7 Tips Menjaga Kewarasan di Tengah Standar Ideal Versi Media Sosial

- Standar ideal di media sosial menciptakan beban dan tuntutan, menyebabkan burnout dan keterpurukan.
- Jangan membandingkan diri dengan highlight orang lain, sadari bahwa standar di media sosial bersifat subjektif.
- Mengikuti akun yang memberikan energi positif, memberi ruang untuk realita, menjaga kewarasan di tengah standar ideal media sosial.
Mengamati perkembangan teknologi digital yang berlangsung pesat, kita sering dihadapkan dengan standar ideal versi media sosial. Baik standar mengenai pencapaian yang dianggap ideal. Maupun standar mengenai penampilan dan relasi sosial. Tidak jarang kehadiran standar ini justru menjadi beban dan tuntutan.
Pada akhirnya kita menyerang hidup tanpa merasakan kenyamanan dan kepuasan. Bahkan terjebak dalam burnout dan keterpurukan. Sudah tentu kita harus memiliki kesadaran untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut. Bagaimana caranya menjaga kewarasan di tengah standar ideal versi media sosial?
1. Tidak membandingkan dengan cuplikan highlight orang lain

Standar ideal versi media sosial kerap menyita fokus dan perhatian. Kita cenderung terpaku pada standar yang sebenarnya tidak sesuai dengan prinsip dan tujuan hidup. Sampai pada akhirnya merasa tertekan karena tidak mampu mengikuti standar yang saat ini berlaku.
Tentu ada tips menjaga kewarasan di tengah standar ideal versi media sosial. Kuncinya dengan tidak membandingkan dengan cuplikan highlight orang lain. Kita hanya melihat potongan terbaik dari kehidupan seseorang. Masih banyak hal di balik layar yang tidak ditampilkan secara utuh.
2. Menyadari bahwa standar di media sosial bersifat subjektif

Kita tidak bisa memberi kenyataan jika standar ideal versi media sosial dapat mengacaukan mental. Terlebih lagi saat membandingkan dengan kehidupan sendiri yang dianggap tertinggal. Pada akhirnya kita kehilangan relasi yang autentik dengan kehidupan di dunia nyata.
Lantas, adakah acara untuk tetap menjaga kewarasan di tengah standar ideal versi media sosial? Tentu saja ada. Kita perlu menyadari bahwa standar di media sosial bersifat subjektif. Apa yang dianggap menarik atau ideal oleh seseorang, belum tentu dianggap sama oleh orang lain.
3. Memahami setiap orang memiliki alur berproses masing-masing

Menghadapi kehidupan modern dengan pengaruh media sosial memang tidak mudah. Apalagi sebagai generasi muda, sering dihadapkan dengan standar ideal versi media sosial yang dijadikan sebagai patokan. Bagi lingkungan sekitar, ini menjadi bagian dari standar minimum yang wajib dicapai oleh setiap orang.
Menjaga kewarasan di tengah standar ideal versi media sosial menjadi langkah penting. Yang perlu kita lakukan adalah memahami setiap orang memiliki alur berproses masing-masing. Kita tidak harus memiliki pencapaian sama persis seperti yang ditampilkan dalam konten media sosial.
4. Berfokus pada proses dan pertumbuhan diri

Standar ideal versi media sosial pada faktanya kerap dijadikan sebagai patokan di era kehidupan modern. Baik standar mengenai pencapaian karier, kestabilan finansial, maupun standar mengenai relasi pribadi dan sosial. Tapi yang perlu direnungkan kembali, sudahkah kita menjaga kewarasan di tengah standar ideal versi media sosial tersebut?
Pada faktanya ini menjadi keharusan bagi setiap orang. Dalam hal ini, kita perlu berfokus pada proses dan pertumbuhan diri. Cukup bandingkan dengan versi diri sendiri pada hari kemarin. Kita tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan versi orang lain yang terlihat sempurna dan ideal.
5. Ikuti akun yang mampu memberikan energi positif

Kehidupan generasi muda tentu berkaitan erat dengan modernisasi. Kehadiran media sosial dengan berbagai standar ideal yang ditampilkan menjadi fenomena yang lumrah dijumpai. Seringkali ini mengganggu kestabilan pikiran maupun emosi.
Lantas, bisakah kita menjaga kewarasan di tengah standar ideal versi media sosial? Jawabannya tentu saja bisa. Kita hanya perlu mengikuti akun yang mampu memberikan energi positif. Dengan memilah akun yang diikuti dan yang bisa berinteraksi, kita dapat meminimalkan rasa cemas dan kekhawatiran.
6. Senantiasa memberi ruang untuk realitas

Menghabiskan waktu dengan bermedia sosial memang menjadi kegiatan menyenangkan. Jika membahas tentang media sosial, tentu kita sudah tidak asing dengan standar ideal yang ditampilkan. Bahkan banyak influencer menyuarakan mengenai standar ideal ini agar diikuti oleh setiap individu.
Tapi yang tidak kalah penting, Kita juga harus menjaga kewarasan di tengah standar ideal versi media sosial. Kuncinya dengan memberi ruang untuk realita. Meskipun kehidupan dunia maya seru dan menyenangkan, namun kita juga harus sadar bahwa kehidupan utama terletak pada kehidupan nyata. Hidup tidak harus sempurna seperti di media sosial untuk dinikmati.
7. Mengingat kembali bahwa media sosial adalah panggung, bukan cermin

Kehadiran standar ideal versi media sosial turut mengubah pola pikir dan sudut pandang seseorang. Pada akhirnya mereka lebih memprioritaskan standar yang bersifat semu. Namun esensi penting dalam kehidupan nyata justru terlupakan karena fokus dan konsentrasi terbagi.
Sudah menjadi keharusan bagi setiap individu untuk menjaga kewarasan di tengah standar ideal versi media sosial yang berkembang pesat. Ingat kembali bahwa media sosial adalah panggung, bukan cermin. Di balik kehidupan yang terlihat sempurna, tetap terdapat masalah dan kekhawatiran yang tidak terlihat dalam sisi dunia maya.
Selama ini, standar ideal versi media sosial memang menyita perhatian. Bahkan dijadikan sebagai prioritas hidup yang wajib dicapai. Pada akhirnya justru terjebak dalam perasaan tertekan dan terbebani. Mengingat situasi tersebut, tentu kita harus memiliki kesadaran untuk menjaga kewarasan emosi maupun pikiran. Semoga dengan adanya tujuh tips di atas bisa membantu.