Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Keuntungan 'Telat' Nikah yang Jarang Disadari, Harus Disyukuri!

ilustrasi pasangan menikah (pexels.com/Sandro Crepulja)

Ketika beranjak dewasa, beban dan tanggung jawab yang harus kita pikul meningkat secara signifikan. Ekspektasi sosial yang berkembang di masyarakat seolah mendikte kapan kita harus lulus, bekerja, menikah, hingga memiliki anak.

Pada akhirnya, usia dijadikan patokan untuk mencapai segala sesuatu dalam hidup. Jika gagal mengikuti arus utama, kita akan segera dipandang sebelah mata.

Padahal nyatanya setiap orang memiliki timeline yang berbeda. Banyak hal tak bisa dipaksakan berdasarkan usia, salah satunya menikah. Pernikahan sepatutnya dilakukan dengan pertimbangan matang. Bahkan, beberapa keuntungan berikut ini bisa kita dapatkan jika kita 'terlambat' menikah.

1. Mengenal dan memahami diri sendiri dengan lebih baik

ilustrasi orang bermeditasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memasuki kepala dua tak menjadikan seseorang serta merta mengenal dirinya dengan baik. Proses pencarian jati diri masih berlangsung. Bahkan, bukan tak mungkin kita merasa bingung terhadap diri sendiri. Kita tak tahu siapa diri kita sesungguhnya dan apa yang kita inginkan dalam hidup.

Namun jika kita fokus mencurahkan lebih banyak waktu untuk berkontemplasi, kita akan selangkah lebih dekat untuk memahami diri sendiri. Dengan demikian, kita akan menjadi lebih dewasa dan tahu karakter pasangan yang diinginkan serta tujuan hidup yang harus dicapai. 

2. Lebih menghargai makna pernikahan

ilustrasi pasangan (freepik.com/prostooleh)

Pernikahan merupakan momen sakral yang mengikat dua insan dalam janji suci. Dengan pola pikir yang lebih dewasa dan bijaksana, harapannya kita dapat memahami makna pernikahan dan tak melakukannya hanya demi memenuhi ekspektasi sosial.

Menghargai makna pernikahan juga berarti kita siap menghadapi berbagai badai dan rintangan demi menjaga keutuhan rumah tangga. Dengan kata lain, kita bersedia menjaga komitmen pernikahan hingga maut memisahkan.

3. Dapat menambah quality time dengan orangtua

ilustrasi keluarga (pexels.com/RODNAE Production)

Setelah menikah, waktu, tenaga, dan perhatian kita akan tercurahkan kepada pasangan dan buah hati. Dengan demikian, momen kebersamaan dengan orangtua menjadi semakin langka sehingga kita berpotensi kehilangan beberapa momen berharga bersama mereka.

Akan tetapi, kita punya kesempatan menghabiskan lebih banyak waktu bersama orangtua ketika memutuskan menikah di usia yang lebih matang. Alhasil hubungan yang terjalin bisa menjadi lebih baik dan kita bisa merangkai banyak quality time bersama.

4. Lebih mapan secara finansial dan karier

ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Keuntungan selanjutnya dari 'telat' menikah ialah mempunyai lebih banyak waktu untuk meningkatkan jumlah aset finansial sehingga kita menjadi lebih mapan dari segi ekonomi. Kita juga bisa mempelajari manajemen keuangan yang baik agar tujuan finansial di jangka pendek dan panjang dapat tercapai.

Selain itu, fokus mengembangkan kemampuan dan nilai dari diri sendiri di usia muda bermanfaat untuk mengakselerasi karier di masa mendatang. Dengan demikian, kita bisa memiliki karier yang lebih stabil.

5. Matang secara emosional

ilustrasi pasangan (freepik.com/tirachardz)

Semakin meningkatnya usia, kita akan mencapai tingkat kematangan diri yang paripurna. Di sini, fluktuasi emosi berjalan lebih stabil sebab kemampuan kita dalam mengendalikannya menjadi jauh lebih baik dibandingkan ketika kita masih menduduki masa dewasa awal.

Hal ini menjadi fundamental, khususnya dalam kehidupan rumah tangga sebab berkaitan dengan kemampuan resolusi konflik. Mengarungi bahtera rumah tangga jelas bukanlah hal mudah. Berbagai permasalahan datang silih berganti sehingga kita memerlukan kepala dingin dan kemampuan penyelesaian masalah yang baik.

Ingatlah, pernikahan bukanlah sebuah perlombaan dengan garis finish yang sama untuk semua orang. Dengan kata lain, usia tak bisa dijadikan patokan untuk menikah. Karenanya, menikahlah ketika kita benar-benar siap, bukan karena desakan atau tuntutan sosial.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Arnesya
EditorNadhifa Arnesya
Follow Us