- Mendongeng dengan boneka fabel: Metode mendongeng dengan boneka membantu anak memahami konsep abstrak seperti batasan tubuh dan sentuhan tidak nyaman melalui karakter yang mereka kenal dan cintai.
- Penggunaan istilah biologis yang benar: Modul Kakak Aman secara tegas menggunakan istilah biologis yang tepat (bukan bahasa eufemisme seperti "burung" atau "bunga"). Hal ini krusial agar anak tidak bingung dan dapat memberikan laporan yang jelas dan akurat jika mengalami pelecehan.
- Pelatihan keterampilan praktis: Anak-anak diajarkan empat keterampilan penting saat menghadapi situasi sulit: berani berkata "tidak," berteriak, lari ke tempat aman, dan segera bercerita kepada orang dewasa yang dipercaya.
Gerakan Kakak Aman: Perjuangan Melindungi Anak dari Kekerasan Seksual

Layaknya benteng yang kokoh berdiri untuk melindungi, setiap anak sejatinya berhak merasa aman di lingkungannya. Namun, kenyataan di lapangan tak seindah itu. Setiap hari, di berbagai daerah Indonesia, anak-anak menghadapi risiko kekerasan yang kerap tersembunyi dari pandangan publik. Angka kasus kekerasan pada anak, khususnya kekerasan seksual, terus meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan betapa pentingnya langkah pencegahan sejak dini.
Di tengah situasi yang memprihatinkan ini, muncul sosok perempuan muda dari Serang, Banten, yang memilih untuk tidak tinggal diam. Dialah Hana Maulida, pendiri Gerakan Kakak Aman Indonesia. Dengan kacamata khasnya, senyum menenangkan, dan ketenangan yang mengundang rasa percaya, Hana hadir bukan sebagai pahlawan super, melainkan sebagai “kakak” yang ingin memastikan anak-anak Indonesia tumbuh di ruang yang aman dan nyaman. Metode yang ia terapkan sederhana, tapi membawa dampak luar biasa: dongeng, lagu, permainan, dan kegiatan kreatif yang dirancang agar anak-anak bisa memahami tubuh mereka sendiri serta hak mereka untuk menolak perlakuan yang tidak pantas.
Kehadiran Hana bukan hanya membangun gerakan edukatif, tetapi juga menunjukkan keberanian seorang anak muda menghadapi realitas yang kerap disembunyikan masyarakat. Ia mengajarkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil namun tulus. Seperti secercah cahaya di tengah gelap, Hana membuka jalan bagi anak-anak Indonesia untuk benar-benar merasa aman, belajar tentang hak mereka, dan berani bersuara.
1. Dari keprihatinan menjadi aksi nyata

Gerakan Kakak Aman lahir dari sebuah keresahan yang meledak di tengah obrolan santai, sama sekali tanpa direncanakan. Cikal bakal gerakan ini bermula dari flashback di awal 2023, saat Hana Maulida dan dua temannya terlibat dalam diskusi penuh emosi yang berakhir di kedai bakso.
Kala itu, diskusi tentang maraknya kasus kekerasan seksual pada anak memicu kemarahan mendalam. "Bayangin gimana kalau gini terus? Siapa yang jagain anak-anak itu? Siapa yang ngasih tau mereka? Orang yang harusnya mereka jadiin tempat berlindung aja jadi pelaku! Siapa yang peduli? Gak ada! Pihak-pihak yang seharusnya 'peduli' pun nggak melakukan apa-apa!" Kata-kata yang sarat emosi itu diucapkan Hana sambil menggebrak meja bakso.
Keresahan Hana didukung fakta yang sangat serius. Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) mencatat bahwa pada tahun 2023 terdapat lebih dari 18.000 kasus kekerasan pada anak, dengan lebih dari 11.000 kasus di antaranya adalah kekerasan seksual. Angka yang terus naik ini memperlihatkan kasus sebagai "fenomena gunung es."
Hana melihat kondisi ini sebagai alarm darurat. Banyak anak menjadi korban karena mereka tidak dibekali keterampilan hidup (life skills) untuk menjaga tubuhnya sendiri. Pendidikan seksual masih dianggap tabu, padahal ironisnya, orang terdekat justru sering menjadi pelaku, ditambah akses internet yang memudahkan anak terpapar risiko.
Kondisi tersebut mempertegas motivasi Hana: “Banyak orang marah ketika kasus ini mencuat, tapi belum banyak upaya serius dalam pencegahan. Dari situlah kami ingin bergerak, mengedukasi anak sejak dini agar mereka tahu cara melindungi diri,” tutur Hana dalam siaran program Idola Anak di RRI Banten.
Momen terpancing oleh realitas itu membuat Hana memikirkan solusi konkret. Ia lantas mengajak rekannya untuk bertindak, "Yuk lah. Besok Sabtu kita eksekusi," ujarnya, dan pertemuan itu disudahi dengan keyakinan.
Dari situlah Gerakan Kakak Aman Indonesia resmi berdiri, dengan tujuan utama: mencegah kekerasan seksual pada anak melalui edukasi yang mudah dipahami. Nama "Kakak" dipilih agar anak-anak merasa dekat, aman, dan tidak takut belajar topik sensitif. Hana dan tim relawan percaya bahwa pencegahan harus dimulai sedini mungkin agar anak-anak yakin bahwa "rumah adalah tempat paling aman, bahkan ketika hal terburuk terjadi.” Gerakan ini, yang awalnya tidak pernah ada dalam rencana, kini diakui banyak orang dan menjadi rejeki terbesar yang mempersatukan para relawan.
2. Inovasi jembatan komunikasi: metode unik kakak aman

