Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Orang yang Egois Belum Siap Berkomitmen dalam Hubungan

ilustrasi pasangan kecewa (pixabay.com/Takmeomeo)
ilustrasi pasangan kecewa (pixabay.com/Takmeomeo)

Sebuah komitmen tentu penting dalam menjalani kehidupan berpasangan. Memiliki visi misi atau tujuan yang sama menjadi harapan untuk terus mempertahankan hubungan. Namun jika salah satu masih memiliki tingkat keegoisan tinggi tentu hubungan yang ada tidak akan terjalin dengan baik. Berikut ini ada sederet alasan mengapa orang yang egois dinilai belum mampu untuk berkomitmen. Apa saja? Simak informasinya di bawah ini.

1. Masih tertutup serta memikirkan dirinya sendiri

ilustrasi pasangan tertutup (pixabay.com/useche70)
ilustrasi pasangan tertutup (pixabay.com/useche70)

Salah satu hal positif dalam menjalin hubungan adalah kita memiliki tempat untuk bercerita dan mencurahkan keluh kesah. Jika kamu masih sulit terbuka dan terlalu menutup diri kepada pasangan, bisa jadi kamu masih memelihara rasa egois dan belum memiliki kepercayaan pada pasangan.

Padahal keterbukaan menunjukkan bukti keyakinan dan keseriusan kamu dalam berhubungan dengan si dia. Melibatkan pasangan untuk tahu dan terjun dalam masalahmu tidak akan memberatkannya, justru ia akan merasa dibutuhkan olehmu. Selain itu ia akan merasa keberadaannya dihargai karena kalian saling terikat dan membutuhkan. 

2. Hubungan didominasi oleh satu pihak

ilustrasi pasangan mendominasi (pixabay.com/pasja1000)
ilustrasi pasangan mendominasi (pixabay.com/pasja1000)

Keegoisan mengakibatkan hubungan hanya akan didominasi oleh satu pihak. Hal ini tentu tidak sehat mengingat sejatinya hubungan dimulai dan dijalani oleh dua orang. Jika salah satu terlalu mendominasi, bukan tidak mungkin akan mengganggu komunikasi dua arah.

Satu orang bertindak terlalu mengatur, sementara pasangannya akan merasa terkekang dan tidak bisa menyampaikan apa yang ingin dikatakan. Tentu percuma menjalin hubungan jika bertingkah seolah-olah masih sendiri dan memperlakukan keberadaan pasangan antara ada dan tiada. 

3. Tidak mau mendengarkan pendapat pasangan

ilustrasi pendengar yang baik (pixabay.com/pasja1000)
ilustrasi pendengar yang baik (pixabay.com/pasja1000)

Segala bentuk keputusan yang menyangkut kedua belah pihak sudah sepatutnya dibicarakan bersama. Bahkan hal sekecil kemana kalian akan pergi menghabiskan hari bersama di akhir pekan sekalipun. Jika kamu sedang penat dengan pekerjaan atau hal-hal di luar hubungan, kamu tetap bisa meminta pendapat pasangan.

Jangan ragu untuk berbagi keresahan dan keluh kesah jika kamu tidak bisa menyimpannya sendiri. Namun kalau kamu masih memiliki keegoisan yang tinggi, pendapat pasangan cenderung akan kamu abaikan. Kamu akan tetap mengambil keputusan berdasarkan apa yang kamu yakini sendiri. 

4. Tidak mau mempertimbangkan situasi pasangan

ilustrasi pasangan egois (pixabay.com/pasja1000)
ilustrasi pasangan egois (pixabay.com/pasja1000)

Banyak menghabiskan waktu bersama akan mendorong terjalinnya kedekatan emosi dengan pasangan. Kedekatan emosi tersebut seharusnya diikuti dengan rasa empati. Bahkan seharusnya kamu lebih memahami pasangan daripada orang lain. Jangan sampai kamu memutuskan sesuatu yang sebenarnya kamu tahu itu tidak nyaman bagi pasangan.

Kamu tentu harus mempertimbangkan situasi dan perasaan pasangan tanpa memaksakan kehendak yang justru dapat menimbulkan kekecewaan. Sesekali kamu harus mampu melihat sesuatu dari banyak sudut pandang termasuk sudut pandang pasangan.

5. Masih bertindak semaunya sendiri dan kurangnya rasa memiliki

ilustrasi pasangan duduk bersama (pixabay.com/pasja1000)
ilustrasi pasangan duduk bersama (pixabay.com/pasja1000)

Jika kamu merasa dirimu selalu benar dan memutuskan berdasarkan persepsi sendiri, hal ini bisa menjadi faktor gagalnya suatu hubungan. Ketahuilah bahwa pasangan bukan hanya seseorang yang kamu ajak untuk menjalin hubungan semata, tapi juga seorang partner dalam menjalani hidup.

Hubungan dua pihak ini harus dijaga dan dirawat oleh dua orang juga tanpa berat sebelah. Di sinilah pentingnya prinsip saling. Sebagai contoh, kalau kamu ingin didengarkan, kamu harus menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu.

Agar hubungan berhasil seperti yang diharapkan, dibutuhkan rasa solidaritas dan saling memahami satu sama lain. Wajar jika terdapat riak-riak kecil dalam hubungan, namun selama masih memegang teguh rasa percaya dan yakin pada pasangan, hal itu akan segera berlalu.

Belajarlah untuk lebih peka agar dapat memahami perasaan pasangan, dan jadilah pendengar yang baik. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Widi April
EditorWidi April
Follow Us