5 Renungan saat Lebaran, Tahun Ini Beberapa Orang Telah Berpulamg

- Renungkan makna Lebaran, jangan hanya terlena dalam kegembiraan dan hangatnya keluarga
- Pertimbangkan konsekuensi perilaku setelah Ramadan berakhir
- Berempati pada orang yang tengah bersedih di tengah kebahagiaan Lebaran
Suasana bahagia dan hangat ketika kamu merayakan Lebaran bersama keluarga hendaknya gak membuatmu lupa untuk merenung. Ya, hari kemenangan sejatinya juga perlu diisi dengan renungan untuk lebih membangkitkan kesadaranmu akan kehidupan ini. Kalau Idul Fitri hanya dipenuhi kegembiraan sampai tiba waktunya kamu kembali ke rantau, ada hal-hal penting yang justru terlewatkan.
Kehidupan selalu memberikan isyarat untuk dibaca manusia. Bukan sekadar perputaran waktu 24 jam dalam sehari. Berhentilah sejenak dari segala keriuhan cerita dan tawa guna berpikir lebih dalam tentang berbagai peristiwa yang telah terjadi. Baik dalam kehidupanmu maupun terkait orang-orang di sekitarmu.
Merenung membuatmu mampu mengambil pelajaran penting sebagai bekal melanjutkan hidup. Ramadan tahun ini memang telah berakhir. Namun, dengan perenungan jejaknya akan membersamai perjalananmu sebelas bulan ke depan sampai dirimu berjumpa bulan suci lagi. Kamu bisa memanfaatkan malam atau pagi hari yang sunyi buat memikirkan lima topik renungan saat Lebaran berikut ini.
1. Ramadan berakhir, mampukah kamu tetap mengontrol diri?

Di bulan puasa kamu dipaksa buat mengendalikan segala hawa nafsu. Tidak hanya keinginan untuk makan dan minum, melainkan juga marah dan membicarakan hal-hal yang tak bermanfaat seperti bergunjing. Ketika kamu sendirian, setiap hampir khilaf melakukan keburukan segera teringat sedang berpuasa.
Saat dirimu bersama teman-teman lebih mudah lagi untuk saling mengingatkan supaya puasa seharian gak sia-sia. Akan tetapi setelah Ramadan usai, apakah kamu masih dapat mengontrol diri dengan sama baiknya? Jangan-jangan bagimu seperti pencabutan seluruh peraturan yang selama ini mengekangmu.
Kamu menyepelekan konsekuensi dari berbuat buruk karena toh, sekarang lagi gak berpuasa. Padahal Ramadan hanya satu bulan, sedangkan bulan lain berjumlah sebelas. Jika dalam sebelas bulan perilakumu lepas kendali terus, boleh jadi mendadak alim di Ramadan berikutnya belum menghapus kesalahanmu yang amat banyak. Kamu seperti gak ada kapoknya.
2. Beberapa orang di sekitarmu mungkin telah berpulang di tahun ini

Yuk, cek siapa saja saudara, teman, dan tetanggamu yang Lebaran tahun kemarin masih merayakannya bersamamu tapi sekarang tidak lagi. Mereka gak datang halalbihalal bahkan tak bisa sekadar dikirimi pesan atau ditelepon. Mereka sudah pergi terlalu jauh hingga ke alam yang berbeda denganmu.
Meski kesedihan tidak boleh berlarut-larut, kamu perlu menyadari betapa hidup ini hanya sementara. Tak seorang pun dapat hidup untuk selamanya. Jika sudah tiba waktunya, siapa saja bisa tiba-tiba meninggal dunia. Beberapa dari mereka yang kini telah tiada bahkan mungkin masih berkomunikasi denganmu menjelang kepulangannya.
Mereka terlihat sehat saat itu. Ingatan akan betapa kurangnya pengetahuan manusia terhadap batas usianya sendiri hendaknya membuatmu lebih waspada dalam hidup. Bukan kematian yang paling perlu ditakuti. Namun, takutlah apabila di tahun-tahun kehidupanmu kamu tidak melakukan hal-hal yang penting, baik, dan berguna. Tak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga orang banyak.
3. Saat kamu bahagia bareng keluarga pasti ada orang yang sedih

