7 Tanda Pertemanan Toxic yang Sering Diabaikan, Waspada!

- Tanda pertemanan toxic: merasa diabaikan, prioritas tidak seimbang, berdampak overthinking dan self-doubt.
- Berkumpul justru menambah lelah, tidak diberi kesempatan mengutarakan pendapat, dan membuat stress ringan.
- People pleaser, kurang privasi, manipulasi gaslighting, ketergantungan emosional, serta kesempatan untuk mencari relasi baru.
Tanda pertemanan toxic nyatanya sudah sering terlihat bahkan terasa, namun beberapa orang menganggap itu hanyalah hal biasa. Hingga pada akhirnya hubungan yang awalnya mengasikan, penuh tawa, dan saling support justru mengundang lelah lebih cepat.
Menyadari adanya kecanggungan setiap kali berkumpul, kurang direspon, atau topik obrolan dari sekitar yang hanya seseorang sendiri itu tidak tahu. Entah mereka bercerita saat kamu kebetulan tidak ada, atau memang sengaja tidak diikutsertakan?
Terlebih hilangnya rasa nyaman setiap kali bertatap muka memperburuk keadaan. Seakan dipaksa untuk menyesuaikan diri tanpa diberi kesempatan untuk berbaur. Hubungan seperti ini bila dipertahankan dapat memancing stress ringan.
Belum lagi, karena khawatir semakin diabaikan kamu jadi berusaha menjaga perasaan mereka. Mengikuti segala pendapat, kemauan serta perintah tanpa bisa menolak. Agar dapat mengantisipasinya pahami tujuh tanda pertemanan toxic berikut ini!
1.Merasa lebih sering diabaikan

Tanda pertemanan toxic pertama kamu selalu merasa diabaikan, berarti keseimbangan prioritas di dalam kelompok tersebut sudah tidak sehat. Apalagi, jika mereka hanya datang saat membutuhkan validasi, bantuan, pemikiran atau tenagamu saja. Dan bila sudah mendapatkannya dianggap tidak penting lagi.
Bila mencoba bertahan dalam pertemanan seperti ini, nantinya akan timbul pertanyaan-pertanyaan tentang diri sendiri yang membuat overthinking berkepanjangan dan self-doubt ‘Apa aku tidak asyik’, ‘Apa aku pernah buat salah?’
2.Berkumpul dengan mereka melelahkan

Masih berhubungan erat dengan poin pertama, umumnya berkumpul bersama teman adalah saat-saat menyenangkan, bahkan untuk introvert sekalipun. Namun, apabila memang tidak cocok sedari awal justru hanya akan menambah lelah. Energi sosial, emosional dan mental terkuras karena terus dipaksa ‘klop’ dengan berbagai topik juga obrolan asing buat kamu.
Parahnya lagi, bila tanda pertemanan toxic itu terlihat nyata, sehingga bukan sekedar ‘tidak sefrekuensi’ belaka. Tidak diberikan kesempatan mengutarakan atau pendapat. Mau kamu memulai atau merespon pembicaraan mereka tetap acuh, hal ini yang membuat seseorang terkena stress ringan dan emotionally drained.
3.Tidak suka kamu keberhasilan

Tanda pertemanan toxic selanjutnya enggan merasa senang apabila orang itu berhasil meraih suatu pencapaian. Alih-alih sekedar memberikan selamat, mayoritas justru terkesan jutek, marah, kesal, iri dan mengkritik hal-hal yang membuat insecure. Di satu sisi, mungkin selama ini kamu memang sudah dianggap sebagai saingan.
Keberadaanmu membuatnya berkecil hati dan kehilangan rasa percaya diri. Apalagi bila nyatanya orang itu memiliki kemampuan lebih unggul sehingga mereka merasa posisi dalam hirarki sosial tergeser.
Kecewa lalu menyalahkan orang tersebut karena validasi yang seharusnya mereka dapat juga berpindah. Merendahkan serta meremehkan merupakan senjata ampuhnya dalam mengendalikan situasi.
4.Semua hal tentang mereka

