Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Quarter Life Crisis Bisa Ganggu Pilihan Karier, Antisipasi!

ilustrasi fase quarter life crisis dalam karier
ilustrasi fase quarter life crisis dalam karier (pexels.con/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Rasa tidak puas dengan pekerjaan saat iniKondisi ini bisa menurunkan produktivitas dan memicu stres berkepanjangan. Evaluasi tujuan jangka pendek dan panjang membantu memberi arah yang jelas.
  • Sulit menetapkan prioritas karierMembuat daftar prioritas berdasarkan minat, kemampuan, dan peluang membantu membuat keputusan lebih matang.
  • Terlalu sering membandingkan diri dengan orang lainFokus pada progres pribadi bisa mengurangi tekanan tersebut. Menulis pencapaian harian atau mingguan membantu melihat kemajuan pribadi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Masa muda sering kali dipenuhi kebingungan soal karier dan hidup secara umum. Fase quarter life crisis muncul ketika kita merasa belum mencapai target atau kerap membandingkan diri dengan orang lain. Perasaan demikian wajar, tetapi jika tidak disadari bisa membuat keputusan penting soal karier jadi terburu-buru atau justru salah arah.

Mengenali tanda-tandanya membantu kita mengambil langkah tepat sebelum kondisi memburuk. Dengan memahami tandanya, kita bisa menyiapkan strategi agar tetap fokus dan produktif. Berikut lima tanda quarter life crisis bisa memengaruhi pilihan karier kita dan cara mengatasinya.

1. Rasa tidak puas dengan pekerjaan saat ini

ilustrasi merasa tidak puas dengan hasil kerja
ilustrasi merasa tidak puas dengan hasil kerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Kita mungkin merasa pekerjaan yang dijalani terasa membosankan meski secara formal aman dan stabil. Rasa bosan atau kehilangan motivasi bisa muncul karena tugas yang monoton atau tidak sesuai minat. Jika tidak segera diperhatikan, kondisi ini bisa menurunkan produktivitas dan memicu stres berkepanjangan.

Cara mengantisipasinya adalah mengevaluasi apa yang benar-benar kita inginkan dari pekerjaan. Menyusun tujuan jangka pendek dan panjang untuk memberi arah yang jelas dan realistis. Dengan begitu, rasa tidak puas bisa dijadikan bahan refleksi, bukan penghalang untuk berkembang.

2. Sulit menetapkan prioritas karier

ilustrasi merasa frustrasi (pexels.com/Marcus Aurelius)
ilustrasi merasa frustrasi (pexels.com/Marcus Aurelius)

Saat mengalami quarter life crisis, kita sering bingung menentukan langkah berikutnya. Kita bisa mencoba terlalu banyak hal sekaligus atau menunda keputusan karena takut salah. Akibatnya, waktu dan energi habis untuk hal yang kurang penting, sehingga peluang karier bisa terlewat.

Mengatasi hal ini bisa dengan membuat daftar prioritas berdasarkan minat, kemampuan, dan peluang. Fokus pada satu atau dua hal yang paling relevan membantu kita membuat keputusan lebih matang. Dengan prioritas yang jelas, langkah karier menjadi lebih terarah dan mudah dicapai.

3. Terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain

ilustrasi sering membandingkan diri dengan orang lain
ilustrasi sering membandingkan diri dengan orang lain (pexels.com/RDNE Stock project)

Membandingkan pencapaian kita dengan teman atau rekan kerja bisa memicu rasa cemas dan rendah diri. Kita cenderung merasa tertinggal dari mereka, padahal perjalanan setiap orang berbeda-beda. Kebiasaan ini membuat kita ragu mengambil setiap keputusan penting, padahal mungkin peluang nyata ada di depan mata.

Fokus pada progres pribadi bisa mengurangi tekanan tersebut. Misalnya, kita bisa menulis pencapaian harian atau mingguan agar mampu melihat kemajuan pribadi. Dengan cara demikian, keputusan karier lebih realistis dan tidak dipengaruhi rasa iri atau tekanan sosial.

4. Keraguan berlebihan dalam membuat keputusan

ilustrasi merasa ragu (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi merasa ragu (pexels.com/Anna Shvets)

Quarter life crisis sering datang bersama ketakutan memilih langkah yang keliru. Sehingga kita cenderung menunda keputusan karena merasa takut gagal atau menyesal. Situasi ini membuat kesempatan emas, terutama di awal karier, mudah hilang begitu saja.

Strategi menghadapi hal demikian adalah dengan membagi keputusan menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah dikelola. Konsultasi dengan mentor atau teman tepercaya untuk membantu kita mendapat perspektif baru. Dengan demikian, kita tetap bisa bergerak maju meski rasa takut masih muncul.

5. Hilangnya energi dan motivasi untuk berkembang

ilustrasi kehilangan motivasi saat bekerja
ilustrasi kehilangan motivasi saat bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tekanan diri dan ekspektasi tinggi bisa membuat kita kehilangan semangat belajar atau mencoba hal baru. Kita merasa sulit fokus, malas mengikuti pelatihan, atau menunda proyek penting. Kondisi ini berisiko membuat karier stagnan jika tidak segera ditangani.

Mengatasinya bisa dengan istirahat cukup, menjaga kesehatan mental, dan menetapkan tujuan yang realistis. Aktivitas ringan atau melakukan hobi bisa menjadi pengisi energi agar motivasi kembali muncul. Dengan energi yang pulih, kita lebih mudah membuat keputusan karier yang tepat dan berkelanjutan.

Quarter life crisis memang wajar, dan mengenali tandanya adalah langkah penting agar karier tetap stabil. Sehingga kita bisa menyiapkan strategi agar tetap fokus, produktif, dan tidak mudah panik. Hasilnya, setiap langkah yang kita ambil akan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan hidup kita.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us

Latest in Life

See More

Ramalan Shio 6 September 2025, Shio Anjing Percintaanmu Positif

05 Sep 2025, 20:30 WIBLife