Belajar Memaknai Gotong Royong dari Eri, Hong Bangjang-nya Jogja

Satu karakter yang mengingatkan saya ketika mendengar sesi Eri Kuncoro di bincang inspiratif bersama Astra pada 8 Oktober 2025 lalu adalah Hong Bangjang. Ya, saat mendengarkan pemaparan beliau terkait semangat awal mula membuat Tukoni, gerakan sosial yang digagas untuk membantu UMKM terkhusus kuliner di Yogyakarta, maka yang terlintas di kepala saya adalah sosok pemeran utama dalam drama Korea "Hometown Cha-cha" tersebut.
Semangat membantu dan saling gotong royong untuk masyarakat sekitar yang digagas Eri dan rekannya Revo Suladasha, membuat saya tertegun dan langsung teringat bahwa ada juga ya ternyata orang-orang yang masih peduli dengan sekitarnya, meski dirinya mungkin sedang kesusahan.
Saya juga jadi memahami bahwa ternyata memaknai gotong royong, kalimat yang kerap digaungkan kala pelajaran PPKN di waktu SD, bisa direalisasikan dalam bentuk gerakan sederhana yang bermula dari langkah kecil diri sendiri.
1. Eri memulai Tukoni karena melihat disekitarnya, pengusaha kuliner mulai kolaps, termasuk mie ayam langganan

Jika kalian, para pembaca artikel ini, adalah pencinta drama Korea, mungkin akan kagum dan terkesima dengan karakter Hong Bangjang yang diperankan oleh Kim Seon Ho. Saya ingat, bagaimana terkesannya saya dengan karakter itu karena memiliki semangat membantu dan peduli sesama yang sangat tinggi. Gak peduli dirinya sedang kesusahan dan membutuhkan bantuan, namun semangat untuk peduli kepada sesamanya sangatlah tinggi.
Kesan itulah yang saya dapat kala mendengar bagaimana Eri Kuncoro pertama kali membangun Tukoni. Di masa pandemik Covid-19, dikala mungkin saja Eri sendiri dan keluarga membutuhkan bantuan dan sedang dalam kondisi kesusahan, namun ia dan rekannya Revo tak gentar dan malah menginisiasi gerakan sosial ini.
Eri menceritakan sambil mengingat kembali masa kala itu, dimana di era Covid-19 sedang naik-naiknya, banyak pengusaha kuliner sepi peminat hingga gulung tikar. Salah satunya adalah pengusaha mie ayam langganannya di dekat rumah, Pak Amin yang harus tutup.
Ia menuturkan dalam sesi bincang inspiratif Workshop Kompetisi Menulis Anugerah Pewarta Astra 2025, "Jika terus buka, pelanggan pun gak ada. Jadi, ya, buat apa? Akhirnya mie ayam itu ya tutup aja. Ini bener-bener situasi yang sangat tidak menggembirakan. Waktu itu saya cuma berpikir, kalau kita diam saja, gimana ya nasibnya teman-teman (pengusaha kuliner)?"
2. Dengan semangat gotong royong, Tukoni pun hadir untuk sama-sama lewat dari keterpurukan ekonomi masa pandemik