Hubungan pertemanan yang sehat menerapkan simbiosis mutualisme, semisal kamu jadi pendengar namun tetap memiliki kesempatan untuk curhat, begitu pun sebaliknya, temanmu mendengar disaat kamu berbicara setelahnya berganti secara terus-menerus.
Namun, tanda pertemanan toxic poin keempat, kamu jarang memiliki kesempatan untuk curhat karena segala sesuatu harus tentang mereka. Bukan hanya itu, apabila orang tersebut ada masalah, kamu wajib membantu, sehingga perkaranya menjadi masalahmu juga. Dan begitu kamu yang memiliki masalah orang itu tidak peduli.
5.When a "give and give" relationship turns toxic

Pada fase ini kamu sudah menjadi people pleaser, hubungan ‘give and give’ apabila seimbang itu akan sangat sehat, karena berarti memberi tanpa mengharapkan imbalan. Namun, apabila hanya dari satu pihak itu dapat masuk ke dalam tanda pertemanan toxic.
Kamu selalu mengorbankan waktu untuk mereka, tapi jarang sebaliknya. Merasa bahwa emosi dan kebutuhannya adalah tanggung jawabmu. Tidak ada batasan khusus yang membuat orang lain respect denganmu. Sehingga orang itu puas memanfaatkan segala kebaikan, karena telah ‘dimanja’ oleh sifat pedulimu.
6.Posesif berlebihan

Tanda pertemanan toxic lain nyatanya ada yang bahkan terlalu menempel, kamu tidak bisa lepas dari cengkramannya. Mereka akan cemburu dan melarang untuk berteman dengan lainnya, menganggap kalau dirimu hanya membutuhkannya.
Kamu sendiri jadi jarang memiliki privasi karena orang tersebut harus tahu segala aktivitas bahkan disaat sudah menolaknya karena ingin menghabiskan waktu sendiri dulu. Mereka juga tidak segan merendahkan dan meremehkan orang lain agar buruk di matamu.
Orang-orang seperti ini pandai gaslighting, semisal kamu memiliki prioritas lain dan berniat pergi, namun dia menahan seakan dirimu yang salah sebab tega meninggalkannya.
7.Kamu tidak bisa menjadi diri sendiri

Tanda pertemanan toxic poin terakhir ini sangat berkaitan erat dengan jati diri, sesaat sudah dibawah pengaruh manipulasi mereka, disitulah akan ada ketergantungan emosional. Seakan orang tersebut satu-satunya teman yang dapat mengerti dirimu.
Nantinya kamu mudah merasa bersalah jika belum bisa memenuhi ekspektasi mereka menjadi teman sempurna versinya. Berujung tidak bisa menjadi diri sendiri karena harus selalu mengikuti kemuan mereka karena takut ditinggalkan.
Manusia adalah makhluk sosial, namun seseorang tidak harus memaksa masuk ke dalam hubungan yang memang kurang sehat. Terimalah, lalu membuka kesempatan untuk bisa berkenalan dengan relasi baru. Tidak butuh banyak orang, carilah individu atau kelompok yang memberikanmu rasa aman juga kebebasan berekspresi tanpa menjudged.
Kamu bukan belum pantas untuk berteman, namun hanya belum menemukan saja. Percayalah setiap orang akan menemukan cirle mereka sendiri pada waktunya. Orang-orang yang senang akan pencapaianmu, tidak menghakimi, mengkritik dengan saran membangun, dan tidak meninggalkan jika terpuruk.
Koneksi tulus jauh lebih nyaman ketimbang harus menutup diri dengan banyak topeng hanya untuk diterima. Tujuh tanda pertemanan toxic ini diharapkan mampu memberikan kamu bayangan tentang hubungan sehat antar teman, dan siapa yang harus diberi jarak agar tidak mengecewakan nantinya.