Kalau ada orang yang bersedih saat kamu bahagia, tidak selalu karena dia dengki. Namun, kehidupan ini punya banyak sisi. Sebagai contoh, ketika kamu dan mayoritas masyarakat gembira bisa mudik Lebaran. Ada pula sopir truk yang sampai berdemonstrasi justru disebabkan libur Idul Fitri yang terlalu panjang.
Mereka tidak bisa bekerja padahal gak memperoleh THR dan pendapatan tetap. Tabungan pun belum tentu ada atau cukup buat menyambung hidup sampai libur Lebaran usai. Demikian pula ada beberapa keluarga yang justru kehilangan orang terdekatnya mendekati atau bersamaan dengan Idul Fitri.
Hindari kamu menyederhanakannya sebatas takdir masing-masing. Atau dengan entengnya dirimu mengomentari demonstrasi sopir truk dengan toh, Lebaran cuma setahun sekali. Kamu wajib bisa berempati. Fenomena ini juga perlu diambil hikmahnya. Yaitu, kamu tetap harus mengendalikan ekspresi kebahagiaanmu agar tidak berlebihan di depan orang yang tengah bersedih.
4. Sedikit pun ternyata cukup, tak harus selalu mengejar lebih banyak

Bulan puasa sudah membuktikan bahwa manusia gak meninggal dunia hanya karena mengurangi frekuensi dan porsi makannya. Memang di awal bulan Ramadan sering kali nafsu makan seperti sangat besar. Kamu ingin menyantap berbagai berbuka ketika berbuka hingga kekenyangan.
Namun, sebentar kemudian dirimu sadar bahwa makan terlalu banyak malah bikin perut gak nyaman. Makin mendekati Lebaran makin berkurang pula keinginanmu bersantap. Kamu juga tidak merasa kelaparan. Semuanya baik-baik saja bahkan tubuh yang biasanya berat buat bergerak dan bikin mager, kini tambah ringan.
Kalau pengalaman ini dimaknai lebih luas, banyak tidak selalu baik atau diperlukan. Kebutuhanmu akan apa saja seperti uang dan kesenangan sebetulnya tak terlalu besar. Lebih sedikit dari keinginanmu pun tidak membuat kehidupanmu terhenti. Jangan sampai ambisi berlebihan untuk mendapatkan segala hal sebanyak mungkin malah bikin kamu gak bahagia.
5. Hubungan yang harmonis lebih baik daripada permusuhan

Meski kamu masih berkumpul bersama saudara, tetangga, atau teman yang selama ini kurang akur pasti ada perasaan gak nyaman. Kalian bersalaman saat halalbihalal, tetapi hati tetap tidak dapat dibohongi. Saling bermaaf-maafan boleh jadi masih sebatas ucapan di bibir. Dalam hati kalian tetap ada ketegangan.
Seandainya hubungan kalian baik-baik saja tentu pertemuan di hari Idul Fitri akan jauh lebih menyenangkan. Kalian dapat mengobrol tanpa perlu terlalu memikirkan topik serta pilihan kata yang paling aman. Kalian bisa bercanda serta tertawa lepas tanpa takut ada yang tersinggung.
Walaupun Lebaran identik dengan tradisi bermaaf-maafan, jangan sembrono dalam menjalin hubungan dengan siapa pun. Paku yang telanjur menancap pada papan kayu atau dinding kalaupun dapat dilepas akan tetap meninggalkan bekas. Jangan menggantukan pemulihan hubungan pada momeh halalbihalal, tapi jaga sebaik mungkin sepanjang waktu.
Kesibukan menyambut tamu saat Lebaran bisa membuatmu tahu-tahu sudah harus kembali ke rantau. Bila rutinitasmu yang padat sudah dimulai lagi, jejak Ramadan dapat dengan mudah hilang. Oleh sebab itu, luangkan waktu untuk renungan saat Lebaran. Semoga Ramadan kali ini membentukmu menjadi pribadi yang lebih baik lagi.