Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Mewujudkan Harmoni Alam dan Sosial di Sekitarmu

ilustrasi siluet tangan membentuk hati (freepik.com/jcomp)
ilustrasi siluet tangan membentuk hati (freepik.com/jcomp)
Intinya sih...
  • Penanaman nilai cinta lingkungan dari keluarga dan sekolah
  • Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan sebagai wujud cinta pada alam
  • Menjaga kesehatan sebagai langkah awal menuju lingkungan yang sehat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), harmoni berarti hidup selaras dan serasi. Dalam konteks sosial dan lingkungan, harmoni mencerminkan hubungan yang akur antara manusia, masyarakat, dan alam sekitar. Setiap orang tentu ingin hidup berdampingan tanpa saling merugikan.

Namun, seringkali persoalan lingkungan dan sosial dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah atau pemangku kebijakan semata. Padahal, perubahan bisa dimulai dari langkah kecil yang dilakukan secara sadar oleh masing-masing individu. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan untuk menciptakan harmoni antara manusia dengan alam.

1. Penanaman nilai cinta lingkungan bisa dilakukan dari keluarga

  ilustrasi anak memegang tanaman (freepik.com/jcomp)
ilustrasi anak memegang tanaman (freepik.com/jcomp)

Meski terlihat sepele, kebiasaan mencintai lingkungan sangat bermanfaat bila ditanamkan sejak dini. Penelitian oleh Wetering dkk. terhadap 176.007 anak dan remaja dari 43 negara menunjukkan pendidikan lingkungan secara signifikan meningkatkan pengetahuan, sikap, niat, dan perilaku prososial mereka terhadap alam. Hal serupa juga ditemukan dalam laporan "Early childhood environmental education: A systematic review of the research literature" yang menyimpulkan bahwa pendidikan berbasis alam mendukung perkembangan kognitif, sosial-emosional, serta literasi lingkungan anak usia dini.

Penanaman nilai peduli lingkungan dapat dimulai di lingkungan keluarga, misalnya membiasakan anak menghemat listrik dan membuang sampah pada tempatnya. Di sekolah, pendidikan lingkungan bisa difasilitasi lewat taman belajar atau kebun sekolah. Dukungan pemerintah juga hadir melalui program Sekolah Adiwiyata yang digagas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai upaya membangun kesadaran lingkungan di kalangan warga sekolah.

2. Penggunaan teknologi ramah lingkungan sebagai wujud cinta pada alam

ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Mike Bird)
ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Mike Bird)

Pemanfaatan teknologi tidak melulu identik dengan konsumsi energi besar yang merusak alam. Seiring pesatnya perkembangan zaman, banyak ilmuwan mulai mengembangkan teknologi hijau. Teknologi hijau merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengurangi dampak negatif terhadap alam serta mendukung keberlanjutan.

Baru-baru ini, penggunaan mobil listrik ramai diperbincangkan sebagai alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya. Pemerintah menargetkan 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unik kendaraan roda dua listrik beroperasi di jalan pada 2030, sebagaimana dilansir dari situs resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Walau terdengar mustahil, pemerintah terus mendorong realisasinya melalui berbagai kebijakan, termasuk pemberian subsidi dan insentif pajak untuk mobil listrik, mobil hibrida, serta sepeda motor listrik.

3. Menjaga kesehatan adalah langkah awal menuju lingkungan yang sehat

ilustrasi berjalan kaki (pexels.com/Tobi)
ilustrasi berjalan kaki (pexels.com/Tobi)

Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Pepatah ini menegaskan betapa pentingnya kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika tubuh berada dalam kondisi prima, pikiran menjadi jernih, emosi lebih stabil, dan semangat menjalani aktivitas pun meningkat.

Salah satu cara mudah untuk menjaga kesehatan adalah rutin berjalan kaki. Menurut Lancet Public Health, berjalan kaki minimal 7 ribu langkah per hari dapat menurunkan risiko kanker hingga 37 persen dan mengurangi risiko kematian hingga 47 persen. Bayangkan jika masyarakat Indonesia membiasakan gaya hidup seperti ini—tentu akan lahir generasi yang sehat, produktif, dan berumur panjang.

4. Perempuan layak mendapat kesempatan untuk bersuara

ilustrasi remaja (freepik.com/pressfoto)
ilustrasi remaja (freepik.com/pressfoto)

Meski telah memasuki era modern, kasus kriminalisasi terhadap perempuan masih saja terjadi. Mengutip situs resmi Universitas Airlangga, tercatat ada 401.975 kasus kekerasan yang menimpa perempuan di Indonesia pada 2023. Situasi ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender masih menjadi tantangan yang belum sepenuhnya teratasi.

Hal ini tak terlepas dari stigma yang menganggap perempuan itu lemah, emosional, dan tak layak mengambil keputusan. Pandangan seperti ini harus segera dihapus karena menghambat ruang gerak dan partisipasi mereka di ruang publik. Banyak tokoh perempuan telah membuktikan kapasitasnya bahwa mereka juga layak mendapat tempat untuk berkontribusi dalam masyarakat.

5. Penyandang disabilitas harus ikut merasakan manfaat pembangunan

ilustrasi rambu penyandang disabilitas fisik (pexels.com/Jacek S)
ilustrasi rambu penyandang disabilitas fisik (pexels.com/Jacek S)

Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas telah menjamin kehidupan yang layak bagi seluruh warga negara, tak terkecuali para penderita disabilitas. Namun, dalam praktiknya, mereka masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Data yang memprihatinkan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 menunjukkan akses internet bagi non-penyandang disabilitas mencapai 45,46 persen, sedangkan bagi penyandang disabilitas hanya 8,50 persen.

Indonesia perlu belajar dari negara-negara maju seperti Swedia, Australia, dan Kanada, yang telah berhasil mengimplementasikan kebijakan inklusif secara nyata. Mereka tidak hanya menyusun dokumen hukum, tetapi juga memastikan terpenuhinya hak dan akses bagi penyandang disabilitas dalam pendidikan, pekerjaan, dan fasilitas publik. Dengan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia bisa menjadi negara yang inklusif dan terbuka bagi semua warganya.

Harmoni alam dan sosial bukan sekadar angan-angan atau wacana yang biasa digaungkan dalam forum dan kampanye. Lewat langkah sederhana, kita bisa membangun masyarakat yang sehat dan hidup berdampingan dengan alam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us