5 Jenis Bias Kognitif Menjebak dalam Keputusan Buruk, Sadari Polanya!

- Bias kognitif dapat membuat seseoran keliru dalam mengambil keputusan, mulai dari belanja impulsif hingga menentukan karier
- Bias konfirmasi menyebabkan seseorang sulit menerima sudut pandang lain dan terjebak dalam opini sendiri
- Hal biasa seperti efek halo, bias kekinian, Dunning-Kruger, dan bias kemelekatan juga bisa mempengaruhi pengambilan keputusan
Pernah gak, kamu merasa sudah mengambil keputusan terbaik, tapi ujung-ujungnya malah menyesal? Tenang, bukan cuma kamu yang mengalami, kok! Otak manusia punya cara kerja yang gak selalu rasional. Ada yang namanya bias kognitif, yaitu kesalahan berpikir yang bikin keliru dalam menilai situasi. Tanpa sadar, ini bisa bikin kamu terjebak dalam keputusan yang kurang tepat, mulai dari belanja impulsif, memilih pasangan, sampai menentukan karier.
Masalahnya, bias kognitif ini licik. Mereka bersembunyi di balik intuisi dan keyakinan diri sendiri dan bikin seseorang sulit menyadari kalau sebenarnya sedang terjebak. Nah, supaya kamu gak terus-menerus jatuh dalam pola yang sama, yuk, kenali lima jenis bias kognitif menjebak dalam keputusan buruk yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari!
1. Bias konfirmasi umumnya cuma cari yang mendukung opini sendiri

Pernah gak, kamu yakin banget sama suatu hal, lalu cuma cari info yang mendukung pendapatmu? Itu namanya bias konfirmasi. Otak seseorang cenderung menyaring informasi yang sesuai dengan keyakinan diri sendiri dan mengabaikan fakta yang bertentangan. Akibatnya, seseorang jadi sulit menerima sudut pandang lain dan makin terjebak dalam opini sendiri.
Misalnya, kamu percaya kalau investasi di crypto pasti menguntungkan, lalu hanya membaca berita yang bilang "crypto to the moon" tanpa mempertimbangkan risikonya. Akhirnya? Bisa jadi kamu terjebak di investasi yang gak kamu pahami sepenuhnya. Solusinya, biasakan untuk mencari info dari berbagai sudut pandang sebelum mengambil keputusan besar.
2. Efek halo, cenderung menilai seseorang hanya dari satu aspek

Kamu pernah mengidolakan seseorang hanya karena dia terlihat baik atau sukses, lalu menganggap semua yang dia lakukan pasti benar? Itu contoh efek halo. Seseorang cenderung menilai seseorang secara berlebihan berdasarkan satu kesan pertama yang positif, tanpa melihat sisi lainnya.
Misalnya, kamu ketemu orang yang pintar ngomong dan percaya diri, terus langsung mikir dia pasti profesional dan bisa dipercaya. Padahal, belum tentu. Bisa jadi dia hanya jago berbicara, tapi kurang kompeten di bidangnya. Supaya gak gampang terkecoh, coba lihat seseorang secara lebih objektif, jangan cuma berdasarkan kesan pertama.
3. Bias kekinian lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek

Sering memilih yang instan daripada yang bermanfaat dalam jangka panjang? Itu namanya bias kekinian atau present bias. Otak manusia lebih mudah tergoda oleh kepuasan sesaat ketimbang manfaat jangka panjang, yang akhirnya bikin kamu sering mengambil keputusan impulsif.
Contohnya, kamu punya target nabung buat traveling, tapi tiap lihat promo flash sale, langsung checkout tanpa mikir panjang. Akhirnya, tabungan kamu gak pernah cukup buat tujuan yang lebih besar. Cara menghindarinya? Buat aturan ketat soal keuangan dan selalu ingat tujuan jangka panjang sebelum tergoda kepuasan instan.
4. Efek dunning-kruger merasa lebih paham dari yang sebenarnya

Pernah ketemu orang yang sok tahu soal sesuatu, padahal ilmunya masih dangkal? Bisa jadi mereka (atau diri sendiri) terkena efek Dunning-Kruger. Bias ini terjadi saat seseorang yang kurang berpengalaman justru merasa lebih tahu daripada yang sebenarnya, sementara yang benar-benar ahli malah lebih sadar akan keterbatasannya.
Contoh simpelnya, kamu baru belajar saham selama sebulan, lalu merasa udah bisa kasih tips investasi ke semua orang. Padahal, orang-orang yang lebih berpengalaman tahu kalau dunia investasi itu kompleks dan butuh pemahaman yang lebih dalam. Makanya, selalu ingat buat tetap rendah hati dan terus belajar.
5. Bias kemelekatan sulit melepaskan hal yang sudah dimiliki

Kamu pernah tetap bertahan di hubungan atau pekerjaan yang gak bikin bahagia, hanya karena sudah lama menjalaninya? Itu namanya bias kemelekatan atau sunk cost fallacy. Seseorang cenderung mempertahankan sesuatu hanya karena sudah terlanjur banyak menginvestasikan waktu, tenaga, atau uang, meskipun sebenarnya sudah gak lagi menguntungkan.
Misalnya, kamu udah bertahun-tahun di jurusan kuliah yang gak kamu suka, tapi tetap lanjut hanya karena "sayang udah sejauh ini". Padahal, kalau gak cocok, gak ada salahnya mempertimbangkan pilihan lain yang lebih sesuai dengan dirimu. Jangan takut buat berubah demi masa depan yang lebih baik.
Seseorang pasti pernah terjebak dalam bias kognitif, dan itu wajar. Kabar baiknya, semakin seseorang menyadari hal ini, maka ia bisa menghindarinya. setiap kali kamu harus mengambil keputusan penting, coba berhenti sejenak, cek apakah ada bias yang bermain di baliknya? Lalu pertimbangkan kembali dengan sudut pandang yang lebih objektif. Dengan begitu, bias kognitif menjebak dalam keputusan buruk tak lagi terjadi padamu. Yuk, latih pola pikir yang lebih kritis dan terbuka supaya hidupmu makin terarah!