Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kolaborasi dalam Konservasi: Kunci Keberlanjutan Ekosistem

Youth Conservation Competition yang diselenggarakan IDN Times bersama APRIL Group
Acara puncak Youth Conservation Competition yang diselenggarakan IDN Times bersama APRIL Group (Dok. IDN Times)

Kenapa sih konservasi itu penting? Sehari-hari, kita sudah merasakan dampak dari krisis iklim, seperti cuaca ekstrem, bencana alam, hingga hilangnya keanekaragaman hayati.

Dalam kondisi seperti ini, konservasi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan. Pertanyaannya, sejauh mana kita sebagai generasi muda bisa berkontribusi terhadap keberlanjutan ekosistem?

Di artikel ini IDN Times akan membahas bagaimana anak muda bisa menjadi penggerak dalam upaya konservasi. Mereka adalah bukti bahwa usia muda bukan halangan untuk memberi dampak besar kepada bumi.

1. Menjaga alam tak bisa dilakukan hanya satu pihak

Sesi panel “The Importance of Collaboration in Conserving the Ecosystem and Biodiversity” di acara Youth Conservation Competition yang diselenggarakan IDN Times bersama APRIL Group
Sesi panel “The Importance of Collaboration in Conserving the Ecosystem and Biodiversity” di acara Youth Conservation Competition yang diselenggarakan IDN Times bersama APRIL Group (Dok. IDN Times)

Menjaga alam tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Diperlukan kolaborasi lintas sektor dari pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, hingga generasi muda, untuk menciptakan perubahan yang nyata dan berkelanjutan.

Seperti yang disampaikan oleh Nyoman Iswarayoga, Head of External Affairs and RER Communications APRIL Group dalam sesi panel “The Importance of Collaboration in Conserving the Ecosystem and Biodiversity”, bagian dari acara puncak Youth Conservation Competition yang diselenggarakan oleh IDN Times bersama APRIL Group.

“Perubahan iklim bukan sesuatu yang akan datang, tetapi sudah terjadi saat ini. Karena itu, kita semua memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam mitigasinya melalui langkah-langkah konkret,” ujarnya.

2. Restorasi Ekosistem Riau (RER), program konservasi yang dijalankan oleh APRIL Group

Kawasan RER di Semenanjung Kampar, Riau (Dok. RER)
Kawasan RER di Semenanjung Kampar, Riau (Dok. RER)

Salah satu contoh nyata dari pendekatan kolaboratif yang dipaparkan Nyoman adalah Restorasi Ekosistem Riau (RER), program konservasi yang dijalankan oleh APRIL Group di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Provinsi Riau, dengan total luasan mencapai 150.000 hektare.

Kawasan Semenanjung Kampar sendiri merupakan salah satu bentang lahan gambut utuh terbesar yang tersisa di Pulau Sumatra, yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami dan pelindung terhadap dampak perubahan iklim.

Hingga saat ini, kawasan RER telah menjadi rumah bagi 896 spesies flora dan fauna, termasuk satwa langka seperti Harimau Sumatra dan Trenggiling Sunda yang tercantum dalam daftar merah IUCN.

3. Kolaborasi sektor swasta dan organisasi konservasi menciptakan dampak berkelanjutan

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, melepasliarkan orangutan di Hutan Kehje Sewen
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, melepasliarkan orangutan di Hutan Kehje Sewen (Dok. BOSF-RHOI)

Selain Nyoman, panel ini juga menghadirkan Jamartin Sihite, CEO Borneo Orangutan Survival Foundation sekaligus Direktur PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), yang berbagi mengenai pentingnya kawasan hutan yang aman bagi pelepasliaran orangutan.

Jamartin menekankan pentingnya menyediakan kawasan hutan yang aman untuk pelepasliaran orangutan, yang dikenal sebagai ecosystem engineer karena perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Hingga saat ini, kawasan hutan PT RHOI telah mencatat pelepasliaran 136 orangutan dan 10 kelahiran alami bayi orangutan.

Sejak 2023, APRIL dan PT RHOI telah menjalin kemitraan strategis dalam konservasi habitat orangutan di Kalimantan. Ini merupakan bukti bahwa sektor swasta dan organisasi konservasi bisa bersatu untuk menciptakan dampak yang nyata dan berkelanjutan di bidang konservasi.

“Kami selalu mencari mitra bisnis yang ingin menjadi bagian dari solusi,” ujar Jamartin. Ia menambahkan bahwa kesamaan visi dan nilai antara RHOI dan APRIL menjadi fondasi penting dalam membangun kolaborasi jangka panjang.

4. Generasi muda sebagai masa depan konservasi

Para pemenang Youth Conservation Competition
Para pemenang Youth Conservation Competition (Dok. IDN Times)

Kolaborasi tentu tidak hanya terbatas pada lembaga-lembaga besar saja, tetapi juga bagi generasi muda dengan semangat perubahan dan inovasi baru. Semangat ini terpancar dalam Youth Conservation Competition yang diselenggarakan oleh IDN Times bersama APRIL Group sejak Januari 2025.

