Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Kenapa HTS Jarang Berakhir Bahagia, Mending Jelas dari Awal

Ilustrasi pasangan bertengkar (Pexels.com/RDNE Stock project)

Hubungan Tanpa Status (HTS) sering kali terlihat seperti solusi praktis buat yang belum siap berkomitmen tapi tetap ingin dekat dengan seseorang. Memang sih, awalnya semuanya terasa seru dan bebas drama karena tidak ada tuntutan layaknya hubungan resmi. Tapi, jangan salah! Banyak cerita tentang HTS yang berakhir dengan kecewa, luka hati, dan ketidakpastian yang bikin capek hati. Kenapa bisa begitu?  

HTS sering kali memberikan harapan yang abu-abu. Tanpa kepastian status, satu pihak bisa saja merasa lebih terikat sementara yang lain tetap santai tanpa beban. Inilah yang akhirnya memicu perasaan tidak seimbang dan sulit untuk benar-benar bahagia dalam hubungan semacam ini. Nah, berikut beberapa alasan kenapa HTS jarang banget berakhir bahagia dan kalau kamu lagi terjebak dalam hubungan ini, lebih baik pikirin ulang deh!

1. Tidak ada kepastian, yang ada angan-angan

Ilustrasi menunggu kepastian (Pexels.com/Liza Summer)

HTS itu ibarat naik kendaraan tanpa tahu tujuan akhirnya ke mana. Awalnya mungkin seru, tapi lama-lama bisa bikin pusing karena gak tahu apakah hubungan ini akan berkembang jadi serius atau malah bubar di tengah jalan. Salah satu pihak mungkin berharap lebih, sementara yang lain cuma menikmati momen tanpa mau melangkah lebih jauh.

Ketidakpastian ini bisa menimbulkan kecemasan dan akhirnya membuat salah satu pihak merasa terombang-ambing. Makanya, gak heran kalau banyak hubungan HTS yang berakhir dengan rasa kecewa karena ekspektasi yang gak pernah jadi kenyataan.  

2. Salah satu pihak bisa saja terlalu baper

Ilustrasi meminta kepastian (Pexels.com/Timur Weber)

Meskipun sama-sama setuju untuk menjalani HTS, perasaan tetaplah sulit dikendalikan. Salah satu pihak bisa saja mulai baper dan berharap hubungan ini bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius. Sayangnya, pihak satunya justru tetap santai dan gak mau berkomitmen. Kalau sudah begini pasti bakal ada satu pihak yang merasa tersakiti.

Akhirnya, perasaan yang tidak berbalas ini bisa menimbulkan luka emosional yang mendalam. Jadi, kalau dari awal udah tahu diri kamu gampang baper, lebih baik hindari HTS sebelum terjebak dalam hubungan yang bikin sakit hati sendiri.  

3. Gak bisa nuntut kesetiaan

Ilustrasi mengalihkan topik pembicaraan (Pexels.com/Polina Zimmerman)

Dalam hubungan resmi, kesetiaan biasanya menjadi salah satu hal yang utama. Tapi dalam HTS, kesetiaan jadi sesuatu yang abu-abu. Karena gak ada komitmen yang jelas, salah satu pihak bisa saja dekat dengan orang lain tanpa merasa bersalah.

Kalau sudah begini, biasanya pihak yang lebih serius dalam HTS bakal merasa dikhianati, padahal sebenarnya gak ada janji apa pun untuk tetap setia. Inilah salah satu alasan kenapa HTS bisa menjadi hubungan yang toxic dan bikin capek mental.  

4. Gampang ditinggalkan tanpa penjelasan

Ilustrasi kesepian (Pexels.com/Pixabay)

HTS juga rentan dengan istilah “ghosting.” Karena sejak awal tidak ada status yang mengikat, salah satu pihak bisa saja tiba-tiba pergi tanpa memberikan alasan yang jelas. Ketika hubungan sudah berjalan cukup lama dan perasaan semakin dalam, kehilangan tanpa kepastian seperti ini bisa terasa sangat menyakitkan.

Orang yang ditinggalkan biasanya akan bertanya-tanya sendiri, mencari alasan kenapa semuanya berakhir begitu saja, padahal mungkin bagi pihak yang meninggalkan, HTS memang tidak pernah berarti lebih dari sekadar “mampir sebentar.”  

5. Rentan dijadikan pelampiasan

Ilustrasi galau (Pexels.com/Liza Summer)

Salah satu risiko terbesar dalam HTS adalah dijadikan pelarian atau pelampiasan sementara. Misalnya, seseorang yang baru putus bisa saja menjalani HTS hanya untuk mengisi kekosongan tanpa benar-benar memiliki perasaan yang tulus. Begitu dia merasa sudah cukup ‘sembuh’ atau menemukan orang lain yang lebih cocok, HTS-annya pun dengan mudah ditinggalkan. Hal ini bisa sangat menyakitkan, terutama bagi pihak yang sudah terlanjur menaruh hati dan berharap lebih dari hubungan ini.  

6. Tidak ada kejelasan untuk ke depannya

Ilustrasi sedang galau (pexels.com/ MART PRODUCTION)

HTS itu seperti hidup dalam ketidakpastian yang terus berulang. Ketika orang lain sudah melangkah ke jenjang hubungan yang lebih jelas, orang yang menjalani HTS masih terjebak dalam zona abu-abu. Jika hubungan ini berlangsung lama tanpa arah yang jelas, maka waktu, energi, dan perasaan bisa terbuang sia-sia. Akhirnya, banyak yang menyadari bahwa mereka sudah terlalu lama berada di dalam HTS tanpa tahu harus melangkah ke mana. Hal ini bisa menyebabkan perasaan frustrasi dan penyesalan di kemudian hari.  

Meskipun HTS terdengar menyenangkan di awal, kenyataannya hubungan tanpa status ini jarang sekali berakhir bahagia. Ketidakpastian, perasaan yang tidak seimbang, hingga kemungkinan besar untuk disakiti adalah beberapa risiko yang harus dihadapi. Jika kamu menginginkan hubungan yang sehat dan membahagiakan, sebaiknya sejak awal sudah menentukan arah yang jelas. Karena dalam hubungan, bukan cuma kebersamaan yang penting, tapi juga kepastian dan kejelasan di masa yang akan datang. Jadi, mending jelas dari awal daripada berakhir dengan sakit hati, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Putri Rezekina
EditorPutri Rezekina
Follow Us