Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pesan Moral Film Pangku: Soroti Perjuangan Perempuan dari Kelompok Marjinal

Pangku (dok. Gambar Gerak/Pangku)
Pangku (dok. Gambar Gerak/Pangku)
Intinya sih...
  • Menyoroti perjuangan perempuan dan ibu dari kelompok marjinal di Jalur Pantura
  • Makna kata pangku, diambil dari makna harfiah aksara Jawa yang punya pesan mendalam
  • Pesan Reza Rahadian: bertahan hidup adalah sebuah pencapaian yang sering dilupakan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Perjuangan seorang perempuan sekaligus ibu tunggal yang terpaksa bekerja keras demi bertahan hidup di tengah himpitan ekonomi, tertuang dalam film Pangku. Namanya Sartika. Ia adalah perempuan yang mengemban tanggung jawab sebagai orangtua di tengah kehidupan yang serba sulit, tanpa punya banyak pilihan.

Sartika melakoni perannya sebagai pedagang Kopi Pangku di Jalur Pantura (Pantai Utara). Isu sosial serta ekonomi yang relevan dan dekat dengan kehidupan kaum marginal, disorot melalui sudut pandang Sartika.

Film Pangku menjadi karya debut Reza Rahadian sebagai penulis naskah dan sutradara. Tidak hanya sukses mengangkat kisah perempuan di Jalur Pantura, film ini juga menembus panggung Internasional dengan menyabet 4 piala penghargaan dari BIFF (Busan Internasional Film Festival) 2025. Reza menguak nilai-nilai kehidupan yang disorot dalam film Pangku dalam sesi "Pangku Unpacked: The Story, The Scene, The Soul" di IdeaFest 2025 pada Minggu (2/11/25) di JCC, Jakarta.

1. Menyoroti perjuangan perempuan dan ibu dari kelompok marjinal di Jalur Pantura

IdeFest 2025 digelar pada 31 Oktober hingga 2 November 2025. Mengangkat tema (Cult)ivate the Culture. (IDNTimes/Dina Salma)
IdeFest 2025 digelar pada 31 Oktober hingga 2 November 2025. Mengangkat tema (Cult)ivate the Culture. (IDNTimes/Dina Salma)

Karakter Sartika dalam film Pangku diperankan oleh Claresta Taufan. Claresta menyoroti kehidupan perempuan yang hidup di area marginal dengan segala kesulitan dan tantangannya, terlebih saat menjadi seorang ibu. Pasalnya, tak jarang orangtua mengabaikan atau menyembunyikan jerih payahnya, bersikap seolah baik-baik saja, padahal tengah bersusah payah memperjuangkan kehidupan anaknya.

"Sartika ini sangat berresonansi dengan seluruh perempuan, khususnya para mama, para ibu. Yang as simple as want a better life for the loved one, yang ingin lebih baik untuk yang tersayang. Karena Sartika ini memotret struggle yang dialami perempuan. Banyak sekali perempuan-perempuan yang memiliki struggle yang sama," ujar Claresta.

Claresta menyampaikan, kisah Sartika adalah gambaran individu yang terus berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Karena itu, kisah Sartika tak hanya berkorelasi erat dengan perjuangan serang perempuan atau ibu, namun juga menjadi bagian dari kehidupan banyak orang.

"Dari Sartika, aku belajar, selama kita masih punya harapan, di mana kalau Sartika harapannya adalah anaknya, Bayu, kita masih bisa terus menjalani hidup. Beruntungnya Sartika. Sartika itu punya support system atau chosen family," Claresta seraya menambahkan, selama kita masih bisa berharap dan bermimpi, maka hidup akan terus berjalan.

