Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenali Perbedaan Transparan dan Oversharing ke Pasangan

ilustrasi pasangan kekasih sedang berbicara
ilustrasi pasangan kekasih sedang berbicara (unsplash.com/Vitaly Gariev)
Intinya sih...
  • Transparansi adalah keterbukaan yang punya tujuan jelas dan relevan untuk hubungan.
  • Oversharing adalah curhat tanpa filter yang membanjiri pasangan dengan detail yang tidak perlu.
  • Transparansi membangun kepercayaan, sedangkan oversharing justru bisa mengikisnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kadang, niat kita untuk jujur dan terbuka malah bikin pasangan merasa kewalahan. Banyak orang mengira bahwa hubungan yang sehat itu berarti gak ada rahasia sama sekali, semua harus diceritakan, sekecil apa pun. Padahal, keterbukaan yang berlebihan alias oversharing justru bisa bikin hubungan terasa sesak dan kurang nyaman. Transparan bukan berarti kamu harus membongkar semua isi kepala dan hati setiap detik, lho.

Di sisi lain, menjaga privasi bukan berarti kamu menyembunyikan sesuatu yang penting dari pasangan. Di sinilah letak bedanya: transparan itu soal keterbukaan yang sehat dan relevan, sementara oversharing lebih ke membanjiri pasangan dengan detail yang sebenarnya gak perlu. Yuk, kita bahas lebih dalam bagaimana cara membedakan keduanya agar hubungan tetap hangat tanpa bikin salah satu pihak merasa jenuh atau kehilangan ruang pribadi!

1. Transparansi sama dengan keterbukaan yang bertujuan

ilustrasi suami dan istri sedang berbicara
ilustrasi suami dan istri sedang berbicara (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Transparan dalam hubungan artinya kamu mau terbuka tentang hal-hal yang memang penting untuk dijaga bersama. Misalnya, kamu cerita soal keuangan, perasaan, atau masalah yang bisa berdampak langsung untuk hubungan kalian. Tujuannya jelas, yaitu membangun kepercayaan dan menjaga komunikasi dua arah.

Keterbukaan ini juga butuh waktu dan konteks. Kamu gak harus langsung menceritakan semua masa lalu atau kekhawatiran kecil jika belum relevan. Transparan itu tentang kapan dan kenapa kamu berbagi sesuatu, bukan seberapa banyak kamu cerita. Misalnya, kamu bilang “Aku lagi stres di kantor karena deadline,” itu bentuk transparansi. Namun, kalau kamu ceritakan detail tentang setiap rekan kerja yang membuatmu kesal, itu sudah masuk ke arah oversharing.

2. Oversharing sama dengan curhat tanpa filter  

ilustrasi laki-laki dan perempuan sedang berbicara
ilustrasi laki-laki dan perempuan sedang berbicara (pexels.com/Monstera)

Oversharing kerap muncul karena rasa ingin dekat dengan pasangan, tapi malah berujung membuat jarak emosional. Misalnya, kamu cerita semua hal yang terlintas di pikiran tanpa mempertimbangkan dampaknya. Dari hal sepele seperti gosip kantor sampai rahasia teman, semuanya tumpah ruah.

Masalahnya, pasanganmu bisa merasa kewalahan atau malah bingung harus menanggapi apa. Hubungan yang sehat bukan soal siapa yang paling banyak cerita, tapi siapa yang bisa saling mendengarkan dengan nyaman. Kalau kamu merasa pasangan mulai menunjukkan tanda bosan atau lelah setiap kali kamu curhat panjang lebar, bisa jadi kamu sedang oversharing.  

3. Transparansi membangun kepercayaan, oversharing bisa mengikisnya

ilustrasi suami dan istri sedang berbicara
ilustrasi suami dan istri sedang berbicara (pexels.com/Andres Ayrton)

Keterbukaan yang sehat justru bikin hubungan makin solid. Kamu dan pasangan tahu apa yang sedang dihadapi masing-masing, jadi bisa saling mendukung satu sama lain. Namun, saat kamu terlalu sering spill segalanya, pasangan bisa merasa kamu gak punya batas, bahkan mungkin jadi ragu untuk cerita balik.

Contohnya, kamu transparan saat bilang, “Aku dulu pernah punya hubungan yang kurang sehat, jadi kadang aku butuh waktu untuk percaya penuh.” Itu bikin pasangan paham konteks perilakumu sekarang. Namun, kalau kamu sampai membahas detail hubungan lama sampai berjam-jam, pasangan bisa merasa dibanding-bandingkan atau bahkan cemburu.

4. Transparansi mengundang diskusi, oversharing mengundang drama

ilustrasi pasangan kekasih sedang berbicara
ilustrasi pasangan kekasih sedang berbicara (unsplash.com/Vitaly Gariev)

Keterbukaan yang proporsional membuka ruang dialog. Kamu cerita sesuatu karena ingin mencari solusi atau memahami satu sama lain. Sedangkan, oversharing cenderung berujung pada curhat tanpa arah yang bikin suasana jadi tegang.

Misalnya, kamu lagi cerita soal mantan. Kalau kamu cuma bilang, “Aku dulu pernah pacaran lama, jadi agak trauma diselingkuhi,” itu transparan karena pasangan bisa paham latar belakangmu. Namun, kalau kamu lanjut dengan cerita detail seperti “Dia dulu suka jemput aku tiap sore, beda banget sama kamu yang jarang ngajak jalan,” itu termasuk oversharing yang bisa bikin pasangan ilfil.

Hubungan yang sehat bukan diukur dari seberapa banyak kamu berbagi, tapi seberapa dalam kamu saling memahami. Transparansi membangun kedekatan lewat kepercayaan dan rasa saling menghormati, sementara oversharing justru bisa bikin pasangan kewalahan dan kehilangan ruang. Jadi, bukan berarti kamu harus menutup diri, tapi belajar menyeimbangkan antara kejujuran dan privasi. Karena kadang, menjaga sebagian hal untuk diri sendiri bukan bentuk kebohongan, melainkan tanda kamu tahu batas sehat dalam hubungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Life

See More

Kenapa Banyak Pekerja Remote Sulit Menikmati Liburan?

15 Nov 2025, 09:20 WIBLife