Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pahlawan Pangan: Kisah Kevin Gani Ubah Sampah Makanan Menjadi Harapan

Kevin Gani
Kevin Gani (instagram.com/kevinganigani)

Sepanjang tahun 2000–2019, Indonesia menghasilkan 23–48 juta ton Food Loss and Waste (FLW) per tahun. Angka ini begitu besar hingga menjadikan Indonesia salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di dunia. Sekitar 50–60 persen dari total sampah nasional adalah sampah organik, yang sebagian besar berasal dari rumah tangga dan sektor komersial seperti hotel, restoran, katering, dan supermarket. Sebagian makanan masih layak makan, sebagian lainnya baru tersaji di buffet sebelum akhirnya dibuang.

Garda Pangan berawal dari keresahan Dedhy Trunoyudho, pengusaha katering pernikahan yang setiap minggu harus membuang banyak makanan. Dari sisi bisnis, itu cara paling cepat dan praktis, namun bagi istrinya, Indah Audivtia, kebiasaan tersebut terasa menyesakkan. Keinginan untuk menghentikan pemborosan inilah yang mendorong mereka menyalurkan makanan berlebih kepada yang membutuhkan. Bersama Eva Bachtiar yang memiliki kepedulian serupa, mereka kemudian mendirikan gerakan food bank di Surabaya yang kini dikenal sebagai Garda Pangan.

Lalu, sekarang kegiatan ini dipimpin oleh Kevin Gani. Kegiatan yang berfokus menyelamatkan makanan layak konsumsi untuk disalurkan kepada masyarakat prasejahtera. Berbekal tekad, keberanian, dan kepedulian yang tulus, Garda Pangan tumbuh dari langkah kecil menjadi gerakan besar yang membawa perubahan nyata bagi lingkungan dan kemanusiaan.

Perjalanan mereka tidak selalu mudah tetapi justru di situlah kisah luar biasa ini bermula. Yuk, kenalan sama Garda Pangan dalam menjadi salah satu penyelamat pangan terbesar di Indonesia!

1. Dimulai dari komunitas kecil yang memiliki mimpi besar

Potret Garda Pangan
Potret Garda Pangan (instagram.com/gardapangan)

Garda Pangan tidak lahir dalam keadaan megah. Ia berawal dari sekelompok kecil orang yang berani memulai, meski dana dan alat sangat terbatas. Mereka menjalankan kegiatan penyelamatan makanan dari pintu ke pintu, memanfaatkan apa pun yang mereka punya.

Satu hambatan besar muncul, yaitu transportasi. Makanan yang diselamatkan sering kali rusak sebelum sempat didistribusikan karena mereka tidak memiliki mobil berpendingin. Untuk mengatasinya, pada 2019 mereka mengadakan Charity Night, sebuah acara amal untuk menggalang dana. Hasilnya digunakan untuk membeli refrigerated van, yang akhirnya menjadi tulang punggung distribusi Garda Pangan hingga hari ini.

2. Tumbuh lebih besar lewat edukasi, workshop, hingga gleaning trip

Potret Garda Pangan saat kegiatan Gleaning Trip
Potret Garda Pangan saat kegiatan Gleaning Trip (instagram.com/gardapangan)

Seiring waktu, semakin banyak orang yang tertarik untuk belajar tentang food rescue. Garda Pangan pun memperluas perannya dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya food waste dan dampaknya terhadap lingkungan.

Melalui workshop dan sesi edukasi, mereka mengajak masyarakat menyadari bahwa makanan bukan sekadar soal kenyang tetapi juga soal empati. Ketika satu keluarga membuang makanan, ada keluarga lain yang sedang berjuang untuk makan sekali saja dalam sehari.

Komunitas ini juga menciptakan program Gleaning Trip, yaitu penyelamatan hasil panen dari petani ketika harga buah dan sayur anjlok atau tidak lolos standar pasar. Alih-alih dibiarkan membusuk, hasil panen itu diselamatkan dan disalurkan kembali kepada masyarakat.

