5 Pelajaran dari Sepasang Kaki untuk Kehidupan Suami Istri

- Menjalani pernikahan butuh kesabaran dan kerja sama
- Kesetaraan dalam perkawinan penting, jangan hanya suami yang diutamakan
- Sikap toleransi dan saling mendukung kunci keberhasilan hubungan
Tidak berlebihan kalau ada orang yang mengatakan bahwa berumah tangga sama dengan proses belajar seumur hidup. Baik dalam kamu menjalankan peran sebagai suami/istri, orangtua, sekaligus anak dan menantu pasti banyak sekali tantangannya. Kalau semua itu tak dihadapi dengan kesabaran serta kerja sama bareng pasangan bakal muncul berbagai konflik.
Pada akhirnya, hubungan kalian terancam. Tapi dari mana kalian sebagai pasangan muda bisa belajar tentang ilmu menjalani pernikahan? Tentu kamu dan pasangan dapat belajar banyak dari rumah tangga orangtua masing-masing dan orang lain di sekitar kalian.
Bahkan pengalaman pribadi kalau di antara kalian ada yang pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga. Namun, ternyata bagian tubuh manusia juga dapat memberikan banyak pelajaran penting seputar perkawinan. Itu adalah sepasang kaki yang selama ini selalu membawamu dan pasangan ke mana pun. Petik lima pelajaran dari sepasang kaki untuk kehidupan suami istri biar kalian tetap kompak sebagai pasurti.
1. Kemajuan lebih cepat dicapai dengan melangkah bersama

Kamu bisa saja bergerak ke depan tanpa melangkahkan kaki secara bergantian. Misalnya, dengan dirimu melompat, berguling, bahkan mengesot. Tapi semua cara itu lebih melelahkan bahkan menyakitkan dan hasilnya gak sebanding. Sudah paling benar kamu melangkahkan kedua kaki supaya perpindahan terjadi dengan cepat serta aman.
Menjalani kehidupan perkawinan pun demikian. Siapa yang tidak ingin masa depannya baik? Apalagi bersama orang-orang yang dicintai, utamanya pasangan serta buah hati. Namun, itu hanya dapat dicapai bila kamu dan pasangan meniru cara kerja sepasang kaki.
Jangan cuma satu orang yang pontang-panting mengusahakan kebahagiaan dan masa depan yang indah untuk bersama. Baik suami maupun istri kudu bergandengan tangan dalam mewujudkan impian tersebut. Contoh simpel, kalau kamu sudah bekerja keras buat mengumpulkan uang tapi pasangan borosnya minta ampun tentu keuangan tetap gak sehat. Sebagai pasangan, kalian mesti satu visi dan misi.
2. Gantian siapa di depan dan belakang buat kesetaraan kesempatan

Di masyarakat Indonesia, pria masih dipandang sebagai kepala keluarga. Ia diposisikan paling depan dan menjadi pemimpin untuk istri serta anak. Ini tentu ada plus dan minusnya. Plusnya, rumah tangga terhindar dari kesan dinakhodai oleh dua orang. Satu orang sebagai pemimpin dalam keluarga mencegah terjadinya konflik dengan pasangan akibat perbedaan pandangan.
Minusnya, bila lantas dalam segala hal suami selalu didahulukan daripada istri. Terutama terkait dengan pekerjaan dan studi lanjut. Istri seolah-olah diciptakan hanya untuk mendukung kemajuan suaminya. Praktik seperti ini tentu dapat sangat mengurangi kepuasan hidup perempuan setelah menikah.
Dia kehilangan begitu banyak kesempatan buat mengembangkan diri. Sebagai gantinya, ia malah dibebani dengan berbagai tugas rumah tangga yang tak ada habisnya. Kehidupan perkawinan yang ideal mesti memperhatikan kesetaraan kesempatan antara pria dan perempuan. Ada kalanya suami di depan serta didukung oleh istri. Ada pula waktunya pria gantian menjadi suporter terbaik untuk istrinya.
3. Saat satu kaki lemah, kaki sebelah harus kuat menopang