Kompetisi ini secara khusus menyediakan wadah bagi Gen Z dan milenial untuk mengumpulkan proposal kegiatan konservasi yang mereka lakukan. Meskipun baru pertama kali diadakan, kompetisi ini berhasil mengumpulkan 257 proposal dari anak-anak muda di seluruh Indonesia.

Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z dan milenial memiliki kepedulian tinggi terhadap isu lingkungan dan siap menjadi agen perubahan.

5. Kelompok Dambu Kahbrai dinobatkan sebagai juara pertama

Kelompok Dambu Kahbrai membudidayakan anggrek endemik Papua di sekitar Cagar Alam Pegunungan Cycloop, Jayapura
Kelompok Dambu Kahbrai membudidayakan anggrek endemik Papua di sekitar Cagar Alam Pegunungan Cycloop, Jayapura (Dok. Dambu Kahbrai)

Pada acara puncak Youth Conservation Competition yang digelar pada 13 Juni lalu, kelompok Dambu Kahbrai dinobatkan sebagai pemenang pertama berkat inisiatif mereka dalam membudidayakan anggrek endemik Papua secara berkelanjutan di sekitar Cagar Alam Pegunungan Cycloop, Jayapura.

Lewat pendekatan berbasis masyarakat, mereka mengajak petani lokal untuk beralih dari praktik pemetikan liar menuju budidaya yang ramah lingkungan.

Anggrek merupakan sumber pendapatan utama masyarakat setempat. Namun tanpa pengelolaan yang tepat, spesies ini akan terancam. Sejak 2021, Dambu Kahbrai mengembangkan metode budidaya tradisional seperti pemisahan rumpun dan keiki, serta kini mulai menjajaki teknik bioteknologi modern untuk mempercepat pertumbuhan bibit anggrek.

Dendrobium spectabile (Anggrek Kribo)
Dendrobium spectabile (Anggrek Kribo) hasil budidaya Kelompok Dambu Kahbrai (Dok. Zsazsafair)

Hingga saat ini, mereka telah berhasil mengidentifikasi dan membudidayakan 45 jenis anggrek endemik, sekaligus mendukung perekonomian masyarakat dengan menjual anggrek anakan tanpa mengganggu populasi induk di alam.

“Lewat kompetisi ini, saya bisa memperkenalkan lebih luas eksistensi Kelompok Dambu Kahbrai. Ini juga menjadi momen untuk belajar dan berkenalan dengan banyak pemuda hebat di bidang konservasi,” ujar Zsa Zsa Fairuztania, Pendamping Kelompok Dambu Kahbrai.

Zsa Zsa menambahkan bahwa hadiah yang mereka terima akan digunakan untuk studi banding ke pusat penangkaran anggrek di Malang, yang telah sukses menerapkan teknik bioteknologi dalam budidaya anggrek secara berkelanjutan.

6. Jaga Semesta dan Keytabee menempati urutan kedua dan ketiga

Komunitas Jaga Semesta (kanan) dan Keytabee (kiri)
Komunitas Jaga Semesta melakukan pelestarian sumber daya air dan Keytabee melakukan edukasi lingkungan dengan teknologi Augmented Reality (AR) (Dok. Jaga Semesta & Keytabee)

Di posisi kedua, ada Jaga Semesta, yang berfokus pada pelestarian sumber daya air melalui pemulihan mata air kritis. Dengan melibatkan lebih dari 300 relawan, mereka membangun gerakan konservasi berbasis komunitas yang telah menjangkau lebih dari 5.000 penerima manfaat di seluruh Indonesia.

Inisiatif ini tidak hanya menyelamatkan sumber mata air, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air secara lestari.

Sementara itu, pendekatan berbasis teknologi diperlihatkan oleh Keytabee, pemenang ketiga yang menggabungkan edukasi dan Augmented Reality (AR) untuk mengenalkan anak-anak pada flora dan fauna endemik Indonesia.

Melalui produk seperti kaus dengan gambar yang dapat dipindai untuk menampilkan animasi 3D, Keytabee menjadikan edukasi lingkungan lebih menyenangkan dan relevan di era digital.

7. Kolaborasi lintas sektor adalah kunci dalam menjaga kelestarian alam

Acara puncak Youth Conservation Competition yang diselenggarakan IDN Times bersama APRIL Group
Acara puncak Youth Conservation Competition yang diselenggarakan IDN Times bersama APRIL Group (Dok. IDN Times)

Berbagai inisiatif ini membuktikan bahwa kolaborasi lintas sektor merupakan kunci dalam menjaga kelestarian alam. Ketika semua pihak bersatu untuk tujuan yang sama, konservasi bukan lagi sekadar wacana, melainkan gerakan nyata dengan dampak berkelanjutan.

“Semua dimulai dari kita, dari kemauan untuk terlibat dalam upaya konservasi. Tapi upaya sendiri saja tidak cukup. Kita perlu berkolaborasi dan terus belajar dari satu sama lain,” tutup Nyoman Iswarayoga.

Sekecil apa pun itu, generasi muda punya potensi luar biasa untuk jadi agen perubahan lewat aksi-aksi nyata. Konservasi bukan tugas segelintir orang, tapi tanggung jawab kita bersama. Yuk, mulai dari sekarang! (WEB/AMS)

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Asri Muspita Sari
EditorAsri Muspita Sari
Follow Us