Gerakan Kakak Aman menyasar anak-anak usia TK hingga SD dengan pendekatan yang sangat interaktif, mengubah topik yang dianggap tabu menjadi pelajaran yang menyenangkan. Mereka menghindari ceramah kaku dan menggantinya dengan pendekatan kreatif:
Pendekatan ini juga menekankan komunikasi dua arah. Anak-anak diajak berdialog, bercerita, dan memerankan situasi, sehingga mereka belajar bukan hanya secara teori, tetapi melalui pengalaman langsung.
Fokus Kakak Aman tidak hanya pada anak, tetapi juga pada ekosistemnya. Hingga kini, mereka telah melatih sekitar 50 relawan yang dibekali kode etik ketat saat berinteraksi dengan anak. Kolaborasi pun diperluas dengan sekolah, guru, serta Dinas Perlindungan Anak dan Dinas Pendidikan di Kabupaten dan Kota Serang untuk memastikan jangkauan edukasi.
Bagi Hana, edukasi pencegahan juga harus dimulai dari rumah. Pesan kuncinya kepada orangtua: “Kalau anak berani cerita, orangtua harus tenang dulu. Jangan langsung menyalahkan. Respons yang tenang akan membuat anak merasa didukung, bukan ditakuti.” Ia menegaskan, orangtua harus menjadi sahabat pertama anak.
3. Dampak nyata dan penguatan apresiasi SATU Indonesia Awards

Sejak berdiri, Gerakan Kakak Aman telah berhasil menjangkau ribuan anak di berbagai daerah Indonesia. Dampak yang paling berharga bukan hanya dari angka, tetapi dari keberanian yang tertanam pada diri anak-anak.
Dalam beberapa kesempatan, relawan menemukan anak-anak yang berani bercerita tentang perlakuan tidak pantas kepada guru atau orangtua mereka setelah mengikuti sesi edukasi. Momen-momen ini menjadi bukti nyata bahwa pengetahuan bisa menyelamatkan nyawa dan masa depan. Selain itu, banyak orangtua yang mulai memahami pentingnya mendampingi anak saat menggunakan gawai, sekaligus membuka ruang komunikasi yang lebih sehat di keluarga.
Upaya tulus Hana Maulida ini akhirnya mendapat pengakuan luas. Pada tahun 2024, ia dinobatkan sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards (SIA) Astra di bidang Pendidikan.
4. SIA Astra: dorongan untuk keberlanjutan

Penghargaan SATU Indonesia Awards ini menjadi dukungan nyata untuk keberlanjutan gerakan. Berdasarkan informasi resmi Astra, setiap penerima di tingkat nasional berhak memperoleh dana bantuan kegiatan sebesar Rp65 juta serta pembinaan intensif guna memperkuat dampak program.
Bagi Hana, dukungan ini adalah momentum penting. Selain memberikan energi finansial untuk memperluas modul edukasi, pengakuan formal dari Astra meningkatkan kredibilitas program di mata sekolah, orangtua, hingga dinas pendidikan lokal. Kehadiran pengakuan dari institusi besar seperti Astra membuat proses kolaborasi yang sebelumnya penuh keraguan menjadi lebih terbuka dan cepat, sehingga semakin banyak anak di Banten dan sekitarnya yang bisa merasakan manfaat dari pendidikan perlindungan diri sejak dini.
Hana percaya, pendidikan seksual bukanlah sesuatu yang tabu, melainkan fondasi penting bagi masa depan anak Indonesia. Lewat Gerakan Kakak Aman, ia ingin memastikan bahwa setiap anak tumbuh dengan rasa aman, tahu cara melindungi dirinya, dan berani bersuara. Dari ruang kelas kecil hingga panggung nasional, langkah Hana, yang diperkuat oleh Apresiasi SATU Indonesia Awards Astra, menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari kepedulian sederhana: menjaga senyum anak-anak tetap utuh.



















