3 Cara Melatih Literasi Digital supaya Lebih Kritis di Media Sosial

Media sosial sekarang ini memang dapat menjadi sarana untuk mengakses informasi tanpa batas. Namun media sosial dapat diibaratkan seperti pisau bermata dua. Artinya kita dapat dengan mudah untuk mendapatkan informasi namun di sisi lain juga dapat menjadi jebakan adanya berita hoaks.
Agar tidak mudah termakan isu yang belum jelas kebenarannya maka penting untuk melatih literasi digital lebih kritis. Sebab, jika kita mempunyai literasi digital yang baik maka semuanya dapat terkontrol denah bijak. Berikut adalah tiga cara yang bisa kamu terapkan untuk melatih literasi digital supaya lebih kritis di media sosial.
1. Selalu cek terlebih dahulu sumber informasi untuk membedakan fakta dan opini yang sebenarnya

Sebelum menyebarkan berita yang kita terima alangkah baiknya untuk telusuri kebenarannya terlebih dahulu. Jangan sampai kamu hanya percaya tanpa mencari tahu berita tersebut memang fakta atau hanya sekadar opini semata. Kamu bisa menyaring terlebih dahulu dengan mencari tahu siapa yang menyampaikan serta bukti apa saja yang bisa menguatkan pendapat tersebut.
Cobalah beri jeda sejenak untuk mengendalikan emosi sebelum terprovokasi. Dengan melakukan hal ini kamu akan lebih bijak dalam menyaring informasi. Sebab apa yang tampak di media sosial tidak selalu menunjukkan kebenaran yang sesungguhnya.
2. Cek kredibilitas akun atau media yang menyebarkan informasi tersebut

Banyak orang yang mudah sekali percaya hanya karena berita tersebut viral dan dibagikan berkali-kali. Padahal kenyataannya, berita tersebut belum dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya. Berita ini biasanya tersebar melalui akun anonim yang sengaja dibuat hanya untuk menyebarkan opini serta berita hoaks.
Oleh karena itu kamu harus melihat terlebih dahulu identitas akun serta periksa rekam jejak media tersebut. Media berita yang kredibel biasanya selalu mencantumkan sumber serta memiliki editor sendiri. Jika kamu sering menemukan judul berita yang sensional dengan gambar dramatis atau bahkan tidak menyertakan sumbernya, bisa dipastikan ini adalah berita hoaks.
3. Latih kebiasaan paus sebelum share agar tidak terbawa emosi sesaat

Salah satu kebiasaan yang membuat berita hoaks cepat tersebar adalah karena terlalu terburu-buru dalam membagikan informasi. Banyak orang yang sering kali membagikan berita tersebut tanpa berpikir panjang. Hal ini biasanya terjadi karena terprovokasi sehingga menimbulkan amarah serta emosi yang meluap-luap.
Nah, mulai sekarang cobalah untuk berhenti sejenak sebelum kamu memutuskan untuk membagikan informasi. Kenapa penting? Karena ketika berhenti sejenak, berarti kamu bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Manfaatnya kita juga bisa terlindungi dari kesalahan serta mencegah orang lain untuk tidak terpapar berita hoaks sebelum tersebar lebih luas.
Di tengah perkembangan teknologi, literasi digital tidak hanya dituntut untuk bisa menggunakan teknologinya saja, namun juga harus bijak menyaring informasi. Media sosial pun akan menjadi ruang yang sehat jika penggunanya mampu berpikir cerdas. Oleh sebab itu, kamu perlu melatih literasi digital supaya lebih kritis di media sosial. Jangan sampai jempol kita terlalu cepat namun akal sehat lupa dimanfaatkan dengan bijak.