Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tradisi Lokal Jawa Sambut Kelahiran Bayi, Sarat Makna Simbolik

pixabay.com/kelin

Kelahiran anak ke dunia tentunya membawa kebahagiaan bagi orangtua anak maupun lingkungan di sekitarnya. Dalam tradisi lokal Jawa, kelahiran bayi disambut dengan serangkaian tradisi yang sebagian masih lestari hingga saat ini.

Penyambutan kelahiran bayi yang dilakukan suku Jawa terbilang unik, karena di dalamnya banyak terkandung makna simbolis yang mungkin belum diketahui generasi muda saat ini. Berikut ini lima tradisi lokal Jawa dalam menyambut kelahiran bayi dan makna simbolik yang terkandung di dalamnya.

1. Tanem ari-ari

ilustrasi mengubur ari-ari (instagram.com/ayesha_jingga)

Masyarakat Jawa menganggap ari-ari sebagai ‘teman’ bayi semasa dalam kandungan ibu, sehingga ari-ari hendaknya dirawat dengan cara dikubur agar tidak membusuk. Dari segi kesehatan, memang ari-ari patut dikubur, karena termasuk bagian tubuh manusia yang dapat mengundang bakteri penyakit akibat proses pembusukan.

Menanam ari-ari dilakukan oleh ayah sang bayi dengan menanam ari-ari di dalam tanah dekat pintu utama rumah. Setelah ari-ari ditanam, tempat mengubur ari-ari juga dipagari dan diberi penerangan, biasanya berupa lampu minyak selama 35 hari.

2. Brokohan

instagram.com/fatima_assyaiddan

Brokohan adalah tradisi Jawa berupa penyambutan kelahiran bayi yang dilakukan sehari setelah bayi lahir. Brokohan sendiri dalam bahasa Indonesia berarti ‘mengharapkan berkah’. Dalam acara brokohan, tetangga dan keluarga besar berkumpul untuk menyambut kelahiran bayi dengan rasa syukur dan kebahagiaan.

Acara brokohan diisi dengan kenduri atau selamatan dan bancakan yang mana keduanya bermaksud untuk mendoakan keselamatan bayi. Baik tetangga maupun keluarga besar, biasanya akan membawa buah tangan untuk keluarga bayi, misalnya berupa perlengkapan bayi.

3. Sepasaran

instagram.com/ranggaabizar17

Upacara sepasaran dilakukan tepatnya 5 hari setelah kelahiran bayi. Dalam acara sepasaran, diadakan kenduri atau selamatan, dimana tetangga dan keluarga bersama-sama mendoakan bayi yang baru lahir.

Kenduri dalam sepasaran pada dasarnya dilakukan untuk memohon keselamatan bayi agar bayi kelak dapat hidup lancar dalam segala hal. Sepasaran biasanya juga diikuti dengan pengumuman nama bayi dan aqiqahan, dimana upacara menjadi semakin meriah. Namun, hal ini tidak selalu berlaku dan bergantung pada orangtua bayi yang mengadakan acara.

4. Jagongan bayi

facebook.com/Ayae Rafa Sugeng

Tradisi jagongan bayi diadakan sebagai bentuk perhatian tetangga terhadap bayi yang baru lahir dengan cara begadang ‘menjaga bayi’. Jagongan bayi dilakukan pada sepasaran bayi, yaitu selama 5-6 hari setelah kelahiran bayi, tergantung permintaan orangtua bayi. Saat ini jagongan bayi dilakukan mulai sehabis maghrib ataupun isya' hingga jam 10 malam ataupun jam 12 malam.

Biasanya sesepuh dan tetangga-tetangga di sekitar lingkungan bayi akan datang untuk ‘menjaga bayi’ dan memberikan petuah-petuah, perkataan baik, ataupun menyanyikan tembang Jawa. Acara jagongan bayi juga diisi dengan permainan kartu ataupun catur yang bermaksud untuk mempererat tali silaturahmi antar tetangga.

5. Selapanan

youtube.com/Dapur Ny. Emmi

Selapanan diadakan ketika bayi genap berumur ‘selapan’ atau 35 hari. Dalam upacara selapanan, terdapat rangkaian acara berupa kenduri, pemangkasan rambut bayi hingga gundul, dan pemotongan kuku bayi.

Adapun kenduri kelahiran bermaksud untuk mendoakan bayi agar tumbuh sehat dan dilimpahkan kebaikan. Sementara, pemangkasan rambut bayi hingga gundul dimaksudkan untuk menjaga kebersihan bayi agar bayi tumbuh sehat. Tradisi selapanan ini juga telah terdaftar dalam pencatatan warisan budaya takbenda Indonesia, lho. Jadi sudah sepatutnya dilestarikan bersama!

 

Itu dia lima tradisi lokal Jawa dalam menyambut kelahiran bayi. Ternyata selain unik, tradisi-tradisi lokal tersebut juga punya makna simbolik, yaitu mendoakan kesehatan dan kebaikan bagi bayi yang telah lahir. Gimana? Pengetahuanmu tentang tradisi lokal jadi makin bertambah, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Albin Sayyid Agnar
EditorAlbin Sayyid Agnar
Follow Us