Mungkin kamu juga pernah mengalami sakit pada kaki yang sampai menyulitkanmu berjalan. Saat itu dirimu pasti bersyukur sekali dikaruniai kaki kanan dan kiri. Ketika kaki kanan sakit, kaki kiri sangat membantu pergerakanmu. Kamu memang bisa menggunakan alat bantu seperti kruk, tongkat, atau kursi roda.
Tapi peran kaki sebelah yang sehat tetap tak tergantikan. Kaki itu mesti lebih kuat daripada biasanya sebab akan menjadi tumpuan utamamu. Hal serupa juga terjadi dalam pernikahan. Suami atau istri tidak selalu dalam kondisi sehat. Begitu pula suami yang ditempatkan sebagai pencari nafkah utama dapat mengalami masalah serius dalam pekerjaannya.
Pasangan tidak boleh hanya suka menuntut atau menyalahkan. Ketika terjadi sesuatu padamu, pasanganmu kudu siap membantu seraya memastikan keluarga kalian masih baik-baik saja. Demikian juga sebaliknya saat pasanganmu yang berhalangan, kamu mesti tampil di depan biar kehidupan keluarga kalian tidak kacau balau.
4. Ketika salah langkah, tidak ada yang saling menyalahkan

Misalnya, ketika kaki kanan memijak bagian tanah yang ternyata mudah ambles. Lalu kamu otomatis terjatuh. Apakah kaki kiri marah-marah dengan menendang kaki kanan? Tentu tidak, bahkan kaki kiri bersama kaki kanan berusaha untuk segera kembali berdiri.
Bayangkan kalau hal sebaliknya terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Suami salah sedikit saja, istri marah-marah luar biasa. Begitu pun ketika istri melakukan kekeliruan, suami berlebihan dalam memarahi sampai menghukumnya. Kehidupan rumah tangga yang harusnya adem malah menjadi lebih menakutkan ketimbang dunia di luar sana.
Kamu dan pasangan kudu mengembangkan sikap toleran. Boleh kalian sedikit kesal saat salah satu berbuat salah. Namun, jangan terus-menerus dan melampaui duduk perkara yang sesungguhnya. Saling menyalahkan tidak menyelesaikan persoalan. Justru sikap seperti itu memperburuk keadaan.
5. Bersama-sama menopang bagian-bagian tubuh lainnya

Sebagai bagian tubuh yang berada paling bawah, sepasang kaki harus sangat kuat. Kaki menopang bagian-bagian tubuh lainnya. Termasuk kepala yang jika mengalami cedera dapat sangat membahayakan jiwa. Ini menggambarkan besarnya tanggung jawab sepasang suami istri.
Saat kalian belum menikah saja, tanggung jawab terhadap komitmen bersama telah besar. Kalian dianggap sudah menjadi orang dewasa sepenuhnya yang siap menopang banyak tugas. Tak hanya terkait kehidupan kalian berdua, melainkan juga orangtua dan mertua yang kian lanjut usia.
Kehadiran buah hati makin memperbesar tanggung jawab kalian. Anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab kedua orangtua hingga kelak ia dewasa. Bukan lagi saatnya buat kalian suka mengeluh. Tidak ada waktu untuk itu. Kalian mesti bekerja keras gak cuma buat memenuhi kebutuhan yang bersifat materi, melainkan memastikan semua orang di sekitar kalian merasa terayomi.
Sepasang kaki bisa lelah dalam menjalankan tugasnya sebagai alat gerak. Sama seperti pasangan suami istri juga kadang jenuh dengan kehidupan perkawinan. Walau begitu, pelajaran dari sepasang kaki untuk kehidupan suami istri lebih kepada memotivasi untuk tetap kompak dan saling mendukung. Jangan mudah muncul keinginan untuk saling meninggalkan. Usahakan agar kalian selalu bersama, ya.i