5 Tanda Terjebak Proses Healing Palsu, Bahagia Karena Validasi!

- Terlalu fokus pada validasi, tidak pada proses
- Menghindari konfrontasi emosi
- Tidak ada perubahan sikap dan pola pikir
Kekecewaan dan rasa sakit hati menjadi situasi yang pernah dihadapi oleh setiap orang. Tentu ada banyak hal yang mendasari situasi tersebut. Contohnya rasa kecewa ketika mengalami kegagalan. Atau mungkin perasaan tertekan karena perlakuan buruk oleh orang lain.
Merasa kecewa dan sakit hati, kita membutuhkan ruang untuk menyembuhkan diri. Inilah yang dinamakan dengan proses healing. Tapi dalam praktiknya, tidak jarang seseorang justru terjebak dalam proses healing palsu. Terdapat beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seseorang sedang berjuang di tengah ketidakpastian tersebut.
1. Terlalu fokus pada validasi, tidak pada proses

Mental yang tidak stabil untuk membawa pengaruh terhadap kualitas hidup. Seseorang tidak hanya diharapkan rasa sakit hati dan terpuruk. Namun juga kehilangan semangat dalam meraih pencapaian. Upaya penyembuhan mental atau healing menjadi kunci penting mengembalikan kualitas hidup yang sempat berantakan.
Tapi sudahkah menyadari jika beberapa orang bisa saja terjebak dalam proses healing palsu? Salah satu tandanya terlalu fokus pada validasi, namun mengabaikan proses. Kita merasa bahagia dan baik-baik saja ketika memperoleh pengakuan dari lingkungan sekitar. Namun tidak mengevaluasi proses yang dilewati dalam selama memulihkan diri.
2. Menghindari konfrontasi emosi

Emosi seseorang tidak selalu berada dalam kondisi stabil. Seringkali kita menghadapi pergolakan emosi karena suatu hal yang bertentangan. Apalagi saat logika dan perasaan berjalan tidak selaras. Ternyata ini menjadi situasi yang wajib diwaspadai saat kita sedang terjebak keterpurukan.
Kecenderungan menghindari konfrontasi emosi menjadi tanda sedang terjebak proses healing palsu. Kita tidak mau mengakui emosi negatif yang saat ini sedang dirasakan. Bahkan memaksa diri berpura-pura kuat dan bangkit dalam waktu cepat. Tanpa disadari jika tuntutan ini justru membebani mental dan pikiran.
3. Tidak ada perubahan sikap dan pola pikir

Cara kita dalam menjalani kehidupan tergantung pada sikap dan pola pikir. Keduanya akan mempengaruhi cara dalam menyikapi masalah dan mengambil keputusan. Sudah menjadi kewajiban bagi kita agar mampu mengubah sikap dan pola pikir yang kurang baik.
Tapi apakah semua orang mampu melakukan perubahan tersebut? Tentu saja tidak. Dan ini menjadi tanda sedang terjebak proses healing palsu. Seseorang Sering bicara tentang penyembuhan tapi tetap mengulang pola hubungan atau keputusan yang merusak.
4. Menggunakan healing sebagai alasan untuk enggan keluar dari zona nyaman

Kita tidak bisa menjalani kehidupan dalam posisi stagnan. Tidak ada perkembangan sama sekali yang terlihat karena memilih bertahan di dalam zona nyaman. Menjalani pola hidup demikian ia akan menurunkan kualitas diri dari waktu ke waktu.
Tentu ini menjadi salah satu tanda yang wajib diwaspadai. Kita menggunakan healing hanya sebagai alasan untuk tetap berada dalam zona nyaman. Termasuk menolak tantangan baru dengan alasan mental belum sepenuhnya pulih dari keterpurukan.
5. Terlalu bergantung pada tren self care

Setiap hari kita memang berhak memperhatikan diri sendiri. Inilah yang dinamakan dengan self care. Tapi yang patut direnungkan, sudahkah kita mampu menerapkan self care secara bijaksana? Atau mungkin mengikuti self care hanya karena kecenderungan pada tren yang saat ini sedang booming.
Di sinilah kita bisa mengenali tanda sedang terjebak proses healing palsu. Salah satunya terlalu bergantung pada tren self care. Kita mengandalkan aktivitas seperti liburan, skincare, journaling hanya sebagai pelarian, bukan refleksi mendalam. Self care tidak benar-benar memulihkan mental dan pikiran dari keterpurukan.
Adakalanya proses healing tidak berjalan secara alami. Pada situasi tertentu, tidak jarang justru terjebak dalam proses healing palsu. Kita menjadi individu yang hanya fokus pada validasi dan menghindari konfrontasi emosi. Tidak ada perubahan yang terlihat selama proses healing berlangsung. Dengan mengenali lima tanda di atas, kita bisa menjadikan healing sebagai proses yang bermakna. Bukan hanya manipulasi sesaat terhadap kondisi emosi.