Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cintaku Tergores Luka, Sejak Kau Anggap Hubungan Ini Sebatas Kakak-Adik Saja

caspar19.rssing.com
caspar19.rssing.com

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.


 

Malam begitu sunyi. Mendung sengaja menyembunyikan bintang dan cahaya bulan dibalik awan, seolah menyamai hatiku. Malam ini tak ada yang bisa kukatakan kepada cermin yang kusebut sebagai teman.

Saat ini aku hanya ingin berdiam diri dan menyendiri. Menikmati dinginnya malam yang menusuk sampai ketulang benulang. Angin yang berhembus dengan lembut seolah ingin memelukku.

Mungkin malam ini alam merasakan apa yang sedang kurasakan. Ku hirup secangkir kopi ditanganku. Aromanya menenangkan, Sesruputnya menghangatkan tubuhku yang mulai membeku.

Sekali lagi aku merasakan luka. Rasa sakit dalam dada membuatku membisu. Entah aku harus bagimana. Awalnya aku hanya ingin membuka hati. Kata orang membuka hati dan jatuh cinta lagi bisa menyembuhkan luka. Aku pun berharap seperti itu.

Malam itu, di akhir tahun, aku berniat dalam hati mungkin bisa dibilang seperti nadzar. Aku ingin di tahun yang baru nanti aku bisa membuka hati. Aku ingin bisa tersenyum lagi. Senyum bahagia yang datangnya dari hati. Janjiku aku tak akan memilih ataupun membatasi diri.

Kubuka hatiku untuk orang yang sedang dekat denganku. Sampai pada akhirnya saat itu seseorang yang paling dekat denganku adalah dia. Awalnya aku ragu karena hal ini berlawanan dengan prinsipku tapi bagaimanapun aku sudah berjanji dalam hati untuk tidak akan memilih.

Kunikmati kedekatan ini. Semakin hari semakin aku mulai merasa ada yang berbeda. Entah kenapa hatiku berdebar tak seperti sebelumnya. Rindu itu tiba-tiba kurasakan. ketika aku sadar aku mulai jatuh cinta. Sepintas masalalu mengingatkanku lagi akan luka yang begitu dalam.

Aku takut yang ini akan berakhir sama. Hatiku berubah menjadi bimbang. Tapi perasaanku tak bisa kuhindari, Aku sungguh ingin berhenti tapi entah kenapa hatiku menjadi perih saat aku berusaha menghindarinya.

Dan pada akhirnya aku mulai terbiasa dengannya. Hariku tak lagi sepi, malam mingguku tak lagi kelabu. Rasa yang awalnya hanya biasa saja, berlahan rasa sayang dalam hati ini tumbuh. Kali ini aku bertingkah seperti orang lain yang sedang jatuh cinta. Selalu ingin bertemu dan menghabiskan waktu tertawa bersama

Kebersamaan ini tanpa sadar membuatku merasa memilikinya. Hingga membuatku lupa jika tak ada ikatan diantara kita. Awalnya aku tak ingin bertanya tentang kepastian, tak apa jika berjalan seperti ini, aku menikmatinya. Buatku nyaman saja sudah cukup dan semua sikapnya yang seolah memilikiku juga membuatku yakin jika kita dua insan yang sama- sama sedang jatuh cinta.

Tapi seketika tanda tanya itu muncul dalam logika. Aku tak ingin selalu seperti ini menerka-nerka sebuah kepastian. Aku ingin kepastian yang bisa memperjelas kedekatan ini, hingga aku bisa bersikap dengan seharusnya. Berlahan aku mencoba mengerti bagaimana prosesnya, aku menghargai setiap caranya memilih seseorang yang akan bersamanya.

Aku tak ingin berpikir negatif dan aku percaya dengan semua ucapannya. Setiap kali ada kesempatan bertemu dengannya aku selalu berharap, menunggunya untuk mengatakan cinta tapi selalu saja malam berakhir tanpa kepastian. Aku sabar menunggunya walaupun hati mulai merasa perih.

Logikaku mulai membuat hatiku kacau. Dan sekali lagi masalalu mengingatkanku akan cinta yang semu. Hati , logika dan sekejap kenangan yang menyakitkan secara bersamaan memberontak menjadi satu. Aku masih berusaha menahannya, Siksa dalam batinku semakin membara. Logika membuatku merasa seperti dipermainkan dan membuatku ingin berhenti.

Dan kenangan sibuk membuatku semakin takut akan terluka lagi. Aku ingin mengakhiri ketidakpastian ini. Pikirku, jika kita punya satu tujuan yang sama, aku yakin tak akan ada masalah untuknya membuat kepastian yang semestinya. Aku berharap lebih dengannya , aku berharap dia enggak akan mematahkan sayap-sayapku yang baru saja tumbuh.

Tapi kenyataannya semua ini hanya sekedar skenario. Kedekatan selama ini hanya lebih pantas sebatas kakak adik”. Kalimat itu dalam sekejap menghancurkanku. Hatiku seolah berteriak kencang, Derai air mata mengalir deras dan bibir tak bisa berkata, Sekujur tubuhku melemah. Aku ingin ini hanya sekedar mimpi, tapi lihat kalimat itu seolah sedang menertawakanku.

Aku seperti wanita terbodoh didunia, Dengan polosnya aku terperangkap dalam cinta yang semu , buatku ini konyol , memalukan , perasaanku seperti dipermainkan.

Mendung tak lagi menahan ritikan hujan. Udara yang dingin merebut kehangatan secangkir kopiku. Aku kembali lagi rapuh. Senyumanku seolah melebur bersama amarah. Tapi hujan kali ini membuatku mengenangnya, Setidaknya aku pernah menunggu hujan bersamanya.

Aku memang terluka tapi rasa yang telanjur tumbuh tak mudah kulupakan. Saat ini aku hanya bisa mencintainya dalam diam. Diam-diam aku masih memperhatikannya. Aku masih menikmati rindu ini bersama luka. Sekalipun hatiku rapuh, buatku setiap senyumannya memiliki kekuatan sendiri untukku mampu menahan sakit dan perih mencintainya.

Setiap pagi dan malam selalu kuawali dan kuakhiri dengan harapan semoga dia selalu bisa tersenyum bahagia sekalipun aku tak pernah menjadi alasannya.

Dalam hatiku...

Dalam diamku...

Aku mencintai-nya dalam luka.

 

#CintaDalamKata

Share
Topics
Editorial Team
Siti Munawaroh
EditorSiti Munawaroh
Follow Us

Latest in Life

See More

7 Risiko Jadi Karyawan Tanpa Ambisi, Siap Kesalip Generasi Muda?

20 Des 2025, 22:01 WIBLife