3. Membangun ekosistem lingkungan lewat bisnis maggot BSF

Kevin Gani
Kevin Gani (instagram.com/kevinganigani)

Mungkin, tidak sedikit orang yang ngerasa jijik atau jorok dengan larva ataupun lalat. Tapi, yang satu ini beda, kok! Emang ada bedanya, ya? Ada dong! Maggot ini disebut dengan maggot BSF (Black Soldier Fly). Lalat BSF berbeda dari lalat biasa. Mereka tidak makan dan minum, nggak bawa penyakit, dan tentu saja punya kekuatan super. Apa itu? Maggot bisa dijual buat pakan ternak dan punya protein tinggi. Bisa jadi alternatif tepung ikan atau kedelai impor. Kotorannya (kasgot) juga bisa dijadikan pupuk organik.

Keren, kan? Jadi, makanan yang udah nggak bisa dimakan manusia masih bisa berkontribusi untuk lingkungan dan ekonomi. Ekosistem berputar lagi, deh!

4. Berkolaborasi dengan hotel, restoran, hingga industri pangan

Potret Garda Pangan saat penandatangan MoU
Potret Garda Pangan saat penandatangan MoU (instagram.com/gardapangan)

Dari langkah kecil yang penuh keterbatasan, Garda Pangan kini berkolaborasi dengan banyak mitra besar. Berbagai hotel, restoran, hingga brand makanan mempercayakan makanan lebih mereka kepada Garda Pangan untuk didistribusikan secara aman dan tepat sasaran. Mitra-mitra tersebut adalah Shangri-La Hotel, Sheraton Surabaya, Four Points by Sheraton, Nutrifood, Sunpride, Super Indo, Dunkin Donuts Jemursari, Sayurbox, Surabaya Suites Hotel, Corica Pastries, dan Nestle.

Makanan yang diterima adalah produk belum kedaluwarsa, buah, roti, dan bahan pangan yang masih layak makan. Kolaborasi ini memperkuat pesan bahwa penyelamatan pangan bukan hanya tanggung jawab individu tetapi gerakan kolektif.

5. Kerja nyata yang berbuah penghargaan nasional

Kevin Gani
Kevin Gani (instagram.com/kevinganigani)

Kini, Garda Pangan telah menyalurkan makanan ke 196 lokasi di Surabaya dan sekitarnya. Dampaknya bukan hanya mengurangi jumlah sampah makanan, tetapi juga menolong ribuan orang yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Atas kontribusinya, Garda Pangan menerima berbagai penghargaan bergengsi, seperti Detik Jatim Awards 2024, SATU Indonesia Awards 2024 dari Astra, IDN Times Youth Climate Warrior 2025. Penghargaan itu menjadi bukti bahwa gerakan yang dimulai dari kepedulian dapat tumbuh menjadi perubahan besar bagi bangsa. Gerakan ini lahir dari pertanyaan sederhana, “Harusnya makanan ini benar-benar berakhir di tempat sampah?”

Pertanyaan itu mungkin kecil, tapi efeknya besar. Kisah Kevin Gani dan Garda Pangan mengingatkan kita bahwa perubahan besar tidak harus dimulai dengan modal besar tetapi dengan kepedulian yang tidak pernah padam. Di tengah tumpukan sampah makanan yang nyaris tak terbendung, mereka menghadirkan harapan baru bagi lingkungan, petani, dan masyarakat prasejahtera.

Dalam setiap boks makanan yang diselamatkan, ada rasa lapar yang terjawab. Dalam setiap kilo sampah organik yang terurai, ada bumi yang sedikit lebih lega. Dan dalam setiap relawan yang bergerak, ada generasi baru yang percaya bahwa kebaikan, seberapa kecil pun, selalu menemukan jalannya. Garda Pangan bukan hanya gerakan penyelamat pangan. Ia adalah gerakan yang menyelamatkan kemanusiaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Life

See More

7 Ide OOTD Kasual dengan Hijab Pasmina Kekinian, Simpel dan Stylish

17 Nov 2025, 13:03 WIBLife