Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Sikap yang Sering Dilakukan Gen Z di Dunia Profesional

default-image.png
Default Image IDN

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang adaptif, tech-savvy, dan penuh potensi. Banyak dari mereka yang sudah masuk ke dunia kerja dengan semangat tinggi dan pola pikir yang progresif. Namun, meskipun punya bekal pengetahuan dan skill yang mumpuni, bukan berarti mereka kebal dari kesalahan. Tanpa disadari, ada beberapa kebiasaan atau sikap yang justru bisa menghambat perkembangan karier mereka di dunia profesional.

Kesalahan ini bukan cuma soal teknis, tapi lebih ke arah soft skills, komunikasi, dan sikap profesional. Kadang, karena terlalu percaya diri atau ingin cepat berkembang, Gen Z lupa kalau dunia kerja punya ritme dan etika yang berbeda dengan lingkungan sekolah atau kampus. Supaya gak jadi bumerang, yuk simak lima kesalahan profesional yang sering dilakukan Gen Z tanpa sadar berikut ini.

1.Terlalu bergantung pada chat dan pesan singkat

ilustrasi chat (unsplash.com/Daniel Korpai)
ilustrasi chat (unsplash.com/Daniel Korpai)

Di era serba digital, komunikasi lewat chat atau pesan instan memang jadi andalan. Tapi, terlalu bergantung pada format ini bisa bikin interaksi kerja jadi kurang efektif. Banyak Gen Z yang lebih nyaman menyampaikan ide atau pertanyaan lewat teks, padahal gak semua pesan bisa diterjemahkan dengan baik tanpa konteks suara atau ekspresi. Ini bisa bikin miskomunikasi, apalagi kalau lawan bicara dari generasi yang lebih tua.

Komunikasi langsung, baik lewat meeting online atau tatap muka, tetap penting buat membangun koneksi yang kuat dan menunjukkan keprofesionalan. Kadang, satu kalimat lewat teks bisa disalahartikan jadi dingin atau gak sopan. Padahal niatnya cuma to the point. Maka dari itu, penting buat tahu kapan harus ngobrol langsung dan kapan cukup lewat teks. Jangan sampai niat efisien malah bikin kesan kurang respek.

2.Kurang sabar pengen cepat naik level

ilustrasi bekerja (freepik.com/pressfoto)
ilustrasi bekerja (freepik.com/pressfoto)

Ambisi itu bagus, tapi kalau gak diimbangi dengan kesabaran, bisa bikin langkah malah jadi tergesa-gesa. Banyak Gen Z yang baru beberapa bulan kerja, tapi udah mulai nanya kapan bisa naik jabatan. Ekspektasi buat cepet sukses itu sah-sah aja, tapi dunia kerja gak seinstan konten viral di TikTok. Butuh proses, konsistensi, dan pembuktian lewat hasil kerja nyata.

Atasan dan rekan kerja juga bisa merasa risih kalau kelihatan terlalu fokus ke promosi tanpa memperhatikan kualitas kerja. Lebih baik fokus dulu ke performa, upgrade skill, dan bangun relasi yang solid di lingkungan kerja. Kesuksesan itu bukan soal cepat atau lambat, tapi soal siapa yang bisa bertahan dan terus berkembang tanpa kehilangan arah.

3.Oversharing di media sosial tentang kehidupan kerja

default-image.png
Default Image IDN

Gen Z memang terbiasa membagikan banyak hal di media sosial. Tapi hati-hati, membahas soal kantor atau pekerjaan secara terbuka bisa jadi pedang bermata dua. Gak semua hal perlu diumbar, apalagi yang berhubungan dengan konflik internal, keluhan soal atasan, atau pendapat pribadi tentang kebijakan perusahaan. Sekali udah diposting, jejak digital itu susah dihapus.

Kalau terlalu sering curhat atau posting hal sensitif tentang kerjaan, bisa-bisa reputasi profesional jadi turun. Rekan kerja atau HR bisa melihat hal itu sebagai tanda kurang dewasa dalam bersikap. Lebih baik punya batasan jelas antara persona profesional dan personal di medsos. Bijak bermedia sosial bukan berarti gak boleh berekspresi, tapi tahu kapan dan di mana tempat yang tepat.

4.Gampang baper sama feedback

ilustrasi baper (freepik.com/freepik)

Kritik dan masukan dari atasan atau rekan kerja sering dianggap sebagai serangan pribadi. Ini yang sering bikin Gen Z merasa gak dihargai atau bahkan jadi minder. Padahal, feedback itu bagian penting dari proses tumbuh dan berkembang dalam karier. Kalau semua kritik dianggap sebagai bentuk ketidaksukaan, maka sulit buat maju.

Belajar menerima feedback dengan kepala dingin dan hati terbuka adalah skill penting di dunia profesional. Jangan langsung reaktif atau defensif, tapi coba pahami dulu niat di balik masukan itu. Semakin dewasa cara menerima kritik, semakin besar peluang buat berkembang jadi profesional yang tangguh dan dihormati.

5.Multitasking berlebihan sampai kehilangan fokus

default-image.png
Default Image IDN

Punya banyak skill dan terbiasa mengerjakan beberapa hal sekaligus memang jadi ciri khas Gen Z. Tapi, terlalu sering multitasking bisa bikin hasil kerja jadi kurang maksimal. Fokus yang terbagi-bagi bikin setiap tugas jadi dikerjakan setengah-setengah, bukan totalitas. Lama-lama, kualitas kerja bisa dipertanyakan.

Daripada terlihat produktif tapi hasilnya biasa aja, lebih baik atur prioritas dan selesaikan tugas satu per satu dengan optimal. Manajemen waktu dan fokus adalah senjata penting buat bertahan di dunia kerja yang kompetitif. Multitasking boleh, tapi tetap harus tahu batas dan kapan harus berhenti sejenak untuk merapikan arah.

Menyadari kesalahan itu langkah awal buat jadi lebih baik. Setiap generasi pasti punya tantangan dan kekuatannya masing-masing, termasuk Gen Z. Dengan terus belajar dan beradaptasi, semua bisa berkembang jadi profesional yang gak cuma cerdas, tapi juga bijak dan dihargai. Jangan takut berubah, yang penting tetap terbuka dan mau tumbuh bareng pengalaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us