5 Beda Kekurangan dan Kesalahan Pasangan, Tak Semuanya Simbol Setia!

Namanya juga manusia, tak pernah luput dari yang namanya kesalahan. Pun selayaknya setiap manusia punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, termasuk pasanganmu.
Sayangnya, semua itu sering dijadikan dalih untuk buta dalam keberanian mengambil keputusan yang bijak. Apalagi jika dikaitkan dengan terlanjur cinta, demi anak, simbol kesetiaan. Lantas, apakah harus tutup mata dengan kesalahannya yang berulang kali itu? Temukan jawabannya dari ulasan berikut.
1. Ada kekurangan mutlak yang selayaknya bisa dipahami pasangan
Sadar atau tidak, secara logika satu-satunya kekurangan pasangan yang bisa untuk ditoleransi ialah versi yang mutlak. Sesuai dengan namanya, kekurangan yang satu ini bak alamiah pun bawaan dari lahir.
Selayaknya ada kategori introvert dan ekstrovert dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dengan begitu, sebagai pasangan yang baik harus bisa belajar mentoleransi kekurangan yang terkait dengan tipe mutlak sang kekasih.
Jika tak bisa mentoleransi, ya lebih baik hubungannya tidak dilanjutkan sedari awal. Hal tersebut lantaran mengubah hal yang tidak mutlak saja susah, apalagi yang alamiah, bawaan, dan pastinya sudah jadi kebiasaan lama.
2. Ada kekurangan yang bisa diperbaiki, jika terus terjadi namanya berubah jadi kesalahan
Dalam membangun hubungan cinta yang menggunakan perasaan, rasionalitas dan logika juga tetap harus berjalan, ya. Jangan biarkan kamu hidup dan tumbuh bersama sosok orang yang tak mau belajar untuk terus memperbaiki dirinya sendiri.
Apalagi, jika ada kekurangan yang bisa diperbaiki tapi enggan ia perbaiki. Yang mana makin kompleks kekurangan itu bisa merugikan dirinya sendiri, kamu, hingga berbagai aspek dimensi kehidupan lainnya.
Jika dalam perjalanannya kekurangan yang sejatinya bisa diperbaiki itu terus berulang masih dilakukan. Maka, itu namanya bukan kekurangan, tapi sudah berubah jadi kesalahan. Jadi, mau bertindak atau menunggu akibat yang lebih fatal lagi?
3. Mentoleransi kesalahan dengan memberi kesempatan itu boleh, tapi harus ada batasan tegas
Sebagai pasangan yang baik, terlebih setiap orang itu tempatnya salah, pun boleh dan berhak punya kekurangan. Maka, aturan mainnya kamu boleh jika masih mau memberikan kesempatan untuk pasanganmu.
Namun, jangan sampai sifat pemaafmu ini dijadikan dalih untuk pasanganmu bisa seenaknya berbuat salah lagi, lagi, dan lagi. Pikirnya, setelah melakukan kesalahan, ya tinggal minta maaf lagi saja dengan aneka alasan dan tameng lainnya. Jadi, tetapkan aturan main lengkap dengan punishment yang tegas supaya tetap ada batasan yang tidak merugikanmu, ya.
4. Menerima kesalahan pasangan yang terus terjadi berulang kali itu bukan wujud kesetiaan
Menerima kesalahannya demi memperhatikan hubungan, demi nama baik keluarga, demi anak, lantas bagaimana dengan kamu? Bagaimana perasaanmu? Bukankah kamu dirugikan? Bukankah kamu korban? Mengapa justru kamu yang mengalah.
Sudah selayaknya pelaku bisa mendapatkan ganjaran yang setimpal, apalagi jika sudah pernah diberikan kesempatan memperbaiki diri. Jadi, sama sekali tidak ada hubungannya antara mentoleransi kesalahan pasangan yang terjadi berulang kali itu dengan simbol kesetiaan.
Justru, ia yang tidak setia dengan merusak hubungan kalian yang seharusnya bisa harmonis. Dengan mudahnya ia berbuat kesalahan itu lagi, lagi, dan lagi. Tentunya, ia telah mengingkari janji kebahagiaan yang sudah kalian bangun dan buat bersama, bukan? Coba renungkan.
5. Melepaskan pasangan yang terus menerus berbuat kesalahan serupa akan menyematkan kedua pihak
Perlu disadari bersama bahwa perpisahan itu tak selamanya buruk. Memang, jika masih bisa diperbaiki, maka alangkah baiknya untuk kembali bersama. Namun, jika bersama hanya akan berakhir percuma, maka berpisah jadi jauh lebih baik.
Apa baiknya? Di satu sisi, yakni kamu sebagai korban bisa kembali melanjutkan hidup dengan baik tanpa gangguan atau kerugian yang timbul dari kesalahannya. Di sisi lain, yakni untuk pasanganmu yang jadi pelaku bisa jadi pembelajaran berharga.
Terkadang, ada orang yang tidak akan pernah sadar sebelum ia benar-benar kehilangan orang yang seharusnya ia hargai keberadaannya. Kehilangan kamu bisa menjadi satu-satunya cara untuk dia bisa jera dan berubah menjadi lebih baik.
Meski perubahannya tak bisa membuat bisa hidup kembali bersamamu, setidaknya bisa lebih baik saat hidup dengan pasangannya di masa depan. Ia tak mau merasakan kehilangan yang sama pahitnya seperti kehilangan kamu.
Kamu juga bisa belajar dari kesalahan kemarin untuk bisa bijak dalam memilih pasangan. Pengalaman itu bisa jadi pijakan untuk kamu bisa menemukan sosok baru versi yang jauh lebih baik lagi.
Nyatanya perpisahan tak selamanya buruk, bisa saling mendewasakan dan pastinya menyelamatkan kedua belah pihak, bukan? Coba renungkan baik-baik. Ambil keputusan yang paling bijak serta terbaik untuk dan atas dirimu sendiri, ya.