2. Makna kata pangku, diambil dari makna harfiah aksara Jawa yang punya pesan mendalam

cuplikan film Pangku (Instagram.com/filmpangku)
cuplikan film Pangku (Instagram.com/filmpangku)

Reza memaknai secara harfiah kata 'Pangku' dalam film yang juga diperankan oleh Fedi Nuril. Dalam aksara Jawa, terdapat tanda baca (sandangan) bernama pangkon. Pangkon atau yang dalam bahasa Indonesia artinya pangku, memiliki fungsi untuk mematikan huruf konsonan di akhir suku kata atau kalimat.

Secara mendalam, Reza menjelaskan, "Jadi saya menerjemahkan Pangku itu sebagai proses orang bertahan hidup either dia di-pateni (dibunuh) atau dia pangkon (dipangku). Siapa yang dipangku dan siapa yang memangku, itu punya terjemahan yang luas. Kita bisa menerjemahkan itu dalam berbagai macam cara. Saya mencoba menerjemahkan itu lewat film ini."

Pangkon bagi orang Jawa, menjadi simbol tanggung jawab, kesetaraan, dan pengasuhan. Film ini membingkai bagaimana kehidupan seseorang erat kaitannya dengan orang-orang yang ia temui dalam hidup, demi menjaga keseimbangan hidup dan menjaga hubungan baik.

"Jadi, kata pangku itu memiliki makna bahwa kehidupan seseorang juga berada dalam pangkuan orang lain. Siapa yang memangku, siapa yang berperan dalam hidupnya itu, ditentukan oleh pilihan-pilihan orang yang bertemu dengan tokoh itu," tambahnya.

3. Pesan Reza Rahadian: bertahan hidup adalah sebuah pencapaian yang sering dilupakan

cuplikan film Pangku (Instagram.com/filmpangku)
cuplikan film Pangku (Instagram.com/filmpangku)

Kerumitan hidup Sartika tak berhenti pada dirinya. Pertemuan dengan Hadi, tokoh yang diperankan oleh Fedil Nuril, membuka jalan yang makin pelik. Sebagai pemeran utama dalam film ini, Fedi turut memiliki makna dan pandangan kritis terkait isu sosial yang diangkat.

"Hadi ini, walaupun dia juga dari kaum marginal, tapi dia pekerja keras. Dia sendiri sebenarnya bisa mem-provide dirinya, tapi dia kesepian dan dia kekurangan kebutuhan emosional. Dan, yang saya lihat, memang hidupnya susah tapi mereka tidak ada waktu untuk mengeluh. Mereka terus bekerja," cerita Fedi.

Fedi menggambarkan sosok Hadi sebagai seseorang yang kebutuhan fisiknya telah terpenuhi, namun masih berupaya memenuhi kebutuhan emosionalnya. Keinginan untuk disayang, diperhatikan, dan dicintai tak bisa diabaikan sebab kerap merasa kesepian. Tampaknya, Hadi mewakili perasaan banyak individu di luar sana.

Sebagai penutup, Reza kembali menjelaskan makna di balik film ini bagi penonton. Menurutnya, dalam setiap peristiwa, dalam kehidupan, manusia pasti punya downfall. Punya kesulitan atau tantangan hidupnya masing-masing.

"Melalui film ini, saya ingin bercerita kembali, mudah-mudahan bisa menjadi perenungan kita kembali bahwa at the end of the day, sesuatu yang berat dalam hidup sekalipun itu patut disyukuri dan perjuangan untuk bisa bertahan hidup itu adalah sebuah pencapaian yang sering dilupakan," ujar. Reza.

Reza juga berpesan, dalam hidup ada banyak pencapaian kecil. Misalnya, bagaimana Sartika dapat menyediakan makan dan memastikan anaknya untuk bersekolah. Meski bagi sebagian orang, hal semacam itu tergolong sederhana, namun itu bisa jadi adalah pencapaian luar biasa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us

Latest in Life

See More

Jangan Abaikan! Ini 5 Tanda Tanaman Indoor Alami Kekurangan Nutrisi

05 Nov 2025, 15:15 WIBLife