Rekomendasi Novel dengan Protagonis Gurita, Tren Baru Fiksi?

Sea Change karya Gina Chung berlakonkan Ro, perempuan berusia 30-an yang merasakan kesepian akut. Semua dimulai dengan kandasnya hubungan asmaranya dengan sang pacar. Terlalu patah hati dan hancur, hubungan Ro dengan sahabatnya yang akan menggelar pernikahan pun renggang. 

Ini masih diperparah dengan rencana penjualan seekor gurita raksasa oleh pengelola akuarium tempatnya bekerja. Padahal sang gurita adalah satu-satunya teman tersisa sekaligus pengingat pada mendiang ayahnya yang seorang ahli biologi. Ro sering melakukan refleksi lewat gurita itu, membandingkan dan berandai-andai bilamana manusia punya sifat dan anatomi mirip gurita. Menarik dan filosofis. 

Sama dengan Ro, Tova dalam Remarkably Bright Creatures juga dilanda kesepian akut usai suami dan anaknya meninggal dunia. Tova yang sudah berusia lanjut menikmati waktunya menjadi penjaga akuarium. Ia tanpa disadari menjalin koneksi dengan seekor gurita penghuni akuarium tersebut. 

Sili berganti, Tova dan sang gurita bertukar sudut pandang dalam novel. Ini tipe buku yang menghangatkan hati. Tak kalah dengan novel-novel filosofis Jepang yang mendapuk kucing sebagai salah satu subjek psikoanalisisnya. 

Ditulis dari perspektif ilmuwan bernama Dr. Ha Nguyen, rekomendasi novel dengan protagonis gurita selanjutnya berjudul The Mountain in the Sea. Novel ini mengikuti perjalanan dan upaya manusia menyelidiki kebenaran rumor tentang intelijensi luar biasa gurita. Diceritakan di sebuah perairan di kepualauan fiktif, terdapat satu koloni gurita yang memiliki kultur dan bahasa sendiri.

Mereka dipercaya bisa mengguncang tatanan yang menempatkan manusia di piramida teratas rantai makanan. Buku ini cocok untuk penggemar novel thriller futuristik dan distopia. Nilai filosofinya pun berisi, bukan sekadar hiburan ringan. 

Gurita dalam The Octopus and I juga punya simbolisasi yang menawan. Lakonnya masih manusia, tepatnya seorang perempuan yang baru saja menjalani operasi pengangkatan kanker payudara. Bersama suaminya, ia pindah untuk tinggal di pesisir pantai di Tasmania. Di sana, ia menemukan kenyamanan dengan mengamati kehidupan gurita di lautan. 

Lewat kegemaran barunya itu pula, ia mendapat teman baru sekaligus pencerahan tentang makna hidupnya sendiri. Gurita memang lebih banyak jadi objek di sini, tetapi Erin Hortle menyertakan satu bab khusus yang dinarasikan oleh salah satu gurita yang menghuni pantai itu.

Ini tentang Ted dan anjing peliharaannya, Lily. Steven Rowley menggambarkan hubungan indah mereka yang bak sahabat tak terpisahkan. Namun, satu hari Lily membawa teman yang kemudian dianggap Ted layaknya seekor gurita.

Gurita dalam novel ini sebenarnya sosok figuratif alias tak nyata. Namun, perannya tetap signifikan dan kaya akan simbolisme. Buku ini sebenarnya membahas trauma dan rasa kesepian, dijamin bikin kamu menangis di tengah buku.  

Penggunaan unsur non-manusia dalam novel atau karya fiksi berhasil menawarkan perspektif baru. Ini bisa jadi caramu melawan rasa malas membaca yang sedang menyerang. Apalagi kalau isunya pas dengan apa yang sedang kamu rasakan saat ini. Yuk, pilih salah satu rekomendasi novel dengan protagonis gurita yang sudah dijelaskan tadi untuk mengisi waktu luangmu.