Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Friendzone Bisa Jadi Zona Nyaman yang Beracun 

ilustrasi pasangan (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Friendzone bisa membuat harapan palsu akan berkembang menjadi hubungan romantis, menyebabkan kekecewaan dan frustasi.
  • Terjebak di friendzone dapat mengurangi kepercayaan diri, menyebabkan ketergantungan emosional, dan mengabaikan kebutuhan sendiri.
  • Friendzone membingungkan batas antara pertemanan dan hubungan romantis, menciptakan ketidakjelasan dan luka emosional di kemudian hari.

Hubungan pertemanan yang terlalu dekat kadang bisa bikin bingung, apalagi kalau salah satu mulai baper tapi gak berani mengungkapkan. Friendzone sering kali dianggap sebagai ruang aman buat tetap dekat sama seseorang tanpa harus ribet urusan perasaan. Tapi, di balik kenyamanan itu, bisa aja tersembunyi banyak luka dan ketidakpastian yang merugikan salah satu pihak. Bukan cuma tentang cinta yang gak terbalas, tapi juga soal kejelasan, harapan, dan harga diri yang pelan-pelan terkikis.

Buat sebagian orang, berada di zona friendzone rasanya kayak punya hubungan eksklusif tanpa status. Bisa dekat, bisa perhatian, tapi gak pernah benar-benar punya. Kalau terus dibiarkan, kondisi kayak gini bisa berubah jadi zona nyaman yang malah menyakitkan dan bikin sulit move on. Berikut lima alasan kenapa friendzone bisa jadi zona nyaman yang beracun.

1.Harapan yang gantung di tengah ketidakpastian

ilustrasi pasangan (freepik.com/cookie_studio)

Salah satu racunnya friendzone adalah ilusi bahwa suatu hari nanti, semua kedekatan itu bakal berbuah jadi hubungan romantis. Padahal, sering kali yang satu udah kasih sinyal jelas kalau mereka gak pengin lebih dari teman. Tapi, karena perhatian dan kedekatan masih tetap ada, harapan itu tumbuh liar dan sulit dikendalikan. Akhirnya, yang muncul justru rasa frustasi dan kecewa karena ekspektasi gak sejalan dengan kenyataan.

Hubungan yang kayak gini bikin hati terus-terusan berharap tanpa kejelasan. Setiap obrolan manis atau ajakan hangout terasa seperti sinyal harapan baru, padahal sebenarnya cuma bagian dari rutinitas pertemanan. Gak jarang, yang baper jadi memaksa diri buat tetap bertahan demi kemungkinan yang sebenarnya gak pernah ada. Ini bukan cuma melelahkan secara emosional, tapi juga bisa bikin rasa percaya diri pelan-pelan menurun.

2.Membuat seseorang menomorduakan dirinya sendiri

ilustrasi pasangan (freepik.com/freepik)

Salah satu bahaya tersembunyi dari friendzone adalah ketika seseorang terlalu fokus menyenangkan pihak yang disukainya sampai lupa memperjuangkan dirinya sendiri. Mereka rela hadir kapan pun dibutuhkan, mengorbankan waktu, tenaga, bahkan perasaan, demi orang yang jelas-jelas gak punya perasaan yang sama. Perlahan tapi pasti, ini bikin seseorang mulai menomorduakan kebutuhan dan kebahagiaannya sendiri.

Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menimbulkan rasa kehilangan jati diri. Seseorang jadi terlalu bergantung pada pengakuan dari orang yang disukainya, dan lupa kalau dirinya juga berhak dicintai sepenuhnya, bukan setengah-setengah. Menempatkan kebahagiaan orang lain di atas diri sendiri bukanlah bentuk cinta yang sehat, itu lebih mirip bentuk ketidakberdayaan yang dibungkus romantisasi.

3.Menghambat kesempatan bertemu orang yang tepat

ilustrasi pasangan (freepik.com/freepik)

Terlalu lama terjebak di friendzone bisa menutup mata dari kemungkinan menemukan cinta sejati. Ketika hati terus terikat sama satu orang yang gak memberikan kepastian, semua potensi hubungan lain jadi terabaikan. Waktu dan energi habis untuk seseorang yang bahkan gak mempertimbangkan hubungan serius, sementara di luar sana mungkin ada orang lain yang jauh lebih menghargai dan siap memberikan cinta yang tulus.

Kondisi ini bikin seseorang stuck di satu titik, seperti menunggu kereta yang gak pernah datang. Setiap kesempatan baru terasa seperti ancaman, bukan peluang. Padahal, melepaskan dan membuka hati bukan berarti menyerah, tapi justru bentuk keberanian untuk mencintai diri sendiri dan mencari kebahagiaan yang lebih baik. Jangan biarkan satu orang yang gak pasti jadi alasan menutup pintu buat yang mungkin lebih tepat.

4.Munculnya ketergantungan emosional yang gak sehat

ilustrasi pasangan (freepik.com/freepik)

Friendzone bisa menciptakan ketergantungan emosional yang gak disadari. Seseorang merasa gak bisa menjalani hari tanpa obrolan, perhatian, atau validasi dari orang yang disukainya. Ketergantungan kayak gini bisa bikin seseorang kehilangan keseimbangan emosional dan sulit merasa cukup kalau gak dapat respons yang diharapkan. Akhirnya, hubungan jadi penuh drama dalam diam.

Bentuk ketergantungan ini sering bikin seseorang merasa cemas, cemburu, bahkan posesif, padahal mereka gak punya hak atas hubungan yang lebih. Keadaan ini menyiksa secara mental karena hati terus merasa dekat tapi sebenarnya jauh. Tanpa sadar, seseorang jadi menggantungkan kebahagiaannya pada satu orang, dan itu jelas bukan fondasi hubungan yang sehat, baik sebagai teman maupun lebih dari itu.

5.Mengaburkan batasan dalam hubungan

ilustrasi pasangan (freepik.com/pressfoto)

Friendzone sering bikin batas antara pertemanan dan hubungan romantis jadi kabur. Ketika perhatian, keintiman emosional, bahkan kadang fisik udah melewati batas pertemanan biasa, tapi gak ada komitmen yang jelas, semua jadi serba abu-abu. Hal ini berisiko menciptakan kebingungan, kesalahpahaman, dan luka yang dalam di kemudian hari.

Tanpa batas yang tegas, salah satu pihak bisa merasa digantung, sementara yang lain menikmati kenyamanan tanpa beban. Ketidakjelasan ini bisa bikin hubungan jadi penuh tensi, penuh prasangka, dan akhirnya berakhir dengan rasa sakit yang gak perlu. Menetapkan batasan yang jelas adalah bentuk penghargaan terhadap perasaan sendiri dan bentuk kepedulian terhadap orang lain juga.

Terjebak di friendzone memang bisa terasa nyaman, apalagi kalau hubungan itu udah berjalan lama dan penuh momen indah. Tapi kenyamanan yang beracun justru bisa menghalangi pertumbuhan diri dan rasa bahagia yang seharusnya didapat. Kadang, berani mengambil jarak adalah langkah terbaik buat bisa menemukan hubungan yang lebih sehat dan penuh kejelasan. Jangan takut melepaskan sesuatu yang gak pasti demi sesuatu yang lebih berarti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us