Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Istri Gak Mau Menerima Seluruh Gaji Suami, Secukupnya Saja

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sebagian besar masyarakat memercayakan tugas mencukupi kebutuhan keluarga di pundak suami. Namun, dalam praktik pemberian nafkah bisa berbeda-beda dalam setiap rumah tangga. Ada suami yang memberikan seluruh gajinya pada istri dan istri menerimanya saja.

Akan tetapi, ada juga istri yang malah gak mau kalau suami menyerahkan seluruh pendapatan padanya. Atau istri sempat menerimanya di awal pernikahan, tetapi akhirnya tak bersedia lagi. Mungkin kamu menjadi bertanya-tanya, memangnya istri yang demikian tidak senang dinafkahi secara penuh oleh suaminya?

Tentu saja istri mana pun sangat bersyukur mempunyai pasangan yang begitu bertanggung jawab atas nafkah keluarga sampai-sampai gaji pun diberikan utuh-utuh. Akan tetapi, bukan berarti gak ada cara lain yang tak kalah baiknya dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Beberapa istri lebih suka menerima sebagian saja dari penghasilan suami karena alasan sebagai berikut.

1. Memegang terlalu banyak uang justru menyusahkannya

ilustrasi pasangan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Ukuran dari uang yang terlalu banyak memang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada orang yang memegang uang 5 juta rupiah telah merasa cemas karena berpikir itu banyak sekali. Ia takut uang sebanyak itu malah hilang. Tapi ada juga orang yang siap menerima lebih dari 10 juta rupiah setiap awal bulan.

Istri yang menyadari bahwa dirinya kurang mampu dalam pengelolaan keuangan mungkin lebih suka jumlah uang yang lebih kecil, tetapi diberikan beberapa kali dalam sebulan. Seperti suami memberi jatah uang belanja seminggu sekali. Kalau semua gaji suami diberikan padanya, ia justru menjadi bingung dalam membagi-baginya.

Belum tentu karena dia pemboros, tetapi dapat pula lantaran ia gak mampu mengelola sisa uang yang masih banyak setelah dipakai berbelanja. Sisa gaji suami cuma menumpuk di tabungan. Padahal, suami barangkali berharap istri bisa memanfaatkan sisa gaji itu sebagai investasi atau modal usaha agar nilainya bertambah terus.

2. Terasa gak adil karena istri juga bekerja

ilustrasi pasangan (pexels.com/Jack Sparrow)

Istri yang menolak saat suami hendak memberikan seluruh gajinya memang bukan cuma mereka yang bekerja. Namun, istri yang memiliki pendapatan sendiri lebih mungkin melakukannya. Pasalnya, ia juga punya alasan yang kuat mengapa tetap bekerja.

Selain mengaplikasikan ilmu dan menjaga kemandiriannya sebagai individu, dia ingin membantu perekonomian keluarga. Oleh sebab itu, ia lebih suka mereka patungan biaya hidup. Persentase mereka dalam iuran boleh berbeda, tetapi jangan semuanya dari kantong suami.

Istri yang berpandangan demikian lebih bahagia jika dilibatkan dalam urusan memenuhi kebutuhan bersama. Dia bisa memberikan kontribusi dalam bentuk materi pada orang-orang yang dicintainya. Ia pun gak menolak kalau suami ingin memberinya uang khusus untuk bersenang-senang asalkan kebutuhan keluarga tetap ditanggung berdua.

3. Ingin suami memiliki tabungan dan menikmati jerih payahnya

ilustrasi pasangan (pexels.com/Gary Barnes)

Istri berpikir bahwa semua orang harus punya tabungan. Baik statusnya lajang, suami, atau istri tetap kudu punya simpanan sebab tak ada yang tahu kapan akan ada kebutuhan mendadak. Apabila semua uang suami ada di istri, kasihan jika sesuatu yang buruk menimpa suami. 

Bukan berarti istri bakal melarikan seluruh uangnya, tetapi tentu saja mereka tak selalu berdekatan. Repot bila sedikit-sedikit suami harus menunggu istri mengirim uang untuk berbagai kebutuhannya. Seperti memanggil bengkel ketika mobilnya mogok di tengah perjalanan dan sebagainya.

Suami yang tetap punya uang pegangan akan membuat istri lebih tenang. Pun dia gak tega kalau suami setiap hari bekerja semata-mata buat keluarganya. Suami tak bisa menikmati hasil kerja kerasnya dengan cara sendiri asalkan tak melanggar komitmen bersama. Dengan suami tetap memegang sebagian gajinya, ia dapat bersenang-senang seperti membeli barang yang diinginkannya tanpa perlu bicara dan minta uang dulu pada istri.

4. Terpenting jika anggaran kurang, suami siap menambahi

ilustrasi pasangan berbelanja (pexels.com/Jack Sparrow)

Istri yang enggan memegang seluruh uang suami biasanya akan menyodorkan rencana anggaran rumah tangga. Suami tinggal memberi uang sesuai anggaran tersebut atau sebagiannya saja bila mereka patungan. Tidakkah istri ketar-ketir jika ternyata bulan ini anggaran membengkak?

Misalnya, ada kenaikan beberapa kebutuhan di pertengahan bulan. Istri akan tetap merasa aman sejauh suami siap buat menutup kekurangan tersebut. Suami gak kaku dengan tetap berpegang pada anggaran semula. Pengelolaan keuangan rumah tangga dengan cara begini lebih disukai istri.

Suami menjadi tahu anggaran keluarga mereka dan realitas yang bisa berbeda. Sisa gaji suami setiap bulan dapat diaturnya sendiri hendak digunakan untuk apa. Terpenting kebutuhan keluarga dalam sebulan sudah aman.

5. Mereka punya prioritas finansial dan pilihan investasi yang berbeda

ilustrasi berkonsultasi dengan dokter (pexels.com/Mikhail Nilov)

Hanya karena dua orang sudah menikah, tidak berarti prioritas keuangan mereka akan selalu sama. Untuk urusan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak biasanya mereka memang kompak. Namun, tidak demikian terkait hal-hal lainnya. Seperti suami ingin ganti mobil baru, sedangkan istri lebih suka menambah perhiasan.

Atau, terkait persiapan masa tua mereka setelah pensiun. Suami ingin menabung dana pensiun sebanyak mungkin sejak sekarang. Sementara istri lebih suka berinvestasi di tanah yang kemudian dijadikan kos-kosan atau lahan pertanian. 

Bila seluruh pendapatan suami dipegang istri, tentu sulit menjalankan mimpi keuangan masing-masing. Harus selalu ada yang mengalah setelah perdebatan panjang padahal semuanya sama baiknya. Lebih gampang untuk setiap keinginan itu terwujud jika masing-masing memegang uang.

Meski istri gak bekerja, suami dapat memberikan uang secukupnya di luar nafkah keluarga untuk istri kelak merealisasikan impian keuangannya. Suami sendiri juga bergerak menuju prioritas finansial dan investasi pilihannya. Apabila mereka sama-sama berhasil tentu lebih menyenangkan.

Suami gak usah overthinking bila istri cuma mau menerima sebagian penghasilannya. Sebaliknya, istri juga wajib menjelaskan alasan dan harapannya supaya suami gak salah paham. Setiap pasangan boleh menetapkan cara mengelola keuangan yang dirasa paling cocok untuk mereka. Kalau sebagian gaji tetap dipegang suami malah lebih baik, mengapa tidak?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us