5 Ciri-ciri Pasangan yang Berpotensi KDRT setelah Menikah

- Terlalu posesif dan mengontrol setiap gerakanmu
- Mudah marah dan sulit mengendalikan emosi
- Pernah melakukan kekerasan, meski dianggap sepele
Menikah memang menjadi impian banyak orang. Namun, pernikahan bukan hanya soal pesta meriah, cincin, atau foto pre-wedding yang indah. Lebih jauh dari itu, pernikahan adalah perjalanan panjang yang melibatkan komitmen, tanggung jawab, serta kemampuan untuk saling menghargai. Sayangnya, tidak semua pasangan mampu menjaga keharmonisan rumah tangga dengan sehat.
Beberapa bahkan berpotensi melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), baik fisik maupun emosional. Mengenali tanda-tanda pasangan yang punya kecenderungan ke arah KDRT sejak sebelum menikah bisa menjadi langkah penting agar tidak terjebak dalam hubungan beracun. Berikut lima ciri-ciri pasangan yang berpotensi KDRT setelah menikah yang patut kamu waspadai.
1. Terlalu posesif dan mengontrol setiap gerakanmu

Sikap posesif sering kali dianggap tanda sayang yang manis di awal hubungan. Namun, jika pasangan mulai ingin tahu semua detail kegiatanmu, siapa saja temanmu, bahkan mengatur cara kamu berpakaian, itu bisa menjadi tanda bahaya. Pasangan yang terlalu mengontrol biasanya tidak hanya ingin tahu, tapi juga ingin menentukan keputusan hidupmu. Kalau dibiarkan, sifat ini bisa berkembang menjadi tindakan membatasi kebebasan setelah menikah. Dari sekadar melarang keluar rumah, bisa meningkat menjadi melarang bekerja, membatasi komunikasi dengan keluarga, hingga ancaman fisik jika kamu tidak menurutinya.
2. Mudah marah dan sulit mengendalikan emosi

Setiap orang tentu bisa marah. Namun, pasangan yang memiliki potensi KDRT biasanya ditandai dengan temperamen tinggi, mudah tersulut emosi, dan sulit mengendalikan amarah. Hal kecil seperti telat membalas pesan, bercanda dengan teman lawan jenis, atau salah paham kecil saja bisa memicu ledakan emosinya. Bahaya dari karakter ini adalah ketika emosi tidak terkendali, ia bisa menggunakan kekerasan verbal maupun fisik untuk melampiaskannya. Jika di masa pacaran saja ia sudah menunjukkan kemarahan yang berlebihan, maka kemungkinan besar sifat itu akan semakin parah setelah menikah. Hal ini dikarenakan ia merasa punya hak lebih terhadapmu.
3. Pernah melakukan kekerasan, meski dianggap sepele

Salah satu red flag terbesar adalah ketika pasangan sudah pernah melakukan tindak kekerasan, meski sekilas terlihat sepele. Misalnya mencubit karena cemburu, mendorong saat bertengkar, atau melempar barang ketika emosi. Jangan anggap remeh perilaku seperti ini. Apa yang terlihat kecil bisa menjadi kebiasaan yang terus berulang. Dalam banyak kasus, KDRT dimulai dari tindakan ringan yang lama-lama dianggap normal. Jika ia pernah melakukannya sekali, besar kemungkinan ia akan mengulanginya lagi, bahkan dengan intensitas lebih tinggi.
4. Sering merendahkanmu dengan kata-kata

KDRT tidak selalu berbentuk fisik. Kekerasan verbal pun bisa sangat melukai dan meninggalkan trauma jangka panjang. Pasangan yang sering merendahkanmu dengan kata-kata, membandingkan kamu dengan orang lain, atau terus-menerus membuatmu merasa tidak berharga, sebenarnya sedang menunjukkan tanda bahaya. Mungkin awalnya kamu menganggap itu hanya bercanda. Tapi jika terus dibiarkan, kamu akan kehilangan rasa percaya diri, selalu merasa salah, bahkan terjebak dalam hubungan penuh manipulasi. Ingat, pernikahan sehat seharusnya menghadirkan pasangan yang menguatkan, bukan menjatuhkan.
5. Tidak bisa menerima penolakan dan selalu ingin menang

Ciri lain pasangan yang berpotensi melakukan KDRT adalah ketika ia tidak bisa menerima penolakan. Setiap kali keinginannya tidak dituruti, ia akan marah besar, ngambek, atau bahkan memaksakan kehendaknya dengan ancaman. Jika sejak awal ia menunjukkan sikap ingin selalu menang, bisa jadi setelah menikah ia akan menggunakan cara kasar untuk mempertahankan dominasinya.
Membangun rumah tangga yang sehat bukan hanya tentang cinta, tapi juga soal keamanan, rasa hormat, dan saling menghargai. Jika kamu menemukan ciri-ciri pasangan yang berpotensi KDRT setelah menikah, jangan ragu untuk berpikir ulang sebelum melangkah lebih jauh ke jenjang pernikahan. Lebih baik terluka karena berpisah sekarang, daripada harus menanggung penderitaan berkepanjangan setelah menikah.