk merenungkan belas kasih dan cinta Tuhan yang begitu besar bagi umat-Nya.
Dalam tradisi Kristen, Good Friday dianggap sebagai puncak dari pelayanan Yesus di dunia karena pada saat inilah karya penebusan-Nya digenapi. Tanpa kematian-Nya di kayu salib, tidak akan ada kebangkitan, dan tidak ada harapan akan hidup baru.
Itulah penjelasan soal apa itu Good Friday dan kenapa disebut "good". Semoga membantu ya penjelasannya!