Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Bias Kognitif yang Membuat Keputusanmu Gak Rasional

ilustrasi pria berpikir (freepik.com/stockking)
Intinya sih...
  • Bias konfirmasi membuat sulit menerima perspektif baru dan rentan terhadap kesalahan dalam pengambilan keputusan.
  • Efek halo menyebabkan penilaian berdasarkan satu aspek menonjol, tanpa evaluasi objektif.
  • Bias ketersediaan dan efek kekinian mempengaruhi penilaian berdasarkan informasi yang mudah diingat atau terlalu menekankan informasi terbaru.

Manusia sering kali merasa telah membuat keputusan yang logis dan objektif, tetapi kenyataannya, berbagai bias kognitif dapat mempengaruhi cara berpikir dan mengambil keputusan. Bias kognitif adalah kesalahan sistematis dalam berpikir yang menyebabkan penyimpangan dari rasionalitas.

Hal ini dapat terjadi dalam berbagai situasi, baik dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan, maupun pengambilan keputusan yang lebih besar. Tanpa disadari, bias ini membentuk sudut pandang terhadap suatu masalah dan membuat seseorang mengabaikan informasi penting yang bertentangan dengan keyakinannya.

Supaya kamu dapat lebih berhati-hati, yuk simak ketujuh bias kognitif yang membuat keputusanmu tidak rasional berikut ini. Scroll, yuk!

1. Bias konfirmasi

ilustrasi pria berpikir (freepik.com/katemangostar)

Bias konfirmasi terjadi ketika seseorang hanya mencari, menafsirkan, atau mengingat informasi yang mendukung keyakinan yang telah dimiliki sebelumnya. Informasi yang bertentangan dengan keyakinan tersebut cenderung diabaikan atau disaring agar sesuai dengan pandangan pribadi.

Hal ini menyebabkan seseorang sulit menerima perspektif baru dan lebih rentan terhadap kesalahan dalam mengambil keputusan. Bias ini sering terlihat dalam diskusi politik, keyakinan pribadi, dan bahkan dalam dunia bisnis ketika seseorang hanya memperhatikan data yang mendukung rencana tertentu tanpa mempertimbangkan risiko atau kekurangan yang ada.

2. Efek halo

ilustrasi pria berpikir (freepik.com/master1305)

Efek halo adalah kecenderungan untuk menilai seseorang atau sesuatu secara keseluruhan hanya berdasarkan satu aspek yang menonjol. Misalnya, seseorang yang memiliki penampilan menarik sering kali dianggap lebih cerdas atau kompeten meskipun tidak ada bukti yang mendukung anggapan tersebut.

Efek ini juga sering terjadi dalam dunia kerja, ketika seorang karyawan yang pernah menunjukkan hasil luar biasa dalam satu proyek kemudian dianggap unggul dalam semua aspek pekerjaannya, tanpa evaluasi yang objektif. Dalam dunia bisnis, pemimpin yang dipengaruhi efek ini mungkin terlalu mengandalkan seseorang hanya karena kesan awal yang positif, tanpa mempertimbangkan kinerja keseluruhannya.

3. Bias ketersediaan

ilustrasi pria berpikir (freepik.com/master1305)

Bias ketersediaan terjadi ketika seseorang terlalu mengandalkan informasi yang mudah diingat atau baru saja dialami untuk menilai suatu situasi. Misalnya, setelah mendengar berita tentang kecelakaan pesawat, seseorang menjadi takut terbang meskipun statistik menunjukkan bahwa perjalanan udara lebih aman dibandingkan berkendara. Bias ini terjadi karena informasi yang lebih mencolok dan emosional lebih mudah diingat dibandingkan data statistik yang lebih objektif.

Bias ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak rasional karena penilaian dibuat berdasarkan informasi yang tidak mewakili keseluruhan kenyataan. Dalam dunia bisnis, bias ketersediaan dapat membuat manajer lebih khawatir terhadap risiko yang baru saja terjadi daripada risiko yang sebenarnya lebih besar tetapi kurang terlihat. Mengatasi bias ini memerlukan pendekatan berbasis data serta kesadaran untuk tidak membiarkan satu pengalaman atau informasi tertentu mendominasi keputusan yang diambil.

