Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Alasan Hubungan Jarak Jauh Tak Perlu Memaksa selalu Terhubung

ilustrasi bertelepon (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi bertelepon (pexels.com/Liza Summer)

Setiap pasangan tentu inginnya berdekatan. Namun, kalau memang harus sementara berjarak karena urusan penting, satu sama lain perlu memiliki kemampuan mengerti keadaan pasangan.

Saat berjauhan kerap muncul kecurigaan, apakah pasangan mampu menjaga kepercayaan atau tergoda dengan yang lebih dekat. Beberapa pasangan menjalani komunikasi secara terus-terusan, bahkan ada yang sampai terhubung 24 jam.

Beberapa hari masih belum terasa, setelah cukup lama akan ada yang terganggu jadinya. Oleh karena itu, jika ingin relasinya aman, sebaiknya tak perlu memaksa pasangan untuk terus terhubung sepanjang waktu. Berikut empat alasannya.

1. Supaya tak mengganggu kegiatan masing-masing

ilustrasi orang menghadiri rapat kerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi orang menghadiri rapat kerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Tak hanya pasangan yang terganggu aktivitasnya, kamu pun bisa demikian. Bayangkan jika hampir 24 jam teleponan, pasti ada kegiatan yang tidak fokus dijalani. Maka, sebaiknya saat sama-sama senggang saja.

Beri ruang masing-masing fokus menjalani kegiatan hariannya. Setelah saling lega, barulah terhubung secara virtual. Pekerjaan dan kegiatan lainnya lancar, asmara pun terjaga kepercayaannya.

2. Justru hubungan terasa semakin erat saat terhubung di waktu yang tepat

ilustrasi berdiskusi dengan pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi berdiskusi dengan pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)

Terhubung setiap saat ketika menjalani LDR belum tentu malah memperkuat ikatan cinta. Justru bisa sebaliknya, merasa jenuh dan malas kalau saling berbicara.

Itulah sebabnya, jika salah satu belum bisa berkomunikasi, sabar saja dulu. Kalaupun ingin menikmati waktu sendirimu, nikmati dengan gembira tanpa tertekan karena harus mencari ruang untuk bisa berkomunikasi dengan pasangan.

3. Pertengkaran bisa terjadi ketika salah satu sedang sibuk dan terpaksa berkomunikasi

ilustrasi laki-laki sedang bertelepon (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi laki-laki sedang bertelepon (pexels.com/Karolina Grabowska)

Ketika sedang sibuk dengan kegiatan, lalu harus mengatur cara agar terhubung dengan pasangan, akan merepotkan jadinya. Dari hal ini bisa menguras energi dan mengganggu kestabilan emosi. Kegiatan malah berantakan, asmara pun dibumbui pertengkaran karena tak ada pengertian.

Maka, tingkatkan rasa percaya dan dukunglah pasangan agar fokus hingga tuntas kegiatannya. Ini lebih bijak dan mempererat hubungan ketimbang harus memaksa berkomunikasi di saat yang tidak tepat.

4. Orang sekitar akan komplain karena kamu hanya sibuk mengurusi pasangan

ilustrasi orang mengeluh (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi orang mengeluh (pexels.com/Kampus Production)

Ketika hubungan jarak jauh karena ada pekerjaan atau hal lainnya, tentu yang ada di sekitarmu adalah orang lain seperti rekan kerja, teman, atau lainnya. Kalau memaksa harus terus berkomunikasi dengan pasangan, awalnya masih mengerti tapi lama-lama pasti akan ada keluhan dari sekitar.

Saat sedang rapat atau ngobrol santai kalian jadi tak bisa membahas hal-hal terkait kedekatan di sana, ada rasa kurang nyaman dari sekitar, apalagi kalau pembahasannya tentang pekerjaan. Ada sesuatu yang bisa diobrolkan karena umum, namun biasanya ada yang bersifat privat.

LDR memang butuh perjuangan dan sikap-sikap bijak lainnya, salah satunya adalah untuk saling mengerti. Tidak memaksa pasangan untuk terus berkomunikasi jadi kunci keharmonisan. Bukan pada seberapa lama terhubungnya, namun pada kualitas di setiap kesempatan kalian berkomunikasi. Mari belajar mengelola diri supaya relasi jenis ini tetap lancar dan minim salah paham dari pihakmu, pasangan, serta orang-orang sekitar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Adelbertha Eva Y
EditorAdelbertha Eva Y
Follow Us