Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Kita Suka Overthinking Sebelum Tidur? Ini Jawabannya

ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Otak lebih sibuk saat tubuh diam, memproses emosi dan memori tanpa filter.
  • Stres dan kecemasan menjadi pemicu overthinking karena hormon kortisol yang tinggi.
  • Evolusi membuat otak manusia lebih waspada di malam hari, ditambah dengan pengaruh gawai dan media sosial.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kita sudah rebahan dengan nyaman, lampu sudah dimatikan, tapi otak justru seperti menyalakan playlist tak berujung berisi kenangan, rencana, bahkan hal-hal kecil yang seharusnya gak dipikirin? Fenomena ini ternyata dialami oleh banyak orang, lho. Kenapa kita suka overthinking sebelum tidur, ya?

Agar bisa meredakan pikiran liar sebelum tidur, kita perlu tahu alasan di balik overthinking sebelum tidur dan cara mengatasinya. Mari kita bongkar satu per satu fakta uniknya.


1. Otak kita lebih sibuk saat tubuh diam

ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/Emiliano LG)
ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/Emiliano LG)

Saat tubuh mulai rileks, justru otak masuk ke mode yang berbeda. Aktivitas default mode network (DMN), yaitu jaringan otak yang aktif ketika kita gak fokus pada dunia luar justru meningkat. DMN inilah yang membuat kita tiba-tiba teringat percakapan lama atau kesalahan sepele yang terjadi beberapa tahun lalu.

Jadi, saat tubuh istirahat, otak tetap melakukan housekeeping. Ia memilah memori, menata informasi, dan mencoba memproses emosi yang belum terselesaikan. Hasilnya? Pikiran mengalir tanpa filter, sehingga muncullah sesi overthinking sebelum tidur, deh.


2. Stres dan kecemasan jadi pemicu tak terduga

ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/cottonbro studio)

Kita sering merasa hari berjalan normal, tapi ternyata ada beban kecil yang tertinggal di pikiran. Menjelang tidur, beban ini kembali muncul karena suasana hening memberi ruang lebih luas bagi otak untuk memprosesnya. Rasa khawatir tentang pekerjaan, hubungan, atau masa depan biasanya menjadi bahan bakar utamanya, lho.

Dari sisi psikologi, hal ini berkaitan dengan hormon kortisol. Ketika stres gak tersalurkan di siang hari, kadar kortisol masih tinggi hingga malam. Akibatnya, tubuh ingin tidur, tapi otak menolak karena masih dalam mode “siaga darurat”. Maka terjadilah bentrokan antara kebutuhan istirahat dengan lonjakan kecemasan. Akhirnya, pikiran jadi kemana-mana, deh.


3. Evolusi membuat kita lebih waspada di malam hari

ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi overthinking sebelum tidur (pexels.com/Ron Lach)

Secara evolusioner, nenek moyang kita hidup di lingkungan yang penuh ancaman saat malam tiba. Suara ranting patah atau hewan liar bisa menjadi tanda bahaya. Nah, otak manusia berkembang untuk lebih sensitif ketika malam, demi meningkatkan peluang bertahan hidup ini.

Meski sekarang kita tidur di kamar yang aman, mekanisme ini masih tersisa. Rasa waspada itu kini terwujud dalam bentuk pikiran yang berputar-putar. Alih-alih menghindari predator, kita justru menghindari kemungkinan gagal dalam presentasi besok pagi atau memikirkan keputusan kecil yang belum selesai, deh.


4. Gawai dan media sosial menjadi pupuk overthinking

ilustrasi matikan gawai (unsplash.com/Martin Sanchez)
ilustrasi matikan gawai (unsplash.com/Martin Sanchez)

Siapa yang sebelum tidur masih sempat membuka media sosial atau menonton video short? Tanpa kita sadari, otak dibanjiri stimulus baru yang seharusnya gak muncul menjelang tidur, lho. Informasi itu memperpanjang aktivitas otak, membuatnya sulit menekan tombol shutdown.

