Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bukti Pesimis Kadang Juga Perlu, Gak Selalu Berarti Buruk!

ilustrasi pesimis (pexels.com/Sam Lion)
ilustrasi pesimis (pexels.com/Sam Lion)
Intinya sih...
  • Pesimis membantu lebih realistis dalam menilai situasi, membuat keputusan yang lebih bijak.
  • Pesimis membuat seseorang lebih siap menghadapi kegagalan, membangun daya tahan emosional.
  • Pesimis bisa mengasah insting waspada, menjadi pemicu untuk lebih serius berusaha, dan membantu mengendalikan ekspektasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam kehidupan sehari-hari, sikap optimis sering kali diagung-agungkan. Orang yang selalu berpikir positif dianggap lebih berpeluang meraih kesuksesan, punya banyak teman, dan terlihat bahagia. Namun, jarang yang menyadari bahwa sikap pesimis juga punya sisi penting yang gak bisa diremehkan begitu saja.

Meski sering dicap sebagai kelemahan, nyatanya ada momen tertentu di mana sifat pesimis justru membawa manfaat. Pesimisme bisa menjadi tameng untuk menghadapi kenyataan yang keras, sekaligus alat untuk membuat keputusan yang lebih bijak. Berikut lima bukti bahwa menjadi pesimis tidak selalu buruk, bahkan justru perlu dalam situasi tertentu.

1. Pesimis membantu lebih realistis dalam menilai situasi

ilustrasi evaluasi diri (pexels.com/George Milton)
ilustrasi evaluasi diri (pexels.com/George Milton)

Orang yang terlalu optimis dalam setiap hal kadang terjebak pada harapan yang berlebihan. Mereka bisa saja mengabaikan risiko hanya karena percaya semuanya akan baik-baik saja. Sebaliknya, orang pesimis cenderung lebih hati-hati. Mereka akan menimbang kemungkinan terburuk sebelum melangkah

Hasilnya? Keputusan yang diambil lebih realistis, bukan sekadar berdasarkan perasaan positif. Misalnya, saat membuka bisnis baru, seorang pesimis akan lebih teliti menghitung risiko kerugian sehingga lebih siap menghadapi hambatan.

2. Pesimis membuat seseorang lebih siap menghadapi kegagalan

ilustrasi kecewa (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi kecewa (pexels.com/Karolina Grabowska)

Ketika terlalu yakin bahwa segala sesuatu akan berjalan mulus, kegagalan bisa terasa menghantam sangat keras. Namun, orang yang pesimis sudah lebih dulu “berdamai” dengan kemungkinan gagal sejak awal. Karena sudah membayangkan skenario terburuk, mereka lebih siap mental saat kenyataan tidak sesuai harapan.

Sifat ini mencegah kekecewaan yang berlebihan, sekaligus membantu bangkit lebih cepat. Dengan kata lain, pesimis membangun daya tahan emosional dalam menghadapi masalah.

3. Pesimis bisa mengasah insting waspada

ilustrasi fokus (unsplas.com/Wes Hicks)
ilustrasi fokus (unsplas.com/Wes Hicks)

Hidup tidak selalu berjalan aman dan lancar. Ada banyak situasi di mana kewaspadaan menjadi penyelamat. Nah, sifat pesimis biasanya membuat seseorang lebih peka terhadap tanda-tanda bahaya.

Mereka lebih mudah menyadari potensi masalah, baik dalam hubungan, pekerjaan, maupun lingkungan sekitar. Alih-alih hanya fokus pada sisi positif, pesimis mengajarkan kita untuk melihat potensi ancaman sehingga tidak terjebak dalam kondisi berisiko tinggi.

4. Pesimis menjadi pemicu untuk lebih serius berusaha

ilustrasi bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Jangan salah, pesimisme kadang malah bisa menjadi motivasi terselubung. Ketika merasa gak yakin dengan hasil, seseorang justru akan bekerja lebih keras untuk mengantisipasi kemungkinan buruk. Dalam dunia pendidikan atau pekerjaan, hal ini bisa sangat bermanfaat.

Seseorang yang pesimis terhadap nilai ujian, misalnya, mungkin akan belajar lebih giat untuk memastikan dirinya tidak gagal. Jadi, meski kesannya negatif, sikap pesimis mampu mendorong seseorang untuk lebih serius mempersiapkan diri.

5. Pesimis membantu mengendalikan ekspektasi

ilustrasi introspeksi diri (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi introspeksi diri (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ekspektasi yang terlalu tinggi bisa menjadi sumber kekecewaan. Orang yang pesimis biasanya lebih rendah hati dalam menaruh harapan. Mereka tidak mudah terbawa euforia, sehingga ketika hasil yang didapat tidak sesuai keinginan, rasa kecewanya pun tidak terlalu besar.

Dalam hubungan sosial, sikap ini membuat pesimis cenderung lebih sabar dan gak gampang menuntut orang lain. Ekspektasi yang terkendali inilah yang justru bisa menjaga kesehatan mental dan hubungan dengan orang sekitar.

Optimisme memang penting, tapi bukan berarti pesimisme selalu buruk. Justru, sikap pesimis dalam kadar tertentu bisa menjadi pelengkap yang membuat kita lebih bijak, waspada, dan siap menghadapi kenyataan. Hidup yang seimbang antara optimis dan pesimis akan membuat kita lebih kuat menghadapi berbagai tantangan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Cara Incentive Motivation Bantu Kamu Lawan Malas dan Raih Tujuan

06 Sep 2025, 08:16 WIBLife