Dengan semangat memulai untuk membantu di kondisi sulit ini, Tukoni pun lahir. Pengusaha kesusahan mendapat pelanggan karena saat itu diberlakukan peraturan untuk tidak banyak kerumunan, lalu pelanggan juga ada kekhawatiran saat membeli makanan di warung-warung, apakah higienis atau tidak!
Eri menjelaskan bahwa di awal mula gagasan Tukoni ini, ia hanya berfokus pada semangat gotong royong. Saling membantu saja, ada pengusaha Mie Ayam dekat rumahnya yang sepi, maka ia membantu pemasaran melalui Tukoni agar Pak Amin dan para pengusaha kuliner lainnya yang ia tahu itu bisa menyambung nafas dan hidup berkelanjutan di masa-masa susah pandemik.
"Tukoni ini lahir bukan sebagai bisnis awalnya, tapi sebagai gerakan sosial penyambung napas UMKM tadi," ujar Eri.
Kepada pada para peserta workshop, Eri pun menambah penjelasannya, bahwa di awal merintis Tukoni ini, ia hanya mengumpulkan produk-produk UMKM yang membuntuhkan bantuan pemasaran.
Ia pun lalu mempromosikan produk yang masuk ke dirinya melalui Instagram dan WhatsApp saja. Bak Hong Bangjang yang serba bisa saat membantu masyarakat sekitarnya, Eri pun juga sampai menyiapkan foto produk hingga mem-packaging ulang produk-produk tersebut hingga menarik pelanggan.
Alasannya satu, semangat gotong royong, agar semua yang ia kenal dan disekitarnya bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi di era Covid-19.
Gerakan ini awalnya dijalankan dengan mengumpulkan produk-produk milik UMKM kuliner, lalu dipromosikan melalui Instagram dan WhatsApp. Ia pun memulai gerakan ini dengan langkah sederhana, bahkan sampai meminjam storage dan freezer untuk menampung berbagai produk tersebut. Tak hanya mengumpulkan produk saja, Eri juga menyiapkan foto produk hingga packaging yang tepat dan menarik.
3. Bermula dari gotong royong, perjuangan Eri bersama Tukoni tak akan pernah padam

Lima tahun berlalu dari awal inisiasi, Eri kini mengembangkan Tukoni menjadi marketplace. Semangatnya pun masih sama, gotong royong membantu UMKM mendapatkan pelanggan walau sudah tak berada di masa pandemik.
Bersama Tukoni, saat ini Eri gencar memberikan edukasi kepada UMKM terutama di Yogyakarta dan sekitarnya mengenai packaging dan produk frozen. Eri mengatakan, gerakannya dalam mengedukasi pengusaha kuliner untuk mulai memerhatikan packaging serta mendiversifikasi produknya pun bukan hanya omong belaka.
Di masa pandemik, kala Tukoni masih belum berformat marketplace, Eri mengatakan jika ia berhasil membantu Mangut Lele Mbah Marto hingga Mie Ayam Bu Tumini untuk mendiversifikasi produknya. Pelanggan yang tak bisa makan langsung di sana, bisa tetap menikmati dua kuliner legendaris di Jogja tersebut dalam bentuk frozen.
"Mangut Lele Mbah Marto kita ajak untuk membuat frozen food dan itu merupakan tahapan tersendiri buat mereka. Mie Ayam Tumini bisa menjual 100–200 porsi sehari kala itu," ucapnya.
Semangat untuk membantu UMKM lebih digital dan bisa dinikmati di mana saja pun terus berlanjut, Eri lewat banyak platform selalu mengungkap bahwa packaging dan produk frozen bisa juga membantu penjualan meningkat. Ia mengatakan juga bahwa ada UMKM yang malah penjualan meningkat setelah mengikuti saran bertransformasi lebih digital saat ini.
Eri adalah Hong Bangjang lokal yang memaknai dengan sangat semangat gotong royong. Saling membantu dan peduli pada sesama, menyalakan semangat inspirasi untuk terus mengingatkan kita generasi muda agar berbuat baik dan berdampak pada lingkungan.
Dengan gerakan kecil, membantu yang perlu dibantu, hingga kini berubah menjadi tempat untuk ribuan UMKM kuliner memasarkan produknya dengan packaging yang menarik, Eri dan Tukoni menjadi bukti bahwa semangat gotong royong yang sudah diilhami oleh masyarakat sejak dahulu kala bisa diimplementasikan dalam beragam bentuk.
Semoga ada Eri Kuncoro, Hong Bangjang lokal lainnya yang muncul dan menjadi inspirasi bagi negeri Indonesia.


