Guys, cahaya biru dari layar gawai juga bisa menekan produksi melatonin, hormon yang membuat kita mengantuk. Jadi, bukan hanya pikiran yang sibuk, tapi juga sistem biologis yang terganggu. Kombinasi ini memperbesar peluang kita terjebak dalam lingkaran overthinking di malam hari.


5. Kreativitas sering muncul justru saat overthinking

ilustrasi orang pintar dan kreatif (pexels.com/George Milton
ilustrasi orang pintar dan kreatif (pexels.com/George Milton

Uniknya, kondisi pikiran yang berputar tanpa henti kadang memunculkan ide-ide brilian. Saat otak gak fokus pada satu tugas, ia menghubungkan informasi secara acak. Inilah yang disebut dengan incubation effect dalam psikologi kognitif.

Gak heran, banyak penulis, ilmuwan, atau seniman yang mengaku menemukan ide saat malam menjelang tidur. Sayangnya, kelebihan ini punya harga yang mahal, yakni kualitas tidur jadi terganggu, dan keesokan harinya tubuh kelelahan. Kreativitas dan kesehatan pun seperti dua sisi mata uang yang sulit diseimbangkan, ya.


6. Bisakah kita mengendalikan pikiran sebelum tidur?

ilustrasi menulis jurnal (unsplash.com/Content Pixie)
ilustrasi menulis jurnal (unsplash.com/Content Pixie)

Walau terdengar sulit, ada strategi yang bisa dilakukan agar kita gak overthinking sebelum tidur:

1. Terapkan rutinitas tidur konsisten

Tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari membantu melatih ritme sirkadian. Ini memberi sinyal ke otak kapan harus rileks. Dengan kebiasaan yang konsisten, overthinking cenderung berkurang karena tubuh terbiasa dengan pola tersebut.

2. Batasi penggunaan gawai 1 jam sebelum tidur

Cahaya biru dari layar ponsel menunda produksi melatonin. Dengan mengurangi paparan layar, tubuh lebih cepat merasa mengantuk. Selain itu, menghindari media sosial mencegah otak memproses stimulus baru di saat yang gak tepat.

3. Lakukan teknik pernapasan dalam

Latihan pernapasan seperti 4-7-8 breathing dapat menurunkan detak jantung dan menenangkan sistem saraf. Ini membantu menurunkan aktivitas default mode network. Pikiran pun menjadi lebih tenang sebelum tidur.

4. Tulis apa yang dipikirkan di jurnal

Mencatat kekhawatiran atau rencana besok bisa membantu otak merasa sudah “menyelesaikan” sesuatu, lho. Teknik ini efektif untuk mengurangi rumination. Dengan begitu, kita bisa tidur tanpa merasa ada hal yang belum beres.

5. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman

Suhu kamar yang sejuk, pencahayaan redup, dan kasur yang nyaman membuat tubuh lebih siap untuk tidur. Lingkungan yang mendukung mengurangi distraksi yang bisa memicu overthinking.

6. Coba meditasi atau musik relaksasi

Meditasi ringan atau mendengarkan musik dengan ritme lambat membantu otak masuk ke gelombang alfa. Ini adalah kondisi yang memudahkan transisi dari keadaan sadar menuju tidur. Dengan pikiran lebih tenang, overthinking berkurang signifikan, lho.

Jadi, sekarang sudah tahu, kan, alasan kenapa kita suka overthinking sebelum tidur. Sebenarnya, overthinking adalah bagian alami dari cara otak bekerja, kok. Meski begitu, kita tetap harus belajar mengendalikannya dengan kebiasaan sehat dan kesadaran diri. Dengan begitu, malam jadi ruang damai untuk menyambut hari baru, deh. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

7 Tanda Kamu Butuh Career Break, Jangan Paksakan Diri!

21 Sep 2025, 20:15 WIBLife