Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Mengatasi Rasa Cemas setelah Merasa Oversharing

ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
Intinya sih...
  • Menenangkan diri dan tarik napas panjang untuk mengurangi intensitas kecemasan setelah oversharing.
  • Evaluasi apa yang sudah dibagikan, bedakan mana bagian yang wajar dan mana yang terlalu pribadi.
  • Ingatkan diri bahwa semua orang pernah mengalami oversharing, tentukan batasan komunikasi, dan fokus pada hubungan sosial.

Momen saat kita merasa terlalu banyak bercerita sering kali dapat memicu kecemasan setelahnya. Pikiran mulai mempertanyakan apakah yang kita katakan terlalu berlebihan atau justru tidak pantas. Reaksi yang muncul biasanya berupa penyesalah atau ingin segera menarik kembali semua kata-kata yang telah keluar.

Oversharing berarti kita membagikan terlalu banyak informasi pribadi kepada orang lain, biasanya dalam situasi yang tidak sepenuhnya aman atau nyaman. Rasa cemas yang muncul setelah oversharing sangat wajar. Meski begitu, mengatasi rasa cemas setelah merasa oversharing tentu lebih utama guna membangun hubungan sosial yang lebih sehat.

1. Tenangkan diri dan tarik napas panjang

ilustrasi memeluk diri sendiri (pexels.com/Fernando Capetillo)

Perasaan cemas yang muncul setelah oversharing kerap diperparah oleh pikiran yang terus berputar. Menenangkan diri dengan cara sederhana, seperti menarik napas panjang, dapat membantu menurunkan intensitas kecemasan. Tubuh dan pikiran akan lebih mudah dikendalikan jika diberi jeda.

Lantaran keadaan panik tidak akan menyelesaikan apa pun, justru memperbesar kekhawatiran. Menyadari bahwa kecemasan itu hanya bagian dari reaksi emosional bisa memberi ruang untuk merespons secara lebih tenang. Saat pikiran mulai stabil, keputusan yang diambil pun akan lebih jernih.

2. Evaluasi apa yang sudah dibagikan

ilustrasi perempuan merenung (pexels.com/Pragyan Bezbaruah)

Setelah merasa lebih tenang, penting untuk meninjau kembali informasi apa saja yang telah kita bagikan kepada orang lain. Tidak semua hal yang dibicarakan termasuk rahasia besar atau sesuatu yang merugikan diri sendiri. Seringnya, merasa oversharing muncul bukan karena fakta, melainkan karena persepsi berlebihan terhadap situasi.

Mengevaluasinya secara rasional dapat membantu membedakan mana bagian yang wajar dan mana yang mungkin terlalu pribadi. Sehingga kita dapat menentukan apakah perlu melakukan langkah selanjutnya atau cukup menerima bahwa semua orang juga pernah melakukan hal serupa. Evaluasi demikian menjadi latihan untuk mengenali batasan komunikasi secara lebih sadar.

3. Ingatkan diri bahwa semua orang pernah mengalaminya

ilustrasi melakukan refleksi diri (pexels.com/Kevin Malik)

Pengalaman oversharing bukanlah hal yang hanya terjadi pada satu orang saja. Hampir semua orang pernah merasakannya, terutama dalam situasi yang terasa nyaman sesaat. Kesalahan dalam membaca situasi sosial merupakan bagian alami dari proses bersosialisasi.

Mengakui bahwa demikian adalah pengalaman manusiawi bisa meredakan perasaan bersalah. Ketika kesalahan itu tidak dibesar-besarkan, maka peluang untuk memperbaiki dan belajar dari pengalaman menjadi lebih terbuka. Kecemasan akan lebih mudah reda jika tidak terlalu keras terhadap diri sendiri.

4. Tentukan batasan dan refleksikan pola komunikasi

ilustrasi memahami batasan pribadi (pexels.com/cottonbro studio)

Mengalami kecemasan setelah oversharing bisa menjadi sinyal penting untuk mulai menetapkan batasam dalam berbagi cerita. Tidak semua orang perlu tahu segala hal tentang kehidupan pribadi kita. Menyadari batasan itu bisa menjaga privasi sekaligus memberi rasa aman dalam berinteraksi.

Refleksi terhadap pola komunikasi juga penting dilakukan. Mengenali apa yang mendorong keinginan untuk berbagi secara impulsif dapat membantu mengelola kebiasaan tersebut di masa depan. Dengan memahami diri sendiri lebih dalam, komunikasi menjadi lebih positif dan terarah.

5. Fokus pada hubungan sosial dan perbaiki apabila diperlukan

ilustrasi hubungan sosial yang berkualitas (pexels.com/Julio Lopez)

Kalau kita merasa sudah membagikan hal yang seharusnya tidak dikatakan, coba pikirkan lagi hubungan kita dengan orang yang mendengarnya. Dalam hubungan yang baik, kejujuran dan keterbukaan masih bisa diperbaiki lewat komunikasi yang jelas. Terkadang, meminta maaf atau memberi penjelasan singkat bisa membuat suasana menjadi lebih baik.

Tidak semua orang akan langsung menilai buruk saat kita mencoba bersikap terbuka. Seringnya, orang lain bisa lebih pengertian dari yang kita kira. Hubungan justru bisa lebih kuat jika kita berani mengakui kesalahan dan mau memperbaiki, daripada menjauh atau terus menyalahkan diri sendiri.

Merasa cemas setelah bercerita terlalu banyak merupakan hal wajar, tetapi jangan sampai terus membebani pikiran. Dari pengalaman itu, kita bisa belajar mengatasi rasa cemas setelah merasa oversharing dan mengenal batasan. Pahami kembali bahwa tidak semua hal perlu diceritakan ke semua orang, karena menjaga batasan pribadi itu penting untuk melindungi diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us