Apa Perbedaan Tahun Baru Islam dan Masehi?

- Tahun Baru Islam menggunakan kalender Hijriah, berdasarkan peredaran bulan, sedangkan Tahun Baru Masehi menggunakan kalender Gregorian, berdasarkan peredaran matahari.
- Kalender Hijriah dimulai dari hijrahnya Nabi Muhammad SAW, sementara Kalender Masehi dimulai dari tahun kelahiran Yesus Kristus.
- Tahun Baru Islam diisi dengan kegiatan religius dan spiritual, sementara Tahun Baru Masehi lebih bersifat kultural dan global.
Tahun baru sering menjadi momen refleksi, harapan, dan semangat baru bagi banyak orang. Tapi tahukah kamu bahwa ada dua jenis tahun baru yang dirayakan oleh masyarakat Indonesia, yaitu Tahun Baru Islam (Hijriah) dan Tahun Baru Masehi?
Meski sama-sama menandai pergantian tahun, keduanya memiliki latar belakang, sistem penanggalan, dan makna yang sangat berbeda.
1. Dasar penanggalan: Hijriah vs Masehi
Perbedaan paling mendasar terletak pada sistem penanggalannya.
Tahun Baru Islam menggunakan kalender Hijriah, yaitu kalender lunar (berdasarkan peredaran bulan). Dalam satu tahun Hijriah terdapat sekitar 354 atau 355 hari, lebih pendek dari tahun Masehi.
Tahun Baru Masehi menggunakan kalender Gregorian, yaitu kalender solar (berdasarkan peredaran matahari), dengan jumlah hari sebanyak 365 atau 366 hari (pada tahun kabisat).
Akibat perbedaan ini, tanggal 1 Muharram (Tahun Baru Islam) terus bergeser setiap tahunnya jika dilihat dari kalender Masehi.
2. Awal perhitungan tahun

Kalender Hijriah dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Momen ini dianggap sebagai tonggak awal perkembangan Islam sebagai agama dan komunitas sosial.
Kalender Masehi dimulai dari tahun kelahiran Yesus Kristus yang menjadi dasar bagi masyarakat Kristen dan akhirnya diadopsi secara global sebagai sistem penanggalan umum.
3. Makna perayaan
Tahun Baru Islam bukan hanya pergantian tahun, tapi juga momen refleksi spiritual. Umat Islam biasanya mengisinya dengan doa akhir dan awal tahun, pengajian, dzikir, serta mengenang perjuangan Rasulullah dalam hijrah.
Tahun Baru Masehi lebih bersifat kultural dan global, identik dengan perayaan meriah, kembang api, countdown, serta resolusi tahun baru. Momen ini sering digunakan untuk menyusun rencana hidup yang lebih baik ke depan.
4. Cara perayaannya
Tahun Baru Islam biasanya diperingati dengan kegiatan religius seperti pawai obor, doa bersama, tausiyah, atau tabligh akbar. Nuansa spiritual dan kesederhanaan menjadi ciri khasnya.
Tahun Baru Masehi umumnya dirayakan dengan hiburan, konser musik, pesta, hingga liburan. Meski tidak berkaitan langsung dengan agama tertentu, perayaan ini dirayakan secara luas di seluruh dunia.
5. Keterkaitan dengan ibadah
Kalender Hijriah sangat penting dalam Islam karena menjadi acuan dalam pelaksanaan berbagai ibadah, seperti:
Ramadhan (puasa)
Idul Fitri dan Idul Adha
Haji dan Umrah
Puasa Ayyamul Bidh, Asyura, dan lainnya
Sementara itu, kalender Masehi lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pendidikan, pekerjaan, administrasi negara, dan ekonomi.
Tahun Baru Islam dan Masehi memang berbeda dari segi dasar penanggalan, makna, hingga cara merayakannya. Namun keduanya tetap bisa menjadi momen penting untuk introspeksi, memperbaiki diri, dan menyusun harapan baru.
Sebagai masyarakat Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya dan agama, menghargai dan memahami kedua perayaan ini adalah bentuk toleransi dan penghormatan terhadap tradisi yang berbeda.