5 Potret Anak yang Nggak Seberuntung Dirimu, Tapi Masih Bisa Tersenyum

Nggak semua orang terlahir seberuntung dirimu. Apakah hal ini pernah terpikir di benakmu? Di saat pandemik seperti ini, hal-hal sepele yang biasanya ‘b aja’ mendadak jadi sangat istimewa karena keadaan semakin sulit. Lima potret anak yang hidup dalam kesederhanaan ini bukti tak semua anak bisa hidup seberuntung dirimu. Bikin kamu belajar bersyukur deh!
1. Nggak bisa 'di rumah saja', karena rumah pun mereka tak punya

Di tengah pandemik seperti ini, sepertinya para homeless atau tunawisma menjadi salah satu yang terdampak paling besar. Anjuran di rumah saja atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) tampaknya tidak bisa mereka jalankan. Bagaimana mau di rumah jika tempat tinggal pun tidak ada? Bahkan terkadang harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain karena diusir si empunya rumah.
2. Apa sih sekolah online itu? HP aja nggak punya

Anak usia sekolah memiliki daya ingin tahu yang tinggi. Sayangnya tak semua anak beruntung bisa mengenyam pendidikan. Belum lagi kebijakan PSBB membuat kegiatan sekolah diliburkan atau mengharuskan kegiatan belajar via online. Namun tak semua orangtua siswa memiliki smartphone. Lantas, apa itu sekolah online?
3. Nggak ikut #stayathome karena harus bantu orangtua kerja

Siapa sih yang mau keluar rumah dan bertaruh nyawa di tengah pandemik seperti ini? Tak hanya orang dewasa, anak kecil pun terpaksa tidak di rumah saja karena kondisi yang memaksa mereka. Tak hanya saat pandemik seperti ini, kamu pasti pernah melihat anak di bawah umur terpaksa bekerja sekedar untuk membantu menyambung hidup keluarga mereka. Tapi kamu bisa kok membantu mereka dengan cara mudah. ‘Kan FWD Life sedang mengadakan acara #BerbagibarengFWD.
Jadi, di bulan Ramadan ini, FWD Life berkolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), SOS Children’s Villages, untuk menginspirasi masyarakat agar ikut membantu mereka yang kurang beruntung yang juga mengalami dampak wabah virus corona. Sebagai bagian dari kampanye ‘Kolaborasi Untuk Berbagi’, FWD Life mengajak untuk bersama-sama merayakan kebaikan dan berdonasi agar anak-anak yang berisiko kehilangan pengasuhan orang tua ini untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan sanitasi. Rata-rata, dalam 1 keluarga asuh yang terdiri kurang lebih dari 8 anak, hanya membutuhkan biaya Rp 1 juta untuk kebutuhan dasarnya. Kampanye ini mencakup kegiatan penggalangan dana melalui tantangan olahraga virtual yang menyenangkan di mana hasil kegiatan para peserta akan dikonversi menjadi donasi.
Mulai dari 1 hingga 31 Mei, kamu dapat ikut serta dalam upaya penggalangan dana dan mendaftarkan diri untuk mengikuti tantangan olahraga virtual melalui DesaAnakSOS dengan biaya pendaftaran senilai Rp200.000 sudah termasuk jersey beserta biaya pengiriman dan sisanya akan didonasikan. Donasi yang terkumpul hasilnya akan diberikan kepada anak-anak dan keluarga terdampak yang berada di bawah naungan SOS Children's Villages.
Kamu pun bisa langsung berdonasi melalui KITABISA untuk langsung memberikan donasi, dalam jumlah berapapun yang bisa kamu berikan. Selain mengajak masyarakat untuk berbagi donasi, FWD Life juga mengajak kamu untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan di Instagram Live #DiRumahAjaBarengFWD Episode 4 yang akan membahas mengenai Financial Talks & Stand Up Comedy yang akan dilakukan pada 20 Mei dan dilanjut Digital Bukber #BukaBarengFWD pada tanggal 22 Mei 2020. Jangan terlewat ya!
4. Satu porsi makan harus dibagi dengan semua anggota keluarga

Nggak ada dalam kamus mereka yang namanya gak mau makan kalau bukan makanan favorit. Nggak ada istilah makanan favorit bagi mereka. Apapun yang mereka dapatkan untuk makan hari itu, itu sudah pasti jadi menu favorit yang akan dihabiskan bersama teman atau keluarga. Tak lupa mereka tersenyum sambil bersyukur paling tidak hari ini tidak menahan lapar. Kalau kamu? Masih suka buang makanan karena sudah kenyang?
5. Berusaha bersyukur dan tersenyum walau masih kekurangan

Sambat terus tiap hari di sosial media. Sedih nggak bisa ke mal, sedih karena di rumah aja. Padahal anak-anak yang usianya lebih muda menjalani hidup yang lebih ‘menantang’ dari hidup yang kamu jalani setiap harinya. Harus keluar rumah membantu orangtua mencari uang, belum lagi nahan lapar kalau nggak ada uang untuk makan. Tapi mereka tetap berusaha bersyukur dan tersenyum. “Syukurlah, masih sehat bisa kerja membantu ibu”.
Gimana? Masih mau mengeluh? Bukan mau toxic positivity, tapi bersyukur serta tetap tersenyum karena masih diberi kesehatan dan hidup cukup di tengah pandemik itu perlu. Semangat ya kamu!