4. Efek kekinian

ilustrasi pria berpikir (freepik.com/cookie_studio)

Efek kekinian adalah kecenderungan untuk lebih menekankan informasi terbaru dibandingkan dengan informasi yang lebih lama, meskipun yang lebih lama mungkin lebih relevan atau lebih akurat. Hal ini sering terjadi dalam investasi, ketika seseorang lebih fokus pada tren pasar terkini dan mengabaikan data historis yang menunjukkan pola jangka panjang.

Dalam kehidupan sehari-hari, efek ini dapat menyebabkan seseorang terlalu cepat mengubah pendapat atau kebiasaan hanya karena terpengaruh oleh informasi terbaru yang belum tentu lebih baik. Akibatnya, keputusan yang diambil kurang stabil dan lebih mudah dipengaruhi oleh tren sesaat. Untuk mengurangi dampaknya, penting untuk selalu meninjau informasi secara menyeluruh dan tidak langsung mengubah pandangan hanya berdasarkan sesuatu yang baru tanpa mempertimbangkan konteksnya secara menyeluruh.

5. Bias kepastian berlebihan

ilustrasi pria berpikir (freepik.com/8photo)

Bias kepastian berlebihan terjadi ketika seseorang terlalu percaya diri terhadap pengetahuan atau kemampuannya dalam menilai suatu situasi. Hal ini dapat menyebabkan pengambilan risiko yang berlebihan atau keputusan yang tidak berdasarkan pertimbangan matang. Misalnya, investor yang terlalu yakin dengan pilihan sahamnya mungkin mengabaikan tanda-tanda bahaya dan mengalami kerugian besar.

Dalam dunia kerja, bias ini dapat menyebabkan seorang pemimpin membuat keputusan tanpa berkonsultasi dengan tim atau tanpa mengevaluasi berbagai sudut pandang. Kesadaran akan keterbatasan diri dan mencari umpan balik dari orang lain dapat membantu mengurangi bias ini serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.

6. Efek status quo

ilustrasi pria berpikir (freepik.com/frimufilms)

Efek status quo adalah kecenderungan untuk mempertahankan situasi saat ini dan menghindari perubahan, bahkan jika perubahan tersebut lebih menguntungkan. Bias ini sering terjadi karena rasa nyaman dengan kondisi yang sudah ada serta ketakutan terhadap ketidakpastian. Misalnya, seseorang yang tetap bertahan di pekerjaan yang tidak memuaskan karena takut menghadapi tantangan di tempat baru.

Dampak dari efek ini adalah kehilangan peluang untuk perbaikan atau pertumbuhan. Dalam bisnis, efek ini bisa menghambat inovasi karena perusahaan enggan mengambil risiko untuk mencoba sesuatu yang baru. Mengatasi efek status quo memerlukan kesadaran bahwa perubahan adalah bagian dari perkembangan dan sering kali membawa manfaat lebih besar dalam jangka panjang.

7. Bias biaya hangus

ilustrasi pria berpikir (freepik.com/cookie_studio)

Bias biaya hangus terjadi ketika seseorang terus berinvestasi dalam sesuatu yang sudah merugikan hanya karena telah mengeluarkan banyak sumber daya sebelumnya. Misalnya, seseorang tetap mempertahankan hubungan yang tidak sehat hanya karena telah banyak menghabiskan waktu dan usaha, meskipun hal itu tidak lagi membawa kebahagiaan.

Bias ini juga sering terjadi dalam dunia bisnis, ketika perusahaan terus mengembangkan produk yang gagal hanya karena sudah mengeluarkan biaya yang besar untuk riset dan produksi. Cara menghindari bias ini adalah dengan selalu menilai suatu keputusan berdasarkan manfaat masa depan, bukan sekadar mempertahankan sesuatu karena telah mengeluarkan banyak usaha atau biaya.

Kesadaran akan bias kognitif ini dapat membantu dalam mengambil keputusan yang lebih rasional. Dengan mengenali pola pikir yang cenderung tidak objektif, seseorang dapat lebih kritis dalam menganalisis informasi dan menghindari jebakan yang dapat menghambat